CHAPTER 27

15 3 0
                                    

Happy reading ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading ♡

***

Pada malam harinya, Nando datang ke desa di mana di sana terdapat keberadaan sosok yang benar-benar dicintai sahabatnya, Zergio.

Begitu pintu dari rumah sederhana itu terbuka, nampak Leiydra yang tersenyum dan langsung mempersilakan Nando masuk ke dalam.

"Astaga, kemana saja kau ini? Lama sekali tidak mengunjungi kami." Senyum Leiydra mengembang, tentu saja ia mengenal Nando. Pria yang ia ketahui berstatus sebagai teman dari suaminya.

"Mari duduklah dulu, akan kuambilkan teh dan beberapa camilan dulu, seben—"

"Tidak perlu repot-repot Leiydra, aku hanya ingin langsung bertemu dengan Chris saja secepatnya, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengannya, di mana dia?" Nando menyela kemudian bertanya.

"Dia sedang mandi. Kau tunggu saja dulu. Permisi, aku ingin ke dapur," pamit perempuan itu sopan.

Rasa sesak menjerat Nando, mengapa ia sejahat dan setega itu pada Levansha dan Zergio? Melihat wajah Leiydra membuatnya semakin merasa bersalah. Tidakkah ia benar-benar sosok yang menjijikan?

Usai melakukan ritual mandinya, dan berpakaian lengkap Chris lalu keluar kamar dan duduk di sofa.

Laki-laki itu celingukan mencari keberadaan Levansha.

"Dia sedang berada di dapur," ujar Nando yang mengerti gerak-geriknya.

"Jadi, kau sudah memberitahu semuanya pada Zergio?" Tanya Morgen datar.

Nando lantas terkekeh singkat.
"Kenapa? Apa kau takut Levansha akan kembali bersamanya dan kau akan mendekam di penjara?"

Bukanlah Levansha pelaku di balik pembunuhan orang tuanya, kebetulan Morgen menemukan kalung milik wanita itu yang berada di atas meja. Sehingga ia mulai menyusun rencananya, sehingga Levansha lah yang akan menjadi pelakunya.

Sementara pelaku sebenarnya, baik Morgen, Nando, atau siapapun itu, tidak ada yang tau. Mereka sudah mencoba mencari tahu, namun hasilnya nihil.

"Tutup mulutmu! Jangan sampai kau kuhajar di sini sekarang juga!" Urat-urat dileher Morgen bahkan sudah sampai terlihat saking geramnya lelaki tersebut.

Alih-alih merasa takut, Nando justru tersenyum miring dan terkekeh geli. "Tinggal katakan saja kalau kau takut istri palsumu mendengarnya."

Morgen berdiri, berjalan cepat menghampiri Nando. Ia cengkram kerah baju Nando dan hendak melayangkan satu pukulannya. Tetapi belum sempat semua itu terjadi, suara lain menghentikannya.

DASSELBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang