Selfish

68 15 13
                                    

Halo? Masih ada yang mau baca?

Aduh aku benar-benar kehilangan minat nulis;)

Maaf maaf!

.·:*♡*:·.

Ramainya orang tetap tidak menjadi penghalang bagi Demiryn menarik Mitari menjauh dari perayaan. Tapi keduanya tidak menyadari beberapa pasang mata lain yang memperhatikan mereka sedari awal melangkah pergi.

Kavya tercenung ditempat tidak dapat mengalihkan pandangannya dari tautan tangan dua orang itu. Hatinya membara panas, dia cemburu! Sangat-sangat cemburu. Dilain sisi Fuw'ein juga menatap rumit ke arah yang sama, tatapannya tak terbaca.

Sementara Mitari yang ditarik paksa pergi menjauh dari keramaian terlihat menatap kosong, dia melamun tak tentu arah memikirkan apa yang sebenernya akan terjadi. Saat dia akhirnya berhenti di seret—

Dugh!

Ah!

Keningnya tepat menabrak punggung keras Demiryn. Tangannya terangkat mengusap keningnya, barulah saat itu Mitari mendapatkan kembali kesadarannya. Dia menatap nyalang pemuda yang sedang memunggungi dirinya.

"Apa? Kemana kamu membawa ku?" Tanyanya jengkel. Namun tidak ada jawaban, hal itu semakin membuat Mitari kesal sekaligus keheranan.

"Demi! Kamu—

"Perjodohan," Suaranya dingin dan mengintimidasi, intonasi suaranya yang begitu berbeda dari biasanya sukses membuat Mitari tersentak dengan tubuh yang membeku.

"Apakah kamu sudah tau tentang perjodohan itu?"

Demiryn tidak berteriak ataupun menggeram marah. Dia hanya berucap pelan dengan datar, tapi itu sudah berhasil membuat Mitari terpaku ditempat. Punggungnya bergetar saat pemuda jakung itu membalikkan tubuhnya secara perlahan.

"Dia sudah tau...."  Mitari menundukkan kepalanya. Tanpa melihat wajah Demiryn, Mitari mulai membayangkan segala skenario yang terjadi apabila perjodohannya dilangsungkan dengan lancar.

Sekilas Demiryn dan Kavya terlihat bertolak belakang tetapi hubungan antara anak kepala suku dan pemuda hilang ingatan dari orang-orang seperti Jake Sully, bukanlah pilihan yang buruk. Mungkin keduanya akan berakhir dengan akhir yang bahagia, mereka cocok, hanya butuh waktu untuk saling beradaptasi.

Tetapi.... Kenapa rasanya aura Demiryn sangat menakutkan? Dia sudah tau kan? Seharusnya kalau memang dia menerim perjodohan itu, Demiryn bereaksi senang.

Ketika memikirkan itu semua, kedua mata Mitari terbelalak. Tidak, sesungguhnya dia tidak tau bagaimana perasaan Demiryn. Pemuda itu belum memberitahunya apakah menerima atau tidak dan Mitari belum bertanya.

Jadi dengan gerakan ragu-ragu Mitari mengangkat kepalanya, hanya untuk menemukan mata emas Demiryn yang bersinar seram kearahnya.

Pemuda itu tidak senang, dia.... dia marah!

"Sudah berpikirnya? Sebenarnya apa yang orang-orang itu pikirkan ketika berniat menjodohkan aku dan Kavya tanpa bertanya terlebih dahulu? Tidakkah itu terlalu egois?" Bagaikan bendungan yang meluap, kata-kata yang sedari tadi tertahan diujung lidah mulai terucap satu-persatu.

"Aku.... Aku tidak tau." Pada akhirnya hanya itu yang dapat Mitari ucapkan. Dia ingin menenangkan Demiryn tetapi sorot mata tajam itu membuat nyalinya menciut.

Mendapati raut wajah murung Mitari, Demiryn mengusap kasar wajahnya lalu berpaling sambil menghembuskan nafas panjang "Kamu setidaknya orang yang bisa memberi tau ku tentang itu, Mitari. Aku berpikir setidaknya kamu, tapi memang tidak seharusnya aku menyalahkan mu. Ya, itu bukan salah mu."

Ucapan acak dan cepat terlontar dari Demiryn yang terlihat sangat frustasi. Hey, kelangsungan hidup masa depannya sedang dipertaruhkan melalui perjodohan ini! Dan dia tidak mau.

Yang dia inginkan adalah gadis dihadapannya. Tidak lebih hanya dia.

"Aku bertanya-tanya...."

"........?" Mitari memiringkan kepalanya ketika ucapan lirih Demiryn tidak dilanjutkan oleh pemuda itu.

Brukhh!

Kedua mata besar Mitari semakin terbelalak tatkala kepala Demiryn jatuh ke pundaknya. Kening pemuda itu tertahan diarea leher dan pundak kecil Mitari, lalu gumaman demi gumaman acak terdengar samar.

"Demi? Apa kamu mabuk?"

Dia tidak mengerti akan dibawa kemana percakapan acak mereka. Baru beberapa saat lalu dia diseret menjauh dari pesta sampai sejauh ini, setelahnya mendengar keluh kesah Demiryn tentang penolakan atas perjodohan tiba-tibanya dan sekarang bagaikan air yang menguap, Demiryn meleleh kehilangan amarahnya.

Sebenarnya Mitari harus apa?

"Kamu benar, aku mabuk. Aku telah kehilangan akal, jika saja sedari awal aku jujur maka semua ini tidak akan terjadi dan kamu sudah sepenuhnya menjadi milikku ."

Sekarang tidak hanya sekedar gumaman! Mitari dapat dengan jelas mendengar ucapannya. Dia tidak mabuk dan Mitari sedang tidak berkhayal. Tadi itu, tadi itu Demiryn baru saja mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya!

Tubuh Demiryn terhuyung kebelakang ketika Mitari dengan tiba-tiba memegang kedua lengannya, memaksa mata mereka untuk saling bersitatap.

"Katakan! Katakan lebih jelas!" Kata Mitari, dia memelototi Demiryn seakan ucapan pemuda itu barusan adalah ilusi. Itu reaksi yang cukup lucu.

Wajah Demiryn yang tadinya mengeras kaku, kini berangsur menjadi keterkejutan. Dimatanya, Mitari bagaikan anak kecil yang tengah merengek meminta dibenarkan atas ajakan pergi jalan-jalan.

"Aku ingin memiliki—tidak, kamu harus menjadi milikku ku, Mitari." Nada suaranya yang kembali melembut saat mengucapkan kata-kata penuh debaran itu menghadirkan desiran menggelitik.

Cengkeraman tangan Mitari pada kedua lengan Demiryn mengendur lalu terlepas. Sejenak kebahagiaan akan terbalasnya perasaannya menyelimuti Mitari, namun semua buyar seketika saat teringat kembali tentang perjodohan Demiryn dan Kavya.

"Tidak, kita tidak seharusnya begini." Dia menggeleng berulangkali.

"Kita? Jadi kamu juga mengakuinya. Kenapa tidak bisa? Aku menginginkan mu dan begitu juga kamu menginginkan ku, itu sudah cukup Mitari."

Rasanya salah, Mitari tidak menyukai perasaan tidak mengenakan ini. Walau dia tidak dapat menyangkal rasa senangnya, namun tetap saja dia merasa bersalah.

Sebelum Mitari menyadarinya, Demiryn menangkup pipinya. Memaksakan iris emas mata keduanya saling bersitatap.

"Jangan pikirkan yang lain, cukup dirimu sendiri dan aku. Kau harus belajar egois sesekali, Mitari."

.·:*♡*:·.

Aku engga yakin sama chapter ini tetapi udah terlalu lama aku pendem di draft;)

Maaf ya! menghilang begitu lama huhu🛐

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your Choice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang