17.

8.5K 494 38
                                    

Sebelum membaca jangan lupa vote dulu dong, biar aku semakin semangat ngetiknya.

Happy reading 💚


Hamid merasa sendiri sekarang, tidak ada orang yang menemaninya di malam yang sunyi ini. Ia memandangi kontak yang bernama my love dengan emoji cium yang mengeluarkan tanda hati, Hamid tersenyum mengingat bahwa Rianti sendiri yang memberi nama kontak tersebut.

Sepulangnya ia dari rumah Andro tadi, ia tidak kembali ke kampus yang masih melangsungkan acara, ia langsung pulang ke rumahnya. Sementara Beni, terus menghubungi Hamid, menanyakan keadaan temannya itu. Hamid tidak merespon. Ia terus memandangi kontak Rianti, berharap Rianti menghubunginya.

Beni kembali menelfon Hamid, menghembus nafas kasar Hamid menerima panggilan tersebut.

"MID GUE HABIS NEMUIN FAKTA," Hamid menjauhi ponselnya dari telinga saat panggilan sudah terhubung, ia sedikit terkejut karena suara Beni.

"Apa?"

"Gue kirim di chat!"

"WOI LO YANG NGINTIPIN KITA TADI KAN!?"

"Bukan gue woi!"

"JELAS-JELAS MUKA LO YANG GUE LIAT!"

"Mid kesin-"

"AGHHHH!"

Tut tut tut!

Hamid yang mendengar keributan barusan seketika menjadi khawatir, ia mencoba menghubungi Beni sekali lagi. Tapi ponsel Beni mendadak tidak bisa di hubungi.

Dengan segera Hamid menyambar jaketnya dan segera membawa mobilnya menuju kampusnya, karena yang ia tau Beni masih di kampus saat ia membaca pesan yang di spam Beni.

Sesampainya di kampus ia menanyai Beni ke panitia acara dan teman-teman satu fakultasnya.

"Terakhir kali gue liat dia di suruh sama buk Afni jemput tikar di gudang dekat fakultas kedokteran," jawab Tika salah satu panitia acara.

Hamid mengucapkan terima kasih dan hendak pergi ke tempat yang di sebut Tika.

"Mid lo benaran perkosa Yuri ya?" Tanya perempuan tersebut.

Mengabaikan itu, Hamid segera meninggalkan perempuan tersebut. Sesampainya ia di gudang dekat fakultas kedokteran ia sama sekali tidak melihat adanya manusia di sini. Satu kata yang menggambarkan suasana di sini, sepi.

Memang saat ini semua orang sedang menyaksikan konser yang panggungnya berada di lapangan utama, sementara di bagian sini tidak di pakai untuk acara, maupun untuk bazar sekalipun, karena tempat ini agak jauh dari tempat konser, makanya tempat ini lebih sepi, bahkan lampunya hanya beberapa yang hidup.

Sekali lagi Hamid mencoba menghubungi Beni, tapi nihil. Ponsel Beni masih tidak bisa di hubungi. Ia mencoba menghubungi Berlian.

"HAMID LO LIAT AYANG GUE GAK? HUAAAA HIKS!?"

Mendengar rengekan tersebut bisa di pastikan kalau Berlian juga tidak mengetahui keberadaan Beni dimana, dengan segera Hamid mematikan panggilan sebelum Berlian mengoceh panjang lebar, buang-buang waktu saja.

Hamid frustasi, ia mengacak-acak rambutnya khawatir dengan keadaan temannya tersebut, walaupun Beni menyebalkan, Hamid sangat menyayangi temannya itu, orang pertama yang mau berteman dengannya.

"Bro ngapain?" Hamid menegakkan kepalanya mendengar suara tersebut.

Hamid mengernyit saat melihat 3 laki-laki menghampirinya.

"Lo Hamid?" Tanya salah satu dari mereka. Hamid diam saja tidak menjawab.

"Gue Marvel, dan ini temen gue namanya Sandi," Marvel menunjuk ke arah kirinya, "Dan ini Dika," kemudian Marvel menunjuk ke arah kanannya.

Crush in, Adik Teman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang