BAB 1: Menunggu Kabar

52 15 2
                                    


Angin menghembus cukup kencang, udara terasa segar, dengan pohon yang lebat, serta terdengar suara riuh dari para pelajar disekolah gua, ada yang ketawa riang, sibuk sendiri kaya gua, lalu ada yang sedang sibuk main bola (sepakbola maksudnya), terus bola basket, ada yang... biasalah, nongkrong ala-ala geng, dan tidak lupa, ada juga yang... pacaran, hehe. Gua termasuk orang yang sibuk sendiri, lebih tepatnya menyendiri. Kepalaku seketika tertunduk kepada kalung yang ku genggam selama berjam-jam, kenapa gua bilang berjam-jam? Karena kebetulan hari ini (selasa, 19 September 2023) sedang ada pentas seni, yang dimana acara pentas seni ini diselenggarakan secara 2 hari, dan hari ini adalah hari pertama pentas seni, dan sekarang jam menunjukkan pukul 14:40, maka pas banget Sebagian mahasiswa yang bersenang-senang sendirian, termasuk gua. Kalung yang gua genggam ini adalah kalung persahabatan, gua punya sahabat, tapi sahabat gua adalah cewek, makanya banyak yang heran dan suka ngegosip sana-sini, yang jadi pertanyaan, emangnya harus yang kelaminnya sama ya kalo pengen punya teman dekat, bestie, atau sahabat sejati? Nggak juga kali, asal jangan lewatin batas aja. balik ke yang tadi, sahabat gua cewek, dan kami sudah saling kenal sejak SMP, dan sekarang, kita menginjak SMA di SMA yang sama, yaitu "SMA Bintang Mekar" yang dimana letaknya nggak terlalu jauh dari gua, tapi buat sahabat gua, jaraknya lumayan jauh dari rumahnya, namun sejak kita menginjak kelas 11, entah kenapa, kehadirannya lenyap begitu aja, selama 2 bulan lebih sejak bulan Juli 2023, dan pesan terakhirnya adalah "Garas, gua terpaksa harus pindah kota karena ayah gua, jadi jangan khawatirin gua, gua akan baik-baik aja kok, hubungan nggak akan putus jika kita saling percaya dan kuat. maaf kalo dadakan, trus kalung tolong dijaga baik-baik, ya" itulah pesannya sebelum benar-benar hilang. gua sama sekali nggak percaya dengan pesan itu, apakah iya dia benar-benar pindah dan ninggalin gua?

Zaban: ngelamun aja lo

Garas: (bangun dari lamunannya) ... eh, ban, lu nggak ngikut?

Zaban: nggak ras, 3 tampilan aja udah cukup buat gua, lagipula, ngikut bocah-bocah nggak jelas buat apaan?!

Garas: (ketawa kecil)

*Zaban duduk di samping Garas*

Zaban: ditaman ini enak juga, pohon gede, angin seger, jarak lapangan lumayan jauh, minusnya, kursinya nggak ngelingkar

Garas: gua juga berharap gitu, mungkin nanti, setelah kita lulus, hehe

Zaban: yaahhh!!!

Garas: (ketawa kecil) ... sabar aja ban, kalo ingin membangun sesuatu, pasti dibutuhkan dana yang gede

Zaban: (menganguk kecil) ... ya juga sih, ... ras, gua mau nanya sesuatu ke lu

Garas: soal Lyra ya?

Zaban yang mendengar ucapan itu, seketika berhenti kaku dan dari ekspresi wajahnya, dia melakukan kesalahan terbesar karena Lyra yang menghilang tanpa ada jejak dan tidak ada bukti dimana terakhir dia terlihat. Namun, Garas tidak mempermasalahkan soal Lyra, hanya saja rasa rindunya yang cukup tinggi mendengar namanya.

Garas: santai aja, ban, gua gak marah kok

Zaban: l-lu yakin, ras?

Garas: iyaa, gua tau lu orang pertama yang nggak sengaja liat kita berdua di taman, tapi nggak lama, lu makin akrab dengannya, gua sendiri nggak nyangka.

Zaban: (ketawa kecil dengan wajah kurang yakin) ... ras

Garas: ya?

Zaban: lu selalu mikirin dia ya?

Garas: ya

Zaban: berkat kalung itu?

Garas: (menunduk ke bawah melihat kalung di genggamannya) oh, iya, kalung persahabatan ini, mungkin lu masih baru, jadi... singkatnya, dia ngasih kalung ini, sehari sebelum dirinya nggak masuk keesokan harinya.

THE DISSAPPEARANCE OF LYRA KARASADITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang