2
Jadilah Pembaca bijak yang tau cara menghargai karya orang lain setelah membacanya.
Happy Readinggg!
°°°
Setelah dari rumah sakit, rencananya, mereka semua akan makan bersama di sebuah cafe, sore ini.
"Bun, setelah ini kita langsung pulang kan?" tanya Nara kepada Fatimah yang berada di sampingnya.
"Nggak, sayang. Tadi bunda dan abba begitu pun keluarga nak Abinaf sudah membuat janji kalau nanti sore akan makan bersama." Ucap Fatimah memberitahu dengan tangan yang masih menggandeng tangan Nara.
"Gak mau, ah! Aku gak sudi makan malam sama om-om ini," ucap Nara, yang sembari menunjuk ke arah Abinaf, ia juga sedikit menekan ucapannya.
Kontak mata Ali, Fatimah dan Rani menatap tajam Nara, tidak habis fikir dengan sikap Nara, dari dulu tidak pernah berubah.
"Kamu jangan malu-maluin bunda dan abba, ya. Kamu yang sopan sedikit." Bisik Fatimah ke telinga Nara.
"Tapi kan, Bun...," ucapannya terpotong oleh sang bunda.
"Kalau kamu masih ngebantah uang jajan kamu akan bunda potong, atau gak bunda kasih sekalian." Ancam Fatimah terhadap anak gadisnya.
Sontak Nara shok dengan tutur Fatimah. Tak habis fikir, kenapa bundanya ini suka sekali mengancam. Seperti macan yang mau menerkam mangsanya.
"Gila, yakin ini gue bakal makan bareng sama, om-om yang gak tau diri ini. Apa lagi abba dan bunda udah keukeh sama keputusannya lagi." Batin Nara sembari memutar bola matanya.
"Ya tuhan, musibah apa ini." Gumam Nara.
Dengan sangat terpaksa Nara mengalah dan menurutinya. Dari pada uang jajannya berkurang.
Mereka berjalan menuju masjid terlebih dahulu, karena sudah memasuki waktu ashar. Setelah dari masjid mereka menuju cafe yang dekat dengan rumah sakit. Lalu mereka berbincang-bincang di sebuah cafe.
"Kalian sekarang sudah besar, dulu waktu ke pesantren, Rani dan Nara masih umur 5 tahun gak nyangka udah lama, gak ketemu, sekalinya ketemu sudah besar."
"Ya, iya lah besar orang di kasih makan." Gumam Nara.
Dengan ramahnya tangan Rani tiba-tiba mencubit lengan sang kakak. Yang sedari tadi mengoceh.
"Kalian sudah kelas berapa?" tanya Aisyah sembari melihat ke arah Rani dan Nara secara bergantian.
"Udah kelas 3 SMA tante. ini udah mulai ujian, praktek-praktek, bentar lagi lulus." Sahut Rani. Ia tak ingin Nara mengucapkan apapun lagi. Bisa saja ucapan Nara akan menyakiti orang.
"Nara dan Rani 1 kelas?"
"Enggak tan, Kak Nara IPA kalau Rani IPS." Sahut Rani lagi.
"Panggil ummi saja, ya, jangan tante." Di balas anggukan Rani.
"Lebih enak tante aja, karena kan kita bukan anak tante, ngapain harus panggil ummi segala." Sahut Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA DAN ABINAF
Teen Fiction{ FOLLOW SEBELUM MEMBACA } Nara gadis kelahiran Surabaya di jodohkan dengan pria yang di sebut sebut Gus dari Semarang, Gadis itu adalah Nara Arabella Sanjaya, dan pria itu Abinaf Fahri Al- hafidz yang mempunyai pondok pesantren bernama Al-hafidz...