"Mau sejauh apa kamu menaruh harapan atas hubungan kalian? Dia nggak mungkin Tante biarkan ikut dengan kamu, apalagi kamu tahu Om dan Tante seperti apa di keluarga ini. Dan tentu saja kamu tidak akan bergabung dengan kami."
Pertanyaan yg paling ia takuti akhirnya muncul, tentang tembok yg begitu tinggi di antara mereka. Gadis yang dicintainya.
Barisandhya yang biasa dipanggil Andhy atau Baris, tergantung tingkat kedekatan mereka. Jika yang baru kenal tentu akan menyebutnya Baris atau nama depan lengkap yakni Barisandhya, sedikit lebih dekat namanya akan berubah menjadi Bar. Sedang jika sudah mengenal lama seperti saudara, tetangga atau paling jauh orang yang dekat dengan hatinya akan memanggil Andhy. Itu menjadi privilage sendiri baginya, karena melalui sebutan nama akan terdeteksi sejauh apa kedekatan mereka.
Wanita di hadapannya memanggil dengan nama Andhy, sebab kekasihnya mengenalkan pada keluarga dengan nama yang dia mau. Bukan hitungan bulan atau minggu, Andhy sudah dikenal keluarga sang kekasih hampir setahun setengah belakangan ini. Uniknya hubungan Andhy dengan gadis yang dicintainya sudah menginjak tahun ke tiga, adanya perbedaan membuat mereka sepakat tidak menunjukkan hubungan sejak awal di keluarga masing-masing.
"Andhy, tunggu!"
Garis wajah cantik lengkap dengan rambut terurai yang sedang digoda angin itu tidak menampakkan keceriaan lagi, Andhy tahu dia sudah mendengar apa yang orang tuanya katakan tentang mereka. Alih-alih kembali berjalan meninggalkan sang gadis, Andhy menunggu hingga bisa meraih lengan kekasihnya untuk diajak ke sebuah bangku.
"Ndhy, kita bisa coba lagi. Jangan langsung nyerah, ya?"
Paras yang dikaguminya selama ini tampak memaksa bersinar, meski Andhy tahu ini sulit tapi ia tidak melihat binar pasrah pada sosok di hadapannya.
"Kenapa kamu bertahan? Apa yang sedang kamu perjuangkan?" tanya Andhy.
Gadis itu bergeming, membiarkan jemari lelaki di depannya terulur menghapus lelehan bening yang entah sejak kapan mengalir.
"Aku nggak mau kita selesai, hubungan ini sudah jauh untuk dibiarkan berakhir gitu aja."
"Kita nggak bisa maksain sesuatu yang emang nggak boleh, Nish. Aku juga sakit, sama seperti kamu ... tapi kamu gak boleh ninggalin takdir cuma karena hubungan ini."
"Aku nggak bisa tanpa kamu, Ndhy!"
Tangisnya pecah, bohong jika perasaan Andhy biasa saja saat memeluk gadis yang sudah bersamanya selama ini. Di sekian banyak cerita, mungkin ini adalah dermaga terlama yang kapalnya pernah dia singgahkan. Awalnya mungkin sekadar mengisi kekosongan, tapi bulan yang berganti tahun tentu saja akan menimbulkan perasaan.
"Kita udah salah dari awal, Nish. Aku sadar orang tua kamu benar, kita nggak mungkin bisa maksain semua ini."
Danisha tetap menangis, dia tidak pernah berpikir semua akan seperti ini saat keduanya sudah memikirkan tentang jalan keseriusan. Tujuannya mengenalkan Andhy pada kedua orang tua bukan seperti ini, dia ingin mereka melihat bagaimana baiknya lelaki yang selalu menjaga dan tidak pernah memaksanya untuk keluar dari apa yang selama ini dia yakini.
Andhy pun sudah tercerahkan, kalimat bak tamparan dari wanita yang menyayangi gadis ini jauh sebelum dia telah berhasil menariknya dari dunia cinta buta kembali pada kenyataan yang dimiliki keduanya. Lelaki itu mengantar Danisha kembali ke rumah, dia masih memiliki tanggungjawab untuk memastikan gadis itu kembali dengan aman.
Mengakhiri sesuatu yang telah lama tentu tidaklah mudah, Andhy tahu perasaan ini lambat laun akan datang juga padanya.
"Tumben bengong, gimanapun pada akhirnya tentu kalian nggak akan bisa sama-sama," ujar Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece of Story
RomantiekAku menunggumu, meski tidak membiarkan hati ini kosong. Aku menunggumu, sampai hampir menyerah akan keadaan. Akhirnya, kamu datang! § Alinea Anaphalis § ••°•• Apapun yang berkaitan denganmu, aku senang mendengarnya. Apalagi jika bisa melihatmu secar...