Chapter 13 : Pangeran yang Hilang

1.9K 211 51
                                    

Di kediaman Januartha, mobil Porches milik Surya baru tiba di halaman rumah. Setelah memberikan kuncinya ke pejaga Surya langsung naik ke kamarnya. Ia masih lelah karena baru saja menyelesaikan perjalanan bisnis ke luar negri.

Namun begitu pintu kamarnya terbuka, sosok si anak kedua yang sedang memandanginya membuatnya sedikir terkejut.

"Astaga Bang! Abang lagi ngapain di kamar ayah? Abang perlu sesuatu?Kamu gak kuliah?" tanya sedikit bertubi-tubi.

Namun yang di tanyai tidak menjawab. Ia malah bangkit dan menghampiri sang ayah. Ia berisiniatif lebih dahulu untuk mengambil alih tas kerja Surya dan jas yang masih di peganginya. Surya menaikan sebelah alisnya heran atas sikap Arkhana yang tiba-tiba seperti ini.

"Ayah mau makan dulu atau bersih-bersih dulu?"

Surya semakin memandang Arkhana dengan selidik. Ia mendekati Arkhana dan membimbingnya untuk duduk di samping ranjangnya.

"Ada apa bang? Abang perlu sesuatu?"

"Arkha mau nanya sesuatu sama Ayah. Tapi Ayah baru pulang. Arkha bisa simpen dulu pertanyaannya sampai Ayah udah gak terlalu cape."

"Ayah gak terlalu cape sekarang. Bilang apa yang mau kamu tanyain ke ayah,"

Tiba-tiba saja Akhana yang biasanya paling cuek, paling dingin ini menundukan kepalanya ragu.

"Ayah maafin Arkha ya kalo pertanyaan Arkha mungkin bakal jadi beban buat Ayah."

"Tanyain apapun yang bikin kamu gelisah bang. Ayah pasti jawab kalo ayah punya jawabannya."

"Ayah, sebenernya aku udah lebih dulu nanya bang Daniel soal ini , tapi bang Daniel bilang cuman ayah yang bisa jawab." Arkhana menarik nafasnya sejenak. Entah kenapa rasa gugupnya tiba-tiba makin bertambah saat ia melihat respon Surya yang masih terlihat tenang.

"Arkha gak tau apa ini cuman halusinasi atau mimpi, tapi Arkha ngerasa nyata banget. Arkha emang gak inget banyak tapi di kepala Arkha, Arkha punya ingetan waktu Bunda lagi hamil Jemicho. Kita belanja dua ranjang bayi, dua stroller, dua set baju dan beberapa mainan juga untuk dua bayi. Arkha selalu inget kalo Arkha mau ngelus perut bunda, bunda gak pernah bilang adek bayi, tapi adek-adek bayi."

Surya tercekat mendengar pertanyaan Arkhana.

"Ayah, seharusnya Arkha punya dua adek kan?"

Entah kenapa dada Surya tiba-tiba berdenyut sakit. Bibirnya tiba-tiba terasa kelu. Jawaban apa yang bisa ia berikan untuk Arkhana sekarang?

"Bang--

 Ucapan Surya terjeda karena gugup. Entah ini benar atau tidak tapi sepertinya ia memang harus membicarakan ini juga pada akhirnya.

--Iya, kamu harusnya punya dua adik bayi laki-laki. Jemicho punya adik kembar."

Meskipun ia sudah menyiapkan hati untuk dua jawaban yang kemungkinan ia dapat, namun mendengar langsung dari mulut Surya tetap membuatnya terkejut bukan main. Ia benar-benar tak bisa berkata apapun saking terkejutnya. Di sisi lain ia memang yakin dengan ingatan yang ia punya, namun ia juga tak menyangka jika Surya akan mengatakan iya.

"Tapi takdir berkata lain,"

"A-Apa saudara kembar Jemi udah meninggal Yah?"

Surya menghela nafas untuk mengurangi sesak di dadanya. "Ayah berharap dia masih bertahan di luar sana. Ayah berharap tuhan masih ngizin Ayah buat menemukan dia."

"Maksudnya dia h-hilang?"

"Iya. Seseorang nyulik dia dan memanipulasi seluruh jejaknya di rumah sakit di hari yang sama dia lahir ke dunia."

HUMAN (JENO NCT FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang