Chapter 3 - Little Potter

217 21 1
                                    

"Aku ingin penjelasan yang rinci atas apa yang telah terjadi, Minerva," ucap suara berat itu dengan pelan namun tegas.

"Kupastikan kau mendengar semuanya, Severus."

"Profesor McGonagall—" panggil bocah itu, sembari kaki-kaki kurusnya berlari melintasi ruangan, menuju sang kepala sekolah, dan bersembunyi di balik mantel hijau tua mengkilap milik sang penyihir. Sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan pria di hadapannya.

"Harry. Ayo, ucapkan salam padanya. Bukankah kau sangat ingin bertemu dengan profesor Snape sebelumnya," ucap Minerva, mencoba menenangkan bocah lelaki yang ketakutan itu.

Harry memberanikan dirinya, melangkah maju sedikit demi sedikit dan berdiri di samping Minerva.

"Ha—hai, P—Profesor Snape," sapanya, sambil melambaikan tangan pelan, sementara salah satu tangannya masih menggenggam erat jemari Minerva.

"Halo. Potter. Lama tidak berjumpa," jawab Severus, masih dengan penuh kebingungan. Sesungguhnya, ia merasa heran dengan hal yang sedang terjadi. Hanya saja, ekspresinya yang datar dan tatapannya yang menusuk, tentu akan membuat anak mana saja ketakutan ketika bertemu dengannya, tidak terkecuali Harry.

Severus kembali menatap Minerva, mengharapkan penjelasan dari penyihir tua itu. Minerva berjalan menuju ke meja kerjanya, diikuti oleh Harry dan Severus. Harry masih tidak mau melepaskan tangannya, namun pada akhirnya ia berdiri di dekat Minerva, sambil berpegangan pada lengan kursi, sementara Severus berdiri di hadapan mereka, tanpa melepas pandangannya dari Minerva yang kembali memeriksa berkas-berkas di tangannya. Namun, sesekali ia melihat ke arah Potter kecil, mendapati bocah itu memerhatikan dirinya dari seberang meja.

"Severus, kupikir kau sudah tahu apa yang terjadi di pertempuran besar Hogwarts? Maksudku— apa yang terjadi di antara Harry dan Voldemort, si pangeran kegelapan. Aku mendengar hal ini dari Potter, dan menurutnya kau sudah mendengar hal ini dari Albus sebelumnya," ucap Minerva.

"Ya, tentu. Pangeran kegelapan ingin membunuh putra James Potter, karena ia berpikir bahwa anak itulah orang yang diramalkan akan mengalahkannya. Maka, ia berniat membunuh Harry, sebelum anak itu yang lebih dahulu membunuhnya. Tetapi pada akhirnya, justru dengan kematian Harry, Voldemort menghancurkan Horcrux-nya sendiri, sehingga ia pun bisa menemui ajalnya."

"Tepat sekali!" tanggap Minerva pada penjelasan Severus.

"Harry sendiri ternyata adalah sebuah Horcrux dari Voldemort. Di dalam dirinya, hidup sebagian dari diri Voldemort. Pangeran kegelapan tidak hanya 'mengonsumsi' sebagian dari jiwanya, namun juga tubuhnya, supaya ia bisa tetap hidup," ujar Minerva.

"Mengonsumsi tubuh Harry untuk tetap hidup? Jadi, maksudmu—"

"Seperti profesor Quirrell!" ujar Harry, tiba-tiba memotong perkataan Severus.

"Benar, Harry!" puji Minerva. "Seperti halnya Quirrell."

Pandangan Minerva kembali beralih pada Severus.

"Sihir Quirrell tidak begitu kuat, sehingga ia musnah begitu saja ketika Voldemort, sebagai suatu parasit meninggalkan tubuh inangnya," jelasnya.

"Namun, beda kasusnya dengan Harry. Harry punya kekuatan yang sangat kuat dari dalam dirinya sendiri. Kekuatan yang pernah membelokkan mantra kutukan dari dirinya, kekuatan itu juga yang membuatnya hidup hingga saat ini, terlepas dari keberadaannya sebagai Horcrux Voldemort," lanjut Minerva.

Severus menganggukkan kepalanya. Perlahan ia mengerti situasi yang terjadi. Ia kembali memandang bocah kecil di hadapannya, yang juga sedang curi-curi pandang kepada pria pucat berambut hitam itu.

"Jadi ...."

"Jadi, ketika Voldemort mati, maka sedikit demi sedikit bagian dirinya yang ada di dalam diri Harry, dikikis oleh kekuatan Harry sendiri. Namun, hal itu meninggalkan sedikit efek samping pada Harry. Seperti yang kau lihat sekarang, Harry mengalami kemunduran secara fisik, sehingga ia menjadi anak-anak yang berusia kira-kira delapan tahun," jelas Minerva lagi.

One More Chance [Snape & Harry Fanfiction | Father-Son/Adoption AU] (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang