CHAPTER 1

474 17 0
                                    

BerlinGermany 🇩🇪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berlin
Germany 🇩🇪

*****

"Cinta itu seperti apa?" Pertanyaan tersebut meluncur keluar dari mulut si bungsu yang polos, Zergio Steele.

Anggota keluarganya yang sedang makan lantas menatapnya rumit. Namun ada juga yang terkekeh geli karena Zergio menanyakan hal seperti itu.

"Tanyakanlah pada Ghraz. Aku yakin dia akan menjawab serinci mungkin." Violet Amora Steele, sebagai kakak ipar dari Zergio menjawab.

"Maksud dia aku juga harus menyelam ke dalam tanah dan berbicara dengan tulang belulang milik kakak?"

Zergio hanya tersenyum tipis setelah berbicara di dalam hati, tak berani mengatakan langsung. Dia tahu Violet masih tak bisa melupakan kakaknya itu, si sulung, Ghraz Loye Steele. Ya wajar saja, mendiang kakaknya begitu mencintai Violet dengan cara meratukan dan menghujani cinta pada wanita itu, jelas sangat membekas.

Di saat yang lain tidak ada yang peduli pada Violet, hanya Ghraz saja yang peduli dan selalu ada untuknya.

"Tadi aku sempat dengar obrolan kedua temanku tentang cinta. Tetapi aku tidak mengerti apa artinya." Si bungsu tersebut kembali melanjutkan makannya.

Dia hanya sedikit penasaran saja, tidak lebih.

Cashier Ziv Steele menggeleng pelan. Bagaimana pemikiran Zergio seharusnya layaknya orang dewasa, mengenal tentang hal-hal sederhana saja dia malas. Ada pantas wajah dan isi otak adiknya itu serasi sekali.

"Hei, Zergio."

Kakak ipar yang satunya memanggil Zergio, dia istri dari Cashier, Kylie Allen Steele.

"Apa?" Dengan sengit Zergio menatap Kylie. Jika Violet dan Zergio seperti Ana dan Elsa yang yang saling menyayangi, maka Kylie dan Zergio diibaratkan dengan Tom and Jerry.

"Aku melihat banyak sekali barang-barang baru yang menggemaskan di kamarmu itu setiap harinya. Beli dimana kau? Aku juga mau beli!" Seru Kylie riang ketika mengingat salah satu barang milik Zergio yang menarik perhatiannya.

"Itu diberikan oleh teman-teman perempuanku," Zergio si bungsu itu menjawab dengan santai.

"Kau menganggap mereka teman?" Sekali lagi Kylie bertanya dengan satu alis yang terangkat.

"Tentu saja. Memangnya harus kuanggap musuh?" Timpal Zergio malas.

Sekarang barulah anggota keluarga itu mengerti. Para perempuan yang mencari perhatian pada Zergio ternyata hanya sampai dianggap teman saja oleh laki-laki itu, tak lebih.

DASSELBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang