1
Jadilah Pembaca bijak yang tau cara menghargai karya orang lain setelah membacanya.
Happy Readinggg!
°°°°
Suara ketukan pintu mengalun nyaring mengisi kamar tidur yang masih terdapat sosok gadis terlelap di kasurnya. Nara Arabella Sanjaya, entah apa yang sedang dimimpikannya sampai betah sekali menetap di alam mimpi. Fatimah menghampiri gadis itu untuk segera membangunkannya.
"Assalamu'alaikum, Nara bangun, kamu harus sekolah, Kak," ucap Fatimah lembut sembari mengusap sayang kepala Nara.
"Wa'alaikumussalam, eng … bunda?" Nara sedikit mengintip dari alam sadarnya. "Sebentar bunda, aku masih ngantuk," ucapnya lirih kembali menutup mata untuk menyambung tidurnya.
Fatimah menggelengkan kepalanya samar. Tidak habis pikir dengan kelakuan anak gadisnya. Meskipun begitu Fatimah tetap membangunkan Nara dengan penuh kasih sayang. "Bangun Kak, adik kamu udah nungguin di bawah buat sarapan. Ayo bangun, siap-siap sana Kak." Pada akhirnya Fatimah membangunkan paksa Nara dengan cara mendudukkan gadis itu sampai benar-benar terjaga.
"Sana mandi Kak," ucap Fatimah menyuruh Nara ke kamar mandi.
Nara tak menjawab, namun tetap beranjak dari tempat tidurnya, menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritualnya setiap pagi. Tidak butuh waktu lama, sekarang Nara sudah siap dengan pakaian yang dirinya pilih. Dimata Nara tampak cantik dan memikat. Setelah dirasa cukup, Nara bergegas menuju meja makan untuk sarapan terlebih dahulu.
"Hai, selamat pagi semuanya," sapa Nara dengan ceria.
"Pagi Kak," sahut Rani diiringi senyum tipisnya. Setelah itu melanjutkan makannya yang sempat tertunda.
"Astaghfirullah, Nara," ucap Fatimah shok melihat pakaian yang melekat di tubuh anaknya itu.
Nara merengut bingung. "Apasih Bun? Emangnya aku setan apa?" tanyanya sedikit sensi.
"Penampilan kamu yang sopan dikit bisa, sayang!" ucap Fatimah dengan tegas sembari menutupi punggung Nara.
"Aaaa ... Bunda ini udah sopan tau. Style kaya gini itu lagi trend." Cerocos Nara pada sang bunda.
Fatimah tidak menjawab Ucapan Nara, melainkan meminta tolong pada Rani untuk meminjamkan pakaian.
"Rani, tolong pinjami kakak kamu gamis, jilbab, satu lagi, sama ciput." Kalimat itu seolah perintah bagi Rani. Rani hendak berdiri untuk ke kamarnya mengambil baju. Namun, Nara sudah protes dengan bahasa tolakannya yang terdengar kasar membuat Rani berani menegur kakaknya itu.
"Masa iya aku pakai gamis? Yang ada aku kayak ibu-ibu, enggak ah aku enggak mau pakai gamis." Tolak Nara cepat dan tanpa sadar menaikkan nada bicaranya lebih tinggi.
"Kak Nara. Nurut sama apa yang dibilang bunda dan abba. Jangan ngebantah. Ayo ikut aku," ajak Rani sembari menggapai tangan Nara untuk diajak berganti pakaian.
Setelah selesai memakaikan Nara gamis. Lengkap dengan jilbab dan juga ciput. Mereka berdua pun segera berangkat untuk pergi ke sekolah.
"Udah Kak Nara. Udah cantik. Ayok sekarang kita berangkat sekolah," ajak Rani yang sudah berada di ambang pintu kamarnya melihat Nara yang masih setia menilai penampilan di cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA DAN ABINAF
Teen Fiction{ FOLLOW SEBELUM MEMBACA } Nara gadis kelahiran Surabaya di jodohkan dengan pria yang di sebut sebut Gus dari Semarang, Gadis itu adalah Nara Arabella Sanjaya, dan pria itu Abinaf Fahri Al- hafidz yang mempunyai pondok pesantren bernama Al-hafidz...