Keesokan harinya Jemicho menjemput Jerricho untuk pergi ke sekolah bersama seperti biasa seakan hari kemarin tidak pernah terjadi apa-apa. Jemicho tidak bertanya apapun padahal sedari pagi tadi Jerricho sudah kebingungan mencari penjelasan seperti apa yang mungkin di pinta oleh Jemicho.
Namun lihat lah anak itu malah dengan santai ikut bergabung dulu untuk sarapan bersama dengan Jerricho dan juga Brian di meja makan.
"Pagi bang."
"Pagi Jem. Sarapan dulu ayok!"
Yang di tawari tersenyum cerah. "Dengan senang hati kalo gitu. Jemi emang belum makan dari rumah."
"Loh kenapa?"
"Males denger teriakan Arkha sama bang Daniel."
Brian terkekeh. "Kenapa lagi mereka?"
"Gak tau is Arkha pagi-pagi udah mencak-mencak aja depan kamar bang Daniel. Kayanya sih gara-gara semalem Bang Daniel makan sample kue buatan dia. Tau sendirikan kalo dapur wilayah si Arkha gak boleh di tembus."
"Lagian bang Daniel gak kapok-kapok maen comot aja. Udah tau adeknya itu reog kalo ke sentuh"
Kali ini Jerricho juga ikut tertawa. Untuk Arkhana, dapur itu memang area keramat untuknya terutama saat ia sedang membuat kue.
"Kamu juga sama reognya Jem. Abang inget waktu pertama kali abang di ajak ke rumah kamu, waktu itu kamu baru abis di keluarin juga dari sekolah kamu. Terus kamu lagi marah-marah karena ada orang yang masuk dapur pas kamu lagi masak."
Yang di bahas hanya tersipu malu. "Emang ya? Jemi lupa."
Brian menggeleng maklum. Anak muda sekarang memang aneh-aneh tingkah lakunya. Namun kali ini Jerricho tampak penasaran akan satu hal.
"Tapi kalau di inget-inget, keluarga Januartha pada pinter masak ya meskipun isinya cowo semua. Bang Arkha jago banget di dunia Pastry. Lo pinter masak makanan lokal ataupun western. Terus om Surya juga sama."
"Ada yang gak jago. Bang Daniel. Masakan dia udah mentok banget yang paling special ya Nasi goreng special yang pake sosis ama sayur."
Jerricho terkekeh. "Iya juga sih. Tapi coba liat di sini, Gue bisanya masak yang simple doang, Bang Iam sama."
Brian mendelik saat tak mendengar namanya di sebutkan. "Lah abang?"
"Yah abang, Denger bunyi Mixer nyala aja loncat kaget." ledek Jerricho yang membuat Jemicho tertawa. Benar-benar sudah tidak ada canggungnya sama sekali Jemicho ini.
Setelah sarapan selesai Brian pamit berangkat lebih dulu sedangkan Jerricho sedang menunggu Jemicho yang menyiapkan motornya. Jerricho nampak gelisah dan Jemicho sebenarnya paham apa yang sedang terjadi pada sahabat dekatnya ini. Ia memutar lagi kunci motornya lalu menghela nafas.
"Kok di matiin?" Tanya Jerricho bingung.
"Ada yang mau lo omongin? Dari tadi gelisah banget kek lagi kebelet"
"Ehh-- Eum.."
Jemicho masih memperhatikan dengan tatapan datarnya pada Jerricho yang malah menunduk sambil memainkan kukunya.
"Soal kemarin--Eum, gue..
...gue,"
Jemicho lagi-lagi mengehela nafas. Ia juga tidak tahu kenapa jika itu pada Jerricho atau Rendi, kesabarannya ternyata punya stock lebih. Jika saja yang sedang berbicara setengah-setengah ini adalah Haidar, tentu Haidar sudah babak belur sekarang.
"Cerita kalo lo udah mau. Gue ada kapan aja."
Jerricho kini menatap Jemicho. "Kaya kenal kata-katanya," ucapnya polos,.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMAN (JENO NCT FANFICTION)
Fanfiction"Namanya juga hidup. kadang di bawah kadang nyusruk ke bawah banget." - Jerricho "Lu bisa gak sih marah yang bener-benar marah kek gue? Ngamuk kek sekali-kali!" - Jemicho "Emang sesat temenan sama kalian tuh" - Rendi Bahasa Baku/Non Baku Cerita ini...