01. HUJAN DIHARI JUMAT

25 3 1
                                    

~¶~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~¶~

Ini tidak seperti biasa, hujan turun dijum'at sore. Hari yang biasanya singkat kini meninggalkan kesan berbeda. Awan gelap menutupi sinar matahari disusul dengan gemuruh kencang dan sambaran petir. Angin dan hujan sepertinya sepakat untuk tidak membiarkan orang-orang beraktivitas diluar. Tampak dari jalan tol yang sepi, hanya diisi bus merah putih—yang membawa para atlet badminton—melaju stabil dan dua mobil lainnya menyusul dari arah belakang.

Tempat duduk paling belakang disamping jendela, lelaki memakai earphone memainkan ponselnya. Menguhubungi orang rumah kalau ia dalam perjalanan pulang. Satu menit kemudian pesannya hanya dilihat, seperti biasa, tidak ada jawaban.

Dia, Deren. Dikenal sebagai atlet muda berprestasi yang pernah masuk kedalam tim nasional, pernah menyabet mendali emas pada liga bergengsi satu tahun lalu. Meskipun pemula berada di tim nasional, Deren sudah diakui sebagai atlet yang bekompeten, terlihat bagaimana teknik bermainnya semakin berkembang setiap harinya. Deren memanfaatkan jiwa mudanya sebaik mungkin.

Ia tidak sendiri, ada sahabatnya yang juga berkecimpung di bidang yang sama. Namanya Arya, lelaki jakung berambut ikal gondrong bergelombang. Biasanya, wanita-wanita–baik awam maupun mengerti dunia olahraga–mereka akan memilih Arya sebagai bias-nya. Tidak bisa dipungkiri kalau lelaki itu sangat tampan dan attractive, siapapun akan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tapi dari segi permainan, Deren pemenangnya. Untuk remaja seusia mereka, Deren lebih cepat untuk membalikan serangan lawan. Deren dijuluki wonderboy sebagai perwakilan dari cepatnya ia menguasai teknik saat di lapangan. Deren bahkan pernah digadang-gadang menjadi penerus Gary Hartono, sang legenda bulu tangkis yang sudah memecahkan rekor dunia.

"Apa yang lo minum?" Tanya Deren pada Arya. Kondisi bus sedang kondusif, banyak dari mereka sudah menjelajahi alam mimpi. Mungkin mereka kelelahan karena jet-lag.

"Cuman vitamin," jawab Arya. Lelaki gondrong itu menyimpan kembali botol pil miliknya kedalam tas, tidak membiarkan Deren bertanya lebih lanjut tentang vitamin miliknya.

"Kenapa muka lo aneh gitu?"

"Aneh gimana maksud lo?"

Deren menatap lamat lelaki disebelahnya ini, akhir-akhir ini Arya bersikap aneh. Dia tidak seceria dulu, selalu menghindar jika ditanya 'kenapa' dan tidak fokus setiap kali latihan.

"Lo akhir-akhir ini kelihatan tertekan."

Deren tidak pernah melihat Arya setegang ini, apalagi hanya pertanyaan simple. Meskipun ia sudah mengenal lelaki itu selama tiga tahun, Arya merupakan sosok yang dapat menyembunyikan ekspresinya dengan baik.

"Kita kalah, wajar kalau gue tertekan."

Deren memutuskan untuk tidak memperpanjang pertanyaannya saat merasa Arya sedang berada disuasana tidak baik. Mungkin saja lelaki itu benar, mereka pulang lebih awal sekarang karena kalah pada babak penyisihan turnamen di Tokyo, Jepang. Sebelum itu, Arya sudah menunjukan tanda-tanda keanehan saat seleksi turnamen ini, bahkan nyaris kalah. Saat pertandingan pertama pun melawan Korea Selatan, mereka kalah pada putaran pertama karena Arya sering kali membiarkan kook jatuh ke daerah mereka.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang