CHAPTER 17

49 6 0
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

***

"Levansha, kau sudah jadi buronan." Celutuk Zergio yang saat ini sedang duduk di atas kasur berdampingan dengan Levansha yang sedang membaca buku.

Perempuan itu tidak terlalu
peduli dengan kehadiran hama
di sampingnya karena telah
larut pada bacaan.

"Aku tau, setidaknya buronan lebih baik daripada menjadi tahanan ataupun mendiang,"
sahutnya tenang tanpa menatap lawan bicaranya.

"Ish! Kau tidak boleh tiada dulu! Kalau kau tiada, dengan siapa aku akan menikah?" Kesal, laki-laki tersebut berdecak.

Levansha terkekeh kecil.
"Dengan tulang belulangku jika kau sudi." Jawaban apa itu, di luar nalar sekali.

"Dan pernikahan kita akan di gelar di neraka, benar?"

Sontak Levansha langsung menilik Zergio tajam. Matanya seolah
tengah mengeluarkan laser.
"Apa maksudmu?!"

"Kau dan aku kan penuh dosa, tidak mungkin masuk surga,"
balasnya santai.

"Hentikan pembicaraan tak berguna dan omong kosong ini, Zergio!" Kecam Levansha dengan mata melotot.

"Baiklah-baiklah!" Laki-laki itu menahan tawa dengan menutup mulutnya menggunakan tangan.
Ia tau Levansha tak benar-benar marah.

Hening kembali menyelimuti keduanya, sebelum si bontot kembali bersuara.

"Omong-omong, Threz dan Severin telah menjadi tahanan dan di vonis penjara selama 10 tahun, itupun karena mereka menembus sejumlah uang agar masa hukuman berkurang. Sementara yang lainnya sama sepertimu, masih dalam pencarian."

Tangan Levansha yang memegang buku bergetar. Ia jadi tak fokus membaca. Perasaan bersalah bersarang di dadanya.

"Ini semua salahku... Severin kehilangan masa remaja dan harus menghabiskan masa mudanya di penjara. Kemudian teman-temanku harus terus bersembunyi. Sedari awal aku memang beban." Pegangannya pada buku menjadi sebuah cengkraman kuat.

Berusaha menenangkan, Zergio lekas menyahut, "Biar kuberitahu, Severin dan Threz bahagia di penjara."

Levansha yang tadi diliputi rasa bersalah mendongak dan menoleh, menatap sosok laki-laki di sampingnya. "Maksudmu?"

"Threz nyaman di penjara karena dia mendapatkan makanan dua kali sehari secara gratis. Sementara Severin..."

"Ada apa dengan Severin?"

DASSELBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang