Like a Re-run Song

1 0 0
                                    

Pria adalah makhluk yang bisa kau baca hanya sekali lihat. Perilaku yang sama saja, metode yang itu-itu saja. Tentu saja ini hanya menurutku, kamu boleh memprotes keras-keras.

Sama saja seperti yang sudah-sudah. Rafael tetaplah lelaki kebanyakan yang terus-menerus hadir di kehidupanku. Layaknya pria kaya yang mengoleksi trofi girl friend. Dia sama saja seperti seluruh koloninya.

Kau harus tahu pria, mereka suka hal baru. Wanita baru, asing, menarik, dan cantik. Pria bahkan rela mati demi mencicipi seluruh labirin misteri wanita sampai puas. Kau tahulah, itu hanya akan bertahan sesaat, enam bulan maximal pria akan berlutu di kakimu, jika kau mampu memainkan trik jitu akan bertahan paling lama tiga tahun. Lagi-lagi ini hanya menurutku. Kau boleh bereksperimen dengan pria milikmu.

Biar ku ceritakan saja bagaimana hidup berlanjut setelah kencan singkat dalam liburan casual sebelumnya. Kami jadi sering bertemu. Jangan di artikan ke arah dewasa, karena Rafael tidak tertarik dalam hubungan yang panas. Dia tipe pria yang suka ditemani. Dia tipe oria yang suka bermain dongeng sebelum menerkam mangsanya. Yah, meskipun kami tidur setelah resmi berpacaran sebulan kemudian.

Kau harus tahu ritme hidupku setelahnya. Bisnisku di backup, asetku di tambah, liburanku jadi super fancy dan tak terbayangkan, jangan bahas berapa keping berlian bergelantungan di sekujur tubuhku. I fell soo loved, kau tahu standar ku.

Jangan tanyakan soal berapa kali Julie berdecak kagum dengan nasib mujurku. Baginya aku adalah aset nomor satunya kini.

Kehidupan bahagia dan berlumuran tawa. Mencintai Rafael secara singkat dan blak-blakan.

Semua baik-baik saja hingga, entah dari mana datangnya ilham tak terduga itu dikepala Rafael, dia dengan serius mengatakan membutuhkan seorang Trofi wife. Satu hal yang tidak bisa ku berikan. Kenapa dia seperi pria lainnya juga?

Tepat di bulan ke 7 hubungan kami. Malam ini, kami makan berdua di restoran bintang 5 faforitnya. Menyesap sampanye kesukaannya. Alunan musik klasik yang syahdu mengayunku dalam harmonisasi yang indah. Kemudian bak guntur di padang bunga saat musim semi telah tiba. Dia memintaku memikirkan soal pernikahan.

Aku tahu Rafael melihat dengan jelas keterkejutan ku. Dia tahu aku tidak ingin menikah. Seperti yang sudah kita tahu bersama, bagiku aku tidak dalam kondisi menginginkan pernikahan.

" Kamu ngak harus jawab malam ini, babe. Kamu punya banyak waktu mikirin ini."

Kami tenggelam dalam hening yang panjang. Tersesat dalam pikiran masing-masing.

" Aku merasa sudah cukup sendiri. Aku merasa sangat cocok dengan kamu. I know, you dont need marriage. But, I need. Tapi harus sama kamu tentunya. "

Seperti yang ku bilang tadi, dia tipe pria dongeng. Dia percaya ending bahagia disetiap cerita nina bobo yang di bacakan Ibunya. Aku pening setengah mati.

Rafael memang bukan pria sembarangan. Menurut pertimbangan ku pun menikahinya tidak akan merugikanku, justru ada banyak keuntungan disana. Tapi menikah bukan jalanku. Aku punya semua yang aku mau dalam hidupku. Pria memang berkat besar namun akan menjelma masalah setelah terikat dalam hubungan menyesakkan bernama pernikahan.

" Aku janji, tidak ada yang berbeda setelah pernikahan. Aku tetap orang yang sama. Dan kamu akan selalu jadi wanita yang bahagia. "

Dia masih saja mengoceh. Mencoba membuatku setidaknya mempertimbangkan keinginannya.

" Kamu tahu, aku orang yang penurut selama ini... " Suaraku tenang, " Tapi untuk pernikahan, biarkan aku pikirkan lagi... "

" Berapa lama? " Suaranya lembut. Memegang tanganku pelan dan menatap ke mataku. " Jangan takut menikah, Na. You married me, its will fine, and supper fun. I promise you... "

Suara Rafael yang meyakinkanku menyatu dalam alunan musik klasik yang makin liar. Menenggelamkanku dalam ke jengahan. Mulutnya masih terus menyanyikan kalimat-kalimat meyakinkan. Suaranya timbul tenggelam dalam lamunanku yang kian lama kian menebal.

Mengapa harus menikah, mengapa selalu menikah jadi masalah dalam hubungan simbiosis mutualisme kami? Tanpa menikahpun kita lebih bahagia.

Kurasa.

*****

Sejak pagi buta aku sudah kerepotan dengan berbagai urusan penting. Aku sedang merencanakan sebuah butik baru. Yang tentunya sangat di dukung Rafae, baik secara moral maupun materil.

Segala tetek-bengek sudah kuselesaikan dengan mulus. Finishing dekor ruangan sudah hampir menyentuh 95%.

Ruko kecil ini baru ku beli sebulan sebelum putus dengan Arvind. Bangunan ini awalnya hanya sebuah kubus persegi panjang. Namun dengan bantuan seorang Arsitek muda, ruangan ini disulap dengan begitu mengagumkan.

Setelah merasa lega dan puas dengan urusan tata menata gedung, aku mengajak sang arsitek untuk makan siang disalah satu resto yang tidak jauh dari rukoku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selling My Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang