" Aamiin... "
Setelah mendoakan Ibu nya, Ayyara terdiam termenung menatap pusara yang ada di depannya.
Tidak ada lagi air mata yang jatuh dari kedua bola matanya saat mengunjungi kuburan sang Ibu, tapi bisa dipastikan hatinya masih sakit seperti lima tahun yang lalu sejak Ibunya berpulang. Rasanya tidak pernah berubah, rasa sakit itu masih kentara, duka masih menyelimuti hidupnya kendati hari-harinya nampak biasa saja.
Namanya Ayyara Jingga Rahayu. Perempuan berumur dua puluh empat tahu yang sedang mengarungi beratnya hidup. Memang bukan hanya dirinya di dunia ini yang sedang menjalani hidup susah, milyaran orang lain pun sama sedang menapaki ujian hidup. Namun, terkadang manusia sesalu melihat ke atas, melihat kebahagiaan orang lain tanpa tahu apa yang sedang di hadapi di belakangnya. Ayyara selalu menganggap hanya dirinya sengsara, dan tidak merasakan keadilan dalam hidupnya.
Tidak pernah terpikir dalam benak Ayyara lima tahun yang lalu sang Ibu akan meninggalkan dia bersama Ayah dan adiknya yang masih kecil. Disaat dia dan adiknya masih membutuhkan sosok seorang Ibu. Ayyara tidak tahu harus bagaimana menjalanka hidup, dia yang masih harus diarahkan dan dibimbing kehilangan tongkat yang menjadi pegangannya.
Ayyara yang tidak bisa apa-apa karena Ibu selalu yang melakukannya dipaksa harus serba bisa untuk melakukan segalanya. Meraba-raba apa yang sekiranya harus dia lakukan. Banyak kesalahan karena ketidak tahuannya yang membuat dia frustasi dan terkadang ingin menyusul ibu nya dengan caranya sendiri. Kematian ibunya merupakan kematian hidup bagi Ayyara.
Keinginan itu selalu hilang tatkala melihat Ayah dan adiknya nya yang masih semangat menjalani hari-harinya walaupun begitu terasa hilang rasa bahagia yang tadinya sempurna. Mungkin yang membuat dia bertahan di dunia ini hanya Ayah dan adiknya saja.
Hidupnya kian berat saat Ayahnya sudah semakin tua. Dia harus ikut mencari nafkah untuk menyambung hidup mereka. Ayyara tidak mau membebani Ayahnya yang semakin berumur. Setidaknya dia harus mengurangi beban Ayahnya dalam menanggung kebutuhan keluarga, apalagi masih ada adik kecil yang sekolah. Ayyara yang dulu tidak bisa melakukan apa-apa bisa bertahan hidup sampai sejauh ini adalah pencapaian yang luar biasa. Ini diluar ekspetasinya sendiri.
Ayyara menghela nafas lelah, rasanya dia tidak ingin beranjak dari sini. Mungkin bagi kebanyakan orang kuburan adalah tempat yang menyeramkan, tapi bagi Ayyara kuburan tempat yang nyaman untuk dia kabur dari peliknya hidup. Kuburan begitu menenangkan bagi Ayyara yang tidak suka keramaian.
Tapi, mau tidak mau Ayyara harus pergi dari sana. Hari ini dia ada jadwal kuliah. Entah disebutnya apa, dengan keterbatasan finansial yang dimilikinya, Ayyara malah melanjutkan pendidikannya. Punya jiwa ambisius membuat Ayyara bertekat untuk lanjut kuliah sesuai impiannya sejak dulu untuk meraih cita-citanya.
Perempuan itu tidak ingin hidupnya tidak berkembang dan distu-situ aja, makanya jalan yang dia pilih adalah melanjutkan pendidikannya meskipun dia harus menunda selama bertahun-tahun dulu untuk mengumpulkan sedikit uang.
Sebelum kuliah, dulu Ayyara bekerja di salah satu pabrik sepatu brand lokal yang cukup besar di daerahnya. Namun, dia memutuskan berhenti karena sudah tidak sanggup dengan lingkungan tempat kerjanya itu dimana pertemanan disana begitu toxi. Leader yang marah tidak tanggung-tanggung sampai mengeluarkan seisi kebun binatang dari lisannya, teman yang didepan terlihat baik padahal dibelakang saling membicarakan, ketidakadilan terhadap pekerjaan. Yang paling menyakitkan itu ketika Ayyara selalu ikut kena damprat saat temannya melakukan kesalahan, tapi ketika Ayyara atau orang yang tidak dekat dengan leader melakukan kesalahan yang dekat dengan leader tidak akan mendapatkan hal yang serupa. Ya... Seperti anak emas lah dan Ayyara anak tiri yang gak bisa apa-apa. Bahkan, sampai detik ini ada beberapa orang di sana yang sulit Ayyara maafkan atas perilakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayyara & Abang Pras
ChickLit" Gue mau nikah aja deh. Sama siapapun itu, udah frustasi banget gue beb. Gak papa sama duda punya anak juga yang penting kaya dan ganteng. Kalo ada yang ngelamar bakalan langsung gue terima! " " Heh, inget ucapan itu do'a. Mau lo jadi kenyataan, ga...