Tiga hari berlalu, hari ini adalah hari yang membuat Ji berdebar dan gelisah, tidak hanya Ji tapi Jay juga karena hari ini adalah hari dimana hasil tes itu akan keluar.
Irene juga sudah meminta Ji untuk datang ke rumah sakit pertanda hasilnya memang sudah ada, dan Ji saat ini sedang menunggu Jay di depan sekolahnya, katakanlah bocah 5 tahun itu sudah duduk di kelas 2 SD.
Ji keluar dari mobilnya dan ikut menunggu di tempat para orang tua menunggu anaknya keluar, satu persatu anak-anak mulai keluar begitupun dengan Jay yang sumringah berlari sambil menggendong tasnya.
"MOMMY" Teriak Jay sukses membuat Ji langsung mematung ditempat.
"Hai sayang, sini tasnya Mommy yang bawa" Jennie memeluk sebentar tubuh mungil anaknya lalu mengambil alih tas abu-abu yang digendong Jay.
"Mommy tumben jemput Jay" tanya Jay heran karena biasanya Jay dijemput oleh Yeri.
"Jay nggak senang Mommy yang jemput?" Jennie pura-pura sedih.
"Senang banget Mom, yaudah yuk pulang Jay lapar""Tunggu sebentar ya, hei tuan sedang menunggu siapa? Sepertinya sudah tidak ada anak-anak lagi disana" Jennie menyapa laki-laki yang berdiri membelakanginya, posisi laki-laki itu sekitar lima langkah dari tempat Jennie dan Jay berdiri.
Ji kaget, tentu saja dia bingung harus bereaksi apa, kabur tidak mungkin karena sudah tertangkap basah, akhirnya mau tidak mau dia membalikkan badannya dan langsung melihat kearah Jennie dengan ekspresi mirip seperti orang yang tertangkap basah sedang mencuri.
"Ngapain disini? Jemput anak Lo?" Jennie langsung merubah intonasinya dari yang semula ramah jadi ketus.
"Aku kebetulan lewat" jawab Ji sekenanya, bodohnya mana ada orang yang kebetulan lewat tapi diam seperti sedang menunggu seseorang.
"Lo nggak pinter nyari alasan, mana anak Lo? sini biar kenalan sama anak gue"
"Aku belum punya anak" eh ralat mungkin punya kalau Jay terbukti anaknya.
"Halah bohong, terus Lo ngapain disini kalau bukan jemput anak Lo" Jennie semakin ketus dan sok tau dengan informasi yang tidak berdasar.
Sebetulnya Jennie hanya penasaran dengan kehidupan Ji selama tidak bersamanya, maka dari itu dia sok tau seakan-akan Ji menjemput anaknya.
Jennie hanya ingin tau Ji sudah menikah dan memiliki anak atau belum."Aku beneran Jen, kecuali Jay itu anak ku" Ji tetap mempertahankan gaya bicaranya dengan intonasi lembut dan bahasa aku kamu, dia mencoba untuk tidak terprovokasi dengan gaya bicara Jennie.
"Jay anak gue" jawab Jennie cepat, dia sedikit kelabakan.
"Iya dia anak kamu, aku tidak akan merebutnya""Jay ayo pulang" Jennie hendak membawa Jay pulang karena takut pembahasan ini semakin panjang.
"Iya Mom ayo"
Entah Jennie sadar atau tidak, Jay sempat memberi isyarat pada Ji agar mereka bisa berbicara menggunakan ponsel untuk mengatur waktu supaya bisa pergi ke rumah sakit.
"Tunggu Jen"
"APA?" Bentak Jennie
"Gue nggak ada waktu, ini diluar jam kerja nggak ada alasan buat gue ngomong sama lo"
"Sebentar aja bisa?"
"Nggak! Jay ayo" Jennie menggandeng Jay dengan sedikit menggusurnya supaya Jay bisa jalan lebih cepat."Aku merindukan mu" ucap Ji kemudian, cukup keras tapi tidak mendapatkan respon apa-apa karena Jennie sudah masuk ke dalam mobilnya.
Ji akhirnya memutuskan untuk ke rumah sakit sendirian, dia sangat penasaran dengan hasil tes DNA-nya.
Selama diperjalanan Ji bertukar pesan dengan Jay.
-----------
Om nanti aku menyusul ya, aku nggak mau pergi kalau bareng MommyTidak usah Jay nanti VC sebentar ya, kita VC saja untuk melihat hasilnya
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK sebuah NAMA
Fiksi Penggemar"Apa kabar Jen" Ji bertanya lirih bahkan yang tadinya tegas dan berwibawa justru kini laki-laki itu mendadak lemas. Dia rindu pada wanita dihadapannya ini tapi dia juga tidak memiliki hak untuk mengungkapkan perasaannya. Ji tau betul bahwa Jennie ke...