09.

267 45 5
                                    

he lost both his parents and he was depressed

Kalimat itu menjadi sebuah misteri untuk Jennie, dia memang tau orang tua Ji sudah meninggal, itupun Jennie tau dari Ji saat meeting pertamanya waktu itu, tapi mengenai Ji yang depresi Jennie benar-benar tidak tahu bahkan dia sama sekali tidak memikirkan Ji bisa sampai depresi karena yang Jennie kenal Ji adalah sosok yang kuat dan pantang menyerah.

Jika ji depresi dan dia kehilangan orang tuanya 6 tahun lalu, bisa jadi itu bertepatan dengan tanggal pernikahannnya, Jennie menduga-duga dan akhirnya dia menemukan titik dimana dia ingin tahu lebih banyak dan lebih pasti apa benar penyebab Ji tidak datang karena kedua orang tuanya meninggal? Tapi apa dan kenapa sampai Ji tidak datang ke pernikahannya.

"Kenapa Jen, gue perhatiin lo ngelamun dari tadi, berkas yang gue kasih juga Lo anggurin" tegur Joy.

"Oh iya Sorry Joy"
"Lo kenapa deh? Jion lagi?" Jennie mengangguk lesu.

"Kali ini kenapa?"
"Gue ketemu dia di toko buku, dia bilang nggak mau terjun buat ngurus proyek ini bareng kita, kenapa dia lari dari tanggung jawab sih Joy? Proyek ini tanggung jawab diakan?"

"Iya ini memang tanggung jawabnya tapi dia punya hak Jen, sebetulnya apa yang Lo harapin kali ini? Kemarin-kemarin Lo nggak mau ketemu dia, kenapa sekarang seolah-olah Lo pengen banget kerja bareng dia"

"Gue penasaran, 6 tahun lalu kenapa dia nggak datang? Dan Lo tau Joy, temen atau pacar gue nggak tau intinya cewek yang bareng dia kemarin ngomong sama gue kalau Ji kehilangan orang tuanya dan sempat depresi, apa itu alasan dia nggak datang? Gue kepikiran itu Joy, kalau iya gue ...... Ah nggak tau gue bingung" Jennie mengacak rambutnya sendiri tanda mulai frustasi.

"Kenapa baru penasaran sekarang? Gih temui dia dan minta dijelasin, bukannya dia selalu minta waktu supaya dia bisa ngejelasin ke elo?"

"Gengsi gue Joy"
"Please Lo bukan remaja lagi yang harus gengsi-gengsian, masalah ini Lo harus obrolin sama dia, Jangan mikir terlalu jauh Lo dengerin dulu penjelasannya habis itu baru Lo mikir kedepannya Lo mau gimana"

"Tapi Joy ...."
"Chat dia sekarang dan ajak ketemu" potong Joy sambil menyerahkan ponsel Jennie seolah memaksa temannya itu untuk menghubungi Ji.
"Beneran harus gue obrolin sekarang Joy?" Jennie ragu.

"Kapan lagi? Buruan chat sekarang" Joy greget, bagaimana tidak jika selama ini Joy menjadi saksi seberapa besar cinta Jennie pada Ji, bahkan setelah dikecewakan waktu itu saja cinta Jennie masih terlihat utuh bagaimana jika tidak? Jennie sudah pasti menjadi budak cinta posesifnya Ji.

Hi Ji.
Bisa kita ketemu
-Jennie-

Pesan singkat itu sudah terkirim namun belum ada tanda akan ada jawaban saat itu juga.

"Nggak dibales"
"Tunggu bentar lagi siapa tau di bales" dan benar tak lama ponsel Jennie bergetar, pesan masuk dari kontak bernama Jion RR (Rega Renandes).

Hi Jen.
Sure, dimana? Kapan?

Kalau hari ini ada waktu?

Ada, mau lunch bareng?
aku kosong Jen

Oke.
Cafe dekat lloud bisa?

Bisa Jen.
Kabari aja tempatnya dimana.
Aku kesana.

Oke.
Nanti aku share Lok.

Iya Jen.

Ji tidak menyangka bisa mendapatkan pesan dari Jennie, ngajak bertemu pula, meskipun bertanya-tanya, Ji tetap merasa senang, paling tidak dia bisa melihat wajah Jennie untuk beberapa menit, perihal rindunya pada Jennie memang tidak pernah putus.

UNTUK sebuah NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang