Chapter 1. Vacation at Grandma's House

16 3 0
                                    

Motor scoopy hijau berhenti tepat di sebuah rumah berwarna biru tua yang di sampingnya terdapat lopo¹ yang masih berdiri kokoh.

"Selamat siang!" teriak vania ketika melihat tidak ada orang yang keluar menjemputnya.

Vania membuka pintu dan mencari keberadaan pemilik rumah yang tidak kelihatan.

"Grandma!" panggil vania sembari mencari di setiap sudut rumah itu, berusaha mencari neneknya yang entah sedang bersembunyi dimana.

Hampir 15 menit mencari, vania tidak melihat neneknya sama sekali. Vania memilih duduk di sofa merah tua dan meminum sebotol air mineral lalu tersenyum simpul ketika melihat foto keluarga yang terpanjang rapi dan tampak terawat.

"Kemana dia di sore hari seperti ini? Cucunya baru datang tidak disambut sama sekali," dumelnya seraya berjalan ke luar rumah berniat mencari neneknya di belakang rumah.

Vania tersenyum gembira ketika melihat seorang wanita tua dengan balutan dress pink soft berbungga tengah bersenandung kecil seraya menyiram tomat yang sudah berbuah dan beberapa sayuran lainnya.

"Grandmaa!" teriak vania ketika mendapati neneknya tengah asyik menyiram tanaman dan tidak menyadari kehadirannya.

"Astaga," kaget wanita tua yang spontan menjatuhkan alat untuk menyiram tanaman lalu berbalik untuk mencari sumber suara yang membuatnya terkejut.

Vania tertawa lepas ketika melihat neneknya kaget. Bukannya marah, wanita tua pemilik nama Aprilowysa Da'Cruz itu berlari menghampiri cucunya, memeluknya erat melepas rasa rindu lalu serta merta mencium hampir setiap inci wajah cucu perempuan semata wayangnya.

"Kapan sampainya cantik? Kenapa tidak memberi kabar kalau mau kesini, biar grandma bisa memasak dan berbenah, anak manis." ujar Wisya seraya membelai lembut rambut cucunya.

"Sejak kapan grandma suka berkebun?" celetuk vania lalu mendekat ke kebun kecil yang tertata rapi dan seketika takjub dengan betapa suburnya sayuran hijau yang baru selesai disirami.

"Beberapa bulan lalu itu karena grandma merasa kesepian dan bosan makanya memilih berkebun. Habisnya cucu-cucu grandma ga ada yang mau berkunjung, udah lupa kalau mereka punya grandma yang kesepian disini." curhat wanita tua itu, seraya menoel hidung vania lalu beralih memetik kol dan beberapa sayur lainnya.

"Kan nia lagi sibuk sama sekolah, makanya jarang berkunjung. Bukannya lupa sama grandma, masa nia bisa lupa sama orrang secantik ini sih." terang Vania

"Iya deh, ada saja alasannya. Lagipula grandma suka berkebun, selain bisa mengusir rasa suntuk, grandma dapat sayuran yang sehat dan segar. Ayo bantu grandma," titah wisya lalu diikuti vania yang membantu memetik kol, capcay, dan beberapa tomat yang sudah ranum.

Vania di suruh neneknya untuk mandi dan berbenah, sedangkan neneknya memasak jagung bose², beberapa lauk untuk menemani jagung bose sebagai hidangan pendamping. Setelah selesai memasak, wisya segera mandi dan memanggil vania untuk makan malam bersama.

"Wah ada jagung bose, sudah lama sekali aku tidak memakannya." ujar vania lalu bergegas mengisi piringnya dengan jagung bose lalu di ikuti beberapa lauk lainnya. "Ini enak sekali grandma," komentar vania disela makannya.

Wisya tersenyum senang ketika melihat vania yang makan dengan lahap, seketika wisya teringat akan puteri semata wayangnya yang dimana itu adalah ibu vania. Ada pertanyaan yang berterbangan dibenaknya, namun pertanyaan itu ditahannya sejenak karena tidak ingin menganggu vania yang sedang makan dengan lahap.
Vania dan neneknya sedang menonton televisi bersama dengan vania yang tengah menjadikan paha neneknya sebagai bantalan untuk berbaring dengan nyaman. Bagi vania, neneknya adalah ibunya. Ibu vania meninggal karena pendarahan ketika melahirkan vania.

Eternal Love Beyond the Pages of the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang