07.Paling berkesan dan bahagia

243 35 3
                                    

7

Jadilah Pembaca bijak yang tau cara menghargai karya orang lain setelah membacanya.


Happy Readinggg!

°°°

Abinaf berhenti di pekarangan makam. Ia memarkir kan mobil nya lalu menatap lama istrinya. Ya, istrinya itu sedang terlelap setelah menangis. Ia mencoba membangun kan sang istri yang sedang tertidur. Abinaf mengusap pipi Nara yang masih ada bekas air matanya.

"Ra, sudah sampai, bangun yuk." Ucap Abinaf seraya mengusap pipi sang istri dengan jemari telunjuk nya.

"Hei, zaujati," ucap nya lagi.

Nara mengerjap kan mata nya, dan melihat sekitar pemakaman sembari mengucek mata nya. "udah sampai?" tanyanya.

"Sudah, kamu capek? Pulas banget tidur nya tadi." Di balas gelengan pelan oleh Nara.

Abinaf bergegas membukakan pintu Nara, "Ayo turun, sayang." Seraya mengusap lembut kepala Nara. Mereka beranjak turun dan berjalan berdampingan menuju makam Rani, tangan Abinaf terus menggenggam tangan sang istri,

Sesampainya di depan makam Rani. Ia berjongkok sembari mengusap nisan Rani. "Assalamu'alaikum, Ran, gue datang ke sini lagi. Kali ini nggak sendirian, gue sama my husband. Gue kangen sama lo. Lo yang tenang di sana yaa, gue udah terima semua kok, udah terima takdir. Gue dan Abinaf memang di takdir kan untuk bersatu. Insyaallah gue bahagia bersama Abinaf." Air mata Nara jatuh. Ia menangis. Tangan nya sembari menabur bunga di atas makam saudara nya itu.

Mulut bisa bohong tapi mata tidak bisa bohong. Nara pasti sangat amat terpukul akan kepergian saudara kembar nya, kemudian Abinaf iku berjongkok dan mengusap punggung sang istri. "Sabar yaa sayang, kamu harus ikhlas, kamu pasti bisa. Saya akan menemani kamu sampai kapanpun sampai ajal memanggil saya.

Nara melihat wajah suaminya lalu ia pun kembali menangis setelah mendengar ucapan Abinaf. Tangis Nara semakin menjadi-jadi.

"Hei kenapa Ra, udah cup, cup, cup. Jangan nangis yaaa," Abinaf sembari menenangkan sang istri.

"Aku takut Bi," ucap nya sembari memeluk Abinaf.

"takut? Takut apa Ra, saya disini jangan takut." Ucap Abinaf yang membalas pelukan istrinya.

"Aku takut bakal kehilangan seseorang lagi. Aku gak mau, kalau pun aku mau, aku ingin lebih dulu pergi, aku gak mau ngerasain kehilangan seseorang yang aku sayangi.

Sontak Abinaf shok dengan kata-kata Nara, "mboten pareng nggih sayang, kulo ten mriki" Kulo mboten ten pundi-pundi. Kulo siap ngancani sampean terus, mboten pareng ngomong ngoten malih nggih,"
- gak boleh yaaa sayang, aku di sini, aku nggak ke mana-mana, aku siap menemani kamu terus, nggak boleh bicara gitu lagi yaa, seraya mengusap kepala Nara dan mencium kening Nara.

"Pon, mboten pareng ngomong ngonten malih nggih cah ayune kang mas." -Udah, nggak boleh bicara gitu lagi yaaa cantiknya mas. Nara pun mengangguk kan kepalanya.

Sebelum pulang mereka berdoa, yang memimpin doanya adalah Abinaf, setelah berdoa mereka beranjak pergi menuju mobil, dan membuka kan pintu Nara terlebih dahulu terus barulah ia masuk. Lalu pergi meninggalkan pekarangan makam." Kita mampir ke masjid dulu yuk buat sholat ashar." Ucap Abinaf yang di balas anggukan Nara. Abinaf melajukan mobilnya buat mencari masjid terdekat.

NARA DAN ABINAF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang