Severus berjalan mondar-mandir dari ruang makan ke ruang duduk. Kepalanya hanya mengintip ke arah bocah yang sedang tertidur, di atas sofa berlengan di tengah ruangan. Ia berjalan kembali ke dapur, menarik kursi dari meja makan, mengembalikannya ke tempat semula, kembali ke ruang duduk, mengintip, berbalik ke dapur dan seterusnya. Sudah waktunya sarapan, tetapi ia bingung apakah harus membangunkan Potter dan mengajaknya sarapan atau tidak. Lagi pula, bocah itu tertidur nyenyak sekali. Kepalanya tersandar sempurna di sisi kanan, sementara kedua kakinya lurus ke depan, hampir menggantung dari sofa. Severus berjalan kembali ke ruang duduk untuk yang terakhir kalinya, dengan membawa segelas teh di tangannya. Uap hangat dan wangi yang menggoda menyentuh ujung hidungnya, membuatnya cangkir itu perlahan terangkat hingga hampir menyentuh bibirnya.
Sebuah ketukan kembali terdengar di pintu rumah, namun kali ini sedikit lebih keras, hampir seperti suara ketukan dari anak laki-laki yang sedang marah dan kedinginan, karena tidak diizinkan masuk ke dalam rumah di musim dingin. Suaranya cukup keras sampai membangunkan Potter kecil yang sedang menikmati tidur paginya. Severus menaruh tehnya di dapur sebelum ia pergi dan membuka pintu.
Seorang pria bertubuh besar, dengan kepala yang bahkan lebih tinggi dari ambang pintu, berjanggut dan berambut cokelat nan tebal, menundukkan kepalanya untuk melihat pemilik rumah.
"Hagrid," sapa Severus.
"Hey, Snape! Lama tidak berjumpa. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya pria besar itu dengan ramah.
"Tidak banyak. Dan kuharap tetap begitu," jawabnya singkat.
Pandangan Severus menelusur keluar, mendapati sebuah motor ajaib dengan sejumlah kotak termuat di atasnya, hampir memenuhi kendaraan itu, hingga hanya menyisakan tempat duduk bagi pengendara. Bersamaan dengan itu, Harry berlari ke arah pintu untuk menyapa sobat lamanya.
"Hagrid!"
"Oh, hai Harry! Ternyata kau sudah ada di sini! Maaf, tidak sempat menemuimu kemarin, kawan," ucap pria besar itu, yang seketika disambut oleh pelukan hangat Harry.
Severus berdeham. "Kupikir Minerva sedang bercanda kemarin. Tetapi ternyata, ia benar-benar mengusir Potter dari Hogwarts, dan memaksanya untuk pindah ke rumahku," cibir Severus.
"Apakah profesor McGonagall sudah pulang?" tanya Harry.
Severus memandang mantan muridnya itu dengan angkuh. "Ya, Potter. Kau begitu nyenyak sampai-sampai tidak sadar akan kepergiannya. Apakah perkara pindah-pindah ini membuatmu begitu takut, hingga kau tidak tidur semalaman?" ucapnya sarkas.
Terjadi keheningan di antara mereka, namun Hagrid segera merogoh saku jaketnya dan memberikan sebuah kantong kepada Harry. "Ambil ini, Nak."
Harry menerima kantong itu dari tangan Hagrid dan membukanya, memperlihatkan sebuah benda oval berwarna abu-abu, dengan bercak-bercak hijau dan biru. Besarnya seperti dua kepalan tangan orang dewasa, namun tidak terlalu berat.
"Apa ini?" tanya Harry penasaran.
"Itu telur naga, Harry. Kupikir, dia bisa menjadi teman yang baik untuk—"
"Hagrid. Apa kau bermaksud untuk membakar rumahku?" sergah suara berat dari pria sebelah Harry.
"Ini tidak berbahaya," lanjut Hagrid sedikit berbisik ke arah Harry, namun matanya kembali tertuju pada pria di depannya dengan canggung. Begitu pun dengan Harry, yang kini menatap Severus dengan penuh harapan.
Iris hitam mengintip dari ujung matanya, menatap Harry dengan angkuh. "Aku tidak akan menghalangi. Tetapi ingat." Severus perlahan menunduk hingga kepalanya sejajar dengan Harry. "Satu bencana tentu akan membuatmu kehilangan peliharaanmu selamanya. Potter," ucapannya pelan namun tegas, sehingga mampu membuat Harry merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance [Snape & Harry Fanfiction | Father-Son/Adoption AU] (Indonesia)
Fanfiction[On-Going | Upload Kamis/Jumat] Mei tahun 1998 mengukir kenangan kelam dalam sejarah Hogwarts. Terjadi pertumpahan darah, dan hati tak luput dari kesedihan akan hilangnya nyawa orang yang dicintai. Kematian dan pengorbanan membuka jalan bagi kemenan...