07. FLASHBACK Sedikit

254 46 1
                                    

Ji mendatangi apartemen Jennie, tidak susah bagi Ji untuk mengetahui dimana Jennie tinggal sebab ia bisa menggerakkan orang-orang kepercayaannya untuk mencari tau bahkan mungkin memantau kegiatan Jennie.

Ji menekan bel apartemen Jennie, setelah beberapa kali bunyi akhirnya pintu apartemen itu terbuka, menampilkan Jennie yang sudah siap untuk tidur, ibu dari satu anak itu sudah menggunakan piyama tidurnya.

Ji langsung bersimpuh, jika memang dengan bersumpah hingga bersujud di kaki Jennie bisa membuat wanita itu memaafkannya, Ji akan sukarela melakukannya asal Jennie tidak lagi membencinya.

"Pergi!!" Bentak Jennie, meski Ji sudah berlutut dan memegang kaki Jennie, wanita itu tetap tega mengusirnya.

"Pergi, kalau nggak gue teriak !" Bentak Jennie lagi.

"Aku mohon Jen dengarkan aku"
"Nggak ada yang perlu gue dengar, sekarang Lo pergi kalau nggak gue teriak biar Lo diusir keamanan"

"Satu kali aja, kasih kesempatan aku buat bicara"
"Gue nggak Sudi"
"Please Jennie"
"Gue bilang nggak ya nggak"
"Oke kalau dengan cara baik kamu nggak bisa, mungkin cara seperti ini lebih baik" Ji bangkit dan mendorong Jennie untuk masuk ke apartemennya sendiri, alhasil kini Ji juga masuk ke apartemen itu.

Ji mendorong Jennie sampai dia mentok bersandar ke dinding, wajahnya begitu dekat bahkan hidungnya hampir bersentuhan, aroma khas yang dimiliki ji menyeruak dan Jennie sadar posisi mereka saat ini bisa dikatakan cukup intim.

"Lepas!!"
"Aku nggak akan bisa melepaskan kamu, sebelum kamu beri aku kesempatan"

"Gue nggak bisa Jion"
"Setidaknya beri aku kesempatan untuk menebus kesalahanku, aku tidak menuntut kamu untuk bisa menerima ku lagi, aku hanya ingin bertanggungjawab terhadap Jay dan juga bertanggung jawab atas kesalahan yang pernah aku buat"

"Gue nggak butuh Jion"
"Tapi Jay bisa saja butuh, dia butuh peran ayah"
"Tanpa Lo gue juga bisa jadi ayah buat Jay"
"Akan beda rasanya Jen, please ya kasih aku kesempatan"

"Jangan maksa! Lo nggak tau diri sumpah"
"Demi kamu aku rela menurunkan harga diriku"

"Bulshit, Lo tuh sumpah orang yang paling nggak tau diri yang pernah gue kenal"
"Kamu benar aku memang tidak tahu diri Jen, aku sadar itu, tapi please dengerin aku dulu"

"Lepas Ji, ini sesak jangan terlalu dekat" Jennie protes karena Ji semakin merapatkan tubuhnya pada Jennie.

Cup

Ji menyentuhkan ujung bibirnya dengan ujung bibir Jennie, hanya satu detik tapi sukses membuat jantung Jennie kalang kabut dan bekerja diluar porsi yang seharusnya.

Plak

"Brengsek!" Jennie menampar wajah Ji dengan sangat keras, sampai-sampai pipi mulus itu berubah warna jadi kemerah-merahan.

Ji meringis tapi tidak apa-apa dia menerima rasa sakitnya, mungkin rasa sakit yang Jennie rasakan lebih banyak dari pada ini.

"Lo brengsek, kurang ajar!" Jennie emosi sambil meneteskan airmatanya. dia tidak henti memukuli Ji yang memang hanya diam tanpa perlawanan.

"Aku minta maaf Jen" Ji merasa bersalah karena perbuatannya barusan membuat Jennie menangis, Ji layak mendapatkan makian apapun karena sudah bersikap kurang ajar. Ji melakukan itu hanya ingin Jennie diam dan mendengarkannya tapi ternyata respon Jennie diluar kendali.

"Lo keluar dari apartemen gue sekarang, gue bisa bilang ini pelecehan dan gue berhak laporin Lo, KELUAR JION!"

"Jen ..."
"GUE BILANG KELUAR!!" Jennie mendorong tubuh Ji dengan sangat keras sampai-sampai ji yang tidak siap dengan tindakan Jennie itu tersungkur, kakinya membentur ujung meja dan itu sungguh sangat sakit.

UNTUK sebuah NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang