Di kediaman Jerricho, anak itu baru saja keluar dari mobil Rendi yang mengantarnya pulang sampai ke rumah. Biasanya Rendi selalu ikut turun dan bersantai sejenak di rumah Jerricho, namun karena besok keluarganya akan berkumpul Rendi tak sempat mampir.
Jerricho melambaikan tangan ke arah mobil Rendi yang semakin menjauh hingga akhirnya menghilang dari pandangannya. Ia pun memutuskan untuk masuk. Begitu ia hendak menaiki tangga menuju kamarnya, langkahnya urung begitu mendapati sosok William, kakak keduanya yang sedang membuat kopi di dapur. Mata Jerricho berbinar.
"Abang Iam!"
Yang di panggil menoleh dengan ekspresi terkejut. Semakin terkejut kala mendapati sang adik sedang berlari kearahnya lalu menabrakan tubuhnya pada pelukan William.
William menahan tubuh itu erat, khawatir terjerembab.
"Pelan-pelan dek. Kalau ketahuan Bang Bian kamu lari-lari begitu Abang yakin kamu di hukum lagi sama dia."
Yang di nasehati hanya terkekeh sambil mengusakan wajahnya di dada sang kakak. Tinggi badan William dan dirinya memang lumayan jauh.
"Abang kok baru pulang? Emang gak kangen ya sama adek?"
William terkekeh. "Kangen dong. Makanya Abang cepet-cepetin pulangnya. Adek tau gak harusnya abang di Singapore itu masih tiga hari lagi. Tapi Abang kebut biar bisa cepet-cepet ketemu adek."
Merasakan usapan lembut di kepalanya, Jerricho mendongkakan kepala. Melihat raut wajah William yang terlihat sangat cerah hari ini.
"Oleh-oleh buat adeknya mana?"
"Ada tuh di kamar Abang. Nanti Adek kesana aja."
Jerricho mengangguk semangat lalu melepaskan pelukannya.
"Kalau gitu adek mandi dulu ya abis itu mau ngerjain tugas dulu supaya nanti Adek bisa lama-lama main sama Abang."
"Oke. Jangan lupa turun buat makan nanti ya. Jangan sampai di susulin Bang Bian lagi."
"Oke! bye-bye abang!"
"Bye-bye adek! Jangan lari-lari di tangga!" Ucap William sedikit berteriak karena Jerricho sudah lebih dulu berjalan menuju tangga.
"Oke siap bos!"
♧♧🌼♧♧
Malam ini setelah makan malam selesai Jerricho di tarik paksa oleh William untuk ikut ke kamarnya. Yang di paksa hanya pasrah saja.
"Nah, sini dek!"
William yang semula sibuk dengan kopernya akhirnya menemukan barang yang ia cari. Satu tas berukuran sedang lalu ia menyerahkannya pada Jerricho yang sedang jongkok di sampingnya.
"Nih semua list kamu udah ada di sini plus abang tambahin yang baru terbit minggu lalu. Cetakan terbatas loh. Kamu pasti suka."
William terkekeh saat mata sipit mirip samoyed milik sang adik berbinar. Membuat senang adiknya ini memang sangat mudah.
"Makasi banyak abang!"
"Tapi gak gratis ya,"
Ucapan William membuat raut wajah Jerricho merenggut seketika. "Adek belum gajian abang"
Pecah sudah tawa William. Memang sangat menggemaskan sekali punya adik sepolos Jerricho.
"Yah padahal abang beli itu mahal banget loh." Padahal tidak semahal Mobil dari Audi yang baru ia beli bulan lalu.
"Nanti kalau adek gajian adek langsung kasih ke abang semuanya deh. Janji." ucap Jerricho sungguh-sungguh sambil mengangkat ketiga jadi telunjuk,jari tengah dan jari manisnya di samping telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMAN (JENO NCT FANFICTION)
Fanfiction"Namanya juga hidup. kadang di bawah kadang nyusruk ke bawah banget." - Jerricho "Lu bisa gak sih marah yang bener-benar marah kek gue? Ngamuk kek sekali-kali!" - Jemicho "Emang sesat temenan sama kalian tuh" - Rendi Bahasa Baku/Non Baku Cerita ini...