Chapter 3 : Sedikit Mengenal Riko dan Jemi

1.2K 171 32
                                    

Mobil Toyota Alphard milik Rendi mulai melaju meninggalkan lingkungan sekolah. Di dalam mobil itu ada Rendi yang sedang menatap datar sosok yang sedang memasang wajah memelas layaknya anak anjing padanya.

"Ren bener deh lu nggak perlu nganterin gue balik. Arah rumah loh ama rumah gue kan jauh."

Rendi berdecak. "Berisik banget! Diem aja sih duduk yang anteng!"

Jerricho yang sedikit di bentak akhirnya diam dengan wajah yang merenggut. Rendi sedang marah padanya. Bukan tanpa alasan sih sebenarnya. Itu karena salah seorang kakak kelas mengambil paksa uang miliknya dan Jerricho hanya pasrah. Mau bagaimana lagi? Jika dia melawan dia akan di pukuli. Dan sayang sekali meskipun ia berusaha menyembunyikannya dari Rendi, entah dari mana anak ini tiba-tiba tahu.

Rendi yang semula sibuk pada ponselnya akhirnya memfokuskan diri pada Jerricho yang masih menunduk sambil memainkan ujung dasi nya. Rendi menghela nafas.

"Rik, harus berapa kali gue bilang sama lo, kalo lo di tindas lawan. Kalo lo nggak sanggup lawan mereka sendirian, lo bilang sama gue. Nomor darurat di hp lo ada nomor gue kan? Gue ngatur itu di hp lo bukan sekedar iseng doang." Ucap Rendi kini dengan nada yang lebih lembut. Ia merasa bersalah juga sudah membentak Jerricho barusan.

"Maaf" lirih Jerricho sebagai balasan.

Rendi menghela nafas. "Gue rencananya besok mau izin sehari gak masuk sekolah karena Papa Mama gue pulang bareng Oma Opa gue dari China. Tapi liat lo tadi gimana bisa gue tenang ninggalin lo."

Jerricho langsung menatap Rendi dengan raut wajah bersalah. "Jangan! lo izin aja. Oma Opa jarang ke Indonesia. Lu harus nyambut mereka." Jerricho mengatakan itu dengan menggebu-gebu lalu ia mengangkat ketiga jarinya, melakukan pose yang menjadi ciri khas Jerricho saat anak itu berjanji. "Eum gue janji deh besok gue nggak akan keluar kelas sendirian. Gue bakal aktifin hp terus. Kalo ada apa-apa gue langsung bilang sama lo. Ah satu lagi! gue gak akan sendirian besok. Gue bakal deket sama temen-temen yang lain kalo mereka lagi ngumpul."

Rendi mengangkat sebelah alisnya pertanda jika ia masih belum puas dengan janji Jerricho. Yang di tatap gelagapan sendiri. Apa yang kurang ya?

"Ah iya! gue juga nggak akan skip makan siang sama minum obat. Gue bakal pap sebagai bukti kalau perlu."

Rendi berdecih lalu terkekeh setelahnya. "Oke gue pegang janji lo dan gue tunggu laporan buktinya ya."

Jerricho mengangguk yakin. Rendi tidak boleh menggagalkan acara kumpul keluarga hanya karena dirinya. Meskipun Rendi tak pernah mengatakannya namun Jerricho tau Rendi selalu menunggu momen seperti ini. Rendi itu anak tunggal. Mama Papanya memang memberikan privillage yang besar namun di balik itu keduanya sibuk. Jerricho tau Rendi sering kali kesepian. Karena itu juga alasan Rendi sebenarnya lebih sering menginap di tempatnya.

"Pak kita ke Mall yang biasa dulu ya." Pinta Rendi pada supir keluarganya. Jerricho menatap bingung.

"Anter gue ke Bookstore dulu yuk! Komik yang gue mau udah ada di sana. Sama buku Sains yang lo mau juga udah ada."

"Serius?" Tanya Jerricho dengan mata yang berbinar.

"Serius dong."

"Oke! Gue juga libur kerja hari ini."

"Loh tumben?"

"Kata bang Arkha dia ada acara hari ini. Jadi Kafe tutup."

"Emang boleh ya semaunya gitu?"

"Ya kalo buat bang Arkha sih boleh-boleh aja kayanya. Lagian dia keknya emang udah konglomerat deh. Dia buka Kafe karena gabut aja kali."

"Iya sih dari gayanya keliatan. Gue juga pernah ketemu sama dia papasan. Lo bisa tebak di mana?"

HUMAN (JENO NCT FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang