5
Jadilah Pembaca bijak yang tau cara menghargai karya orang lain setelah membacanya.
Happy Readinggg!
°°°
Mereka semua mengantarkan Rani, ketempat peristirahatan terakhirnya. "Rani gua janji, gua bakal jadi yang lebih baik Ran. Maaf kalau gua sering jahilin lo. Yang tenang di sana ya Ran,"
tangis Nara pun pecah. "Rani hancur hati gue, lo pergi secepat ini."
"Sayang pulang yuk, udah mau hujan." Ucap Fatimah yang berjongkok sembari mengusap punggung Nara.
"Bentar Bun, aku masih mau di sini, aku nggak mau Rani kesepian, gak ada teman di sini." Ucap Nara yang terus menangis. Ia sembari mengusap nisan Rani.
"Kamu ikhlas ya nak. kalau kamu kayak gini Rani sedih lihat kamu nangis terus." Ucap Fatimah terus menenangkan Nara yang menangis tak henti-hentinya. Nara membalas dengan anggukan dan segera pergi dari sana begitu pun keluarga Abinaf.
Sesampainya di rumah, Nara langsung beranjak ke kamar. Di dalam kamar ia duduk di lantai yang terbalut karpet lembut, ia terus saja menangis sembari mengusap foto Rani yang berada di tangannya.
Tok... tok... tok...
Suara pintu terketuk dari luar sana, "masuk aja Bun gak di kunci." Ucap Nara seraya mengusap air mata nya yang terus membasahi pipinya.
"Assalamu'alaikum, sayang, makan dulu yuk, kamu dari tadi belum makan." Ucap Fatimah sembari membawa sepiring nasi goreng dan segelas susu.
"Wa'alaikumussalam, gak Bun, gak mau." Tolak Nara sembari melihat kearah Fatimah.
Fatimah memandangi wajah putri nya yang basah dan mata nya sembab, "sayang, jangan kayak gini. Kalau kamu ikhlas, kamu bahagia, pasti Rani senang lihat nya dari atas sana."
"Iyaaa Bun. Maaf ya Bun, Nara kayak anak kecil cengeng banget." Ucapnya tersenyum samar.
"Gak apa-apa kok. Kamu ikhlas ya, sayang. Ya udah nih kamu makan dulu, apa mau bunda suapin?" Fatimah sembari menyodorkan sendok ke mulut putrinya.
"nggak ah Bun, kayak anak kecil, malu tau." Nara ikut tertawa kecil.
"Bun," panggil Nara.
"Ada apa?"
"apa gak sebaiknya pernikahan nya di tunda dulu." Ucap Rani yang sedikit canggung.
"loh kenapa?" ucap Fatimah bingung.
"kan Nara baru kehilangan kembaran Nara Bun, hati Nara hancur, Nara belum siap." Ucapnya sembari menundukkan kepalanya.
"Gini Nak lebih cepat lebih baik. Abinaf orang nya baik kamu nggak mau kan ngecewain keluarga nak Abinaf?" seraya mengusap kepala Nara.
"bunda gak sayang yaa sama Nara?" raut wajah Nara yang begitu sedih.
"Justru bunda sayang sekali sama Nara, bunda nggak mau Nara salah pilih pasangan." Ia mengusap lembut pipi Nara yang di banjiri air mata.
"Bunda tau nak Abinaf bisa membimbing kamu, nak. suatu saat kamu pasti tau, yah udah. lanjut makan ya. bunda mau keluar dulu." Pamit Fatimah memberikan sepiring nasi goreng dan segelas air susu kepada putrinya lalu ia beranjak pergi untuk keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA DAN ABINAF
Teen Fiction{ FOLLOW SEBELUM MEMBACA } Nara gadis kelahiran Surabaya di jodohkan dengan pria yang di sebut sebut Gus dari Semarang, Gadis itu adalah Nara Arabella Sanjaya, dan pria itu Abinaf Fahri Al- hafidz yang mempunyai pondok pesantren bernama Al-hafidz...