Chapter 2. Journey to the Past

7 3 0
                                    


Pagi ini vania dibangunkan oleh suara ayam yang terdengar nyaring menganggu tidurnya. Saat bangun dari tidurnya, vania tersadar bahwa neneknya sudah tidak ada disampingnya. Vania melihat keluar jendela lalu tersenyum lega ketika melihat sosok wanita tua yang tengah berada di kebun belakang, mencabut rumput-rumput liar yang menganggu tanamannya. Vania bergegas ke kamar mandi, mencuci wajahnya dan menggosok gigi, lalu menjelajah kamar neneknya, berusaha mencari hal-hal kecil tentang masa lalu neneknya, entah itu sekumpulan lagu atau mungkin beberapa puisi dan surat-surat yang romantis. Hampir setengah jam vania menjelajahi kamar wisya, namun tidak satupun barang atau benda yang berkaitan dengan masa lalu neneknya.

"Apakah dia sudah membuang semuanya?" vania bergumam kecil lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Nia, ayo sarapan!" teriak wisya sembari tangannya sibuk menata makanan di atas meja.

Wisya tersenyum seraya mengelenggkan kepalanya ketika melihat vania yang berlari kecil kearahnya. Pagi itu, mereka menyantap sarapan pagi mereka dengan damai.

"Setelah ini kamu harus segera mandi karena kita akan pergi ke rumah pamanmu dan sedikit berkeliling agar kamu bisa melihat sejauh mana kota ini berubah." wisya membuka percakapan ketika mereka berdua mencuci piring kotor bekas sarapan tadi.

Vania mengangguk mengiyakan lalu menata kembali piring-piring yang sudah bersih kembali ke tempatnya sedangkan wisya entah pergi kemana. Bukannya menjalankan perintah neneknya, vania malah membuka televisi menonton Masha and The Bear, kartun yang menemani masa kecilnya lalu sesekali tertawa ketika melihat masha dengan segala tingkah lakunya.

"Nia, cepat mandi. Kita harus berangkat sebelum mataharinya semakin terik!" teriak wisya mengingatkan.

"Iya grandma, sepuluh menit lagi!" jawab Vania yang tengah asyik menonton.

Wisya yang tengah memberi makan ayam piarannya sedikit kaget ketika tetangganya datang menghampirinya dengan membawa daging sapi mentah.

"Selamat pagi, kamu terlihat bahagia hari ini. Apakah itu karena cucumu yang sedang berlibur disini?" sapa wanita tua yang terlihat seumuran dengannya.

"Sepertinya begitu," jawab wisya tersenyum lebar.

"Apa yang membawamu berkunjung pada pagi hari seperti ini?" sambung wisya.

"Ini ada sedikit daging, kemarin peringatan kematian ayahku jadi aku mau sedikit berbagi." ujar wanita tua itu seraya menyodorkan mangkuk berisi daging itu ke wisya.

"Oh benar juga, nanti aku akan membantumu memasak sepulang dari rumah Dany. Terima kasih dagingnya," wisya tersenyum lembut lalu menerima mangkuk yang disodorkan kepadanya.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. Aku masih harus membereskan rumah sebelum anak-anak dan cucuku datang." pamit wanita tua itu yang diikuti anggukan dari wisya.

🪄🪄🪄

Wisya memukul pelan pundak vania yang masih setia duduk di sofa dan menonton dengan serius. Vania yang tengah serius menonton televisi sontak meringis ketika merasakan pukulan di pundaknya.

"Bukankah grandma sudah mmenyuruhmu mandi?" tanya wisya geram ketika melihat cucu perempuannya tidak menjalankan perintahnya sama sekali.

"Maaf grandma, Nia lupa karena terlalu asyik menonton." Jawab vania dengan cengiran kakunya.

"Sana mandi," titah wisya seraya berjalan kearah dapur.

"Sepuluh menit lagi grandma," pinta vania lalu kembali memfokuskan perhatiannya ke layar televisi yang kini menayangkan Upin Ipin.

Eternal Love Beyond the Pages of the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang