8

306 48 4
                                    


Ketika ponselnya berbunyi lagi, hampir jam sepuluh malam, Lisa yang sudah berada dalam posisi meringkuk di ranjang dan bersiap tidur mengernyit. Dia sedang tidak enak badan, hari ini adalah hari pertama dia datang bulan dan dia selalu sedikit merasakan nyeri di perut bawahnya ketika sedang haid. Diangkatnya telepon itu,

“Halo?”

“Lisa?” suara Jaehyun yang dalam terdengar dari seberang sana, “Kenapa kau tidak datang kemari?”



“Oh... maaf Jaehyun.” Dia lupa kalau sudah berjanji untuk ke cafe malam ini. “Aku... aku sedang tidak enak badan.”

“Kau sakit?” suara  Jaehyun terdengar cemas, “Kau sakit apa?”

“Tidak...” Lisa bingung, kehabisan kata-kata untuk menjelaskannya kepada Jaehyun.

“Bagaimana jika kita ke dokter? “

“tidak usah...” Lisa menelan ludahnya, “Ini sakit perempuan..”

“Sakit perempuan?” Dari suaranya Lisa bisa membayangkan Jaehyun mengernyit di sana.

“Itu.. sakit perempuan setiap bulan.”

Hening. Tampak Jaehyun berusaha menelaah kata-kata Lisa, tetapi kemudian dia sadar,

“Oh.”

Tiba-tiba saja Lisa merasa geli karena sekarang Jaehyun yang salah tingkah.

“Mian.. Biasanya ini hanya berlangsung di hari pertama kok, mungkin kita bisa bertemu besok.”

Hening, lalu Jaehyun bergumam, “Aku ke sana ya?”

“Jangan, aku tidak apa-apa kok.”

“Aku akan kesana.” Jaehyun bergumam dengan nada keras kepala, lalu menutup telepon.
⧫⧫⧫

Ketika pintu apartemennya terbuka, Jaehyun berdiri di sana sambil membawa kantong kertas makanan dari cafenya. Lelaki itu menatapnya dengan cemas,

“Gwaenchana?”

Lisa menggeleng lemah, memundurkan langkahnya dan mempersilahkan Jaehyun masuk,

“Sakit begini hanya bisa disembuhkan kalau berbaring.”

“Kalau begitu duduklah berselonjor di sofa.” Jaehyun mendahului Lisa duduk di sofa, dan menunggu Lisa datang. Dia mengambil bantal kecil dan meletakkan di pangkuannya, “Sini, berbaringlah di sini.

Sejenak Lisa ragu, tetapi senyuman Jaehyun tampak begitu menenangkan, dan perutnya sakit. Dia tidak punya siapa-siapa di sini untuk mengeluh. Sambil menghela napas panjang dia duduk di sofa, Jaehyun langsung menariknya, menjatuhkan tubuh Lisa supaya kepalanya berbaring di bantal di pangkuannya.

Rasanya begitu nyaman, meringkuk di pangkuan Jaehyun dengan jemari ramping lelaki itu mengelus rambutnya pelan.

“Sudah makan tadi?”

Lisa menggelengkan kepalanya, “Tidak selera makan.”

“Aku bawakan kentang goreng dan sosis dari cafe kalau kau lapar malam-malam.” Jemari Jaehyun membelai rambutnya lembut, membuat Lisa mengantuk.

“Gomawo Jaehyun...” suara Lisa melemah, dia menguap.

“Tidurlah, aku akan menungguimu di sini.”

“Gomawo.” Lisa mengulangi ucapan terimakasihnya, lalu menutup matanya, merasakan damai yang menenangkan. Dia memejamkan matanya dan terlelap.

Jaehyun duduk di sana, mengamati Lisa yang terbaring di pangkuannya. Hasratnya untuk memiliki perempuan ini begitu besar, tidak pernah dia rasakan sebelumnya pada perempuan manapun. Perempuan ini adalah hasratnya. Dan setiap kali pula Jaehyun rela melepaskan apa yang menjadi hasratnya, demi keharusan untuk memikul sebuah tanggung jawab.

Kali ini itu tidak akan terjadi. Jaehyun akan mempertahankan Lisa di sampingnya. Lelaki itu lalu menundukkan kepalanya dan mengecup bibir Lisa yang terlelap dengan lembut.

“Saranghae, Lisa-ya.”
⧫⧫⧫

Lisa bangun di pagi hari dengan badan segar, dia membuka matanya dan menatap ruangan yang temaram. Masih sangat pagi sepertinya di luar, meskipun sinar matahari sudah menembus dengan malu-malu melalui gorden jendela.

Sejenak dia merasa bingung, kenapa dia tidur di ruang tamu. Tetapi dia lalu sadar.

Jaehyun...

Dengan gerakan pelan, Lisa melihat ke atas dan menyadari bahwa kepalanya ada di atas bantal kecil di pangkuan Jaehyun. Lelaki itu tertidur pulas sambil terduduk, tubuhnya menyandar ke sofa dan kelihatannya sangat lelap.

Lisa bergerak perlahan supaya tidak membangunkan Jaehyun. Tetapi rupanya Jaehyun terbiasa waspada ketika tidur karena dia langsung membuka matanya.

Mereka bertatapan, di pagi yang temaram dan udara dingin yang menguar sejuk dari jendela. Lalu Jaehyun tersenyum lembut,

“Selamat pagi.”

Tiba-tiba Lisa merasa malu. Lelaki itu baru bangun dari tidurnya dan tetap terlihat sempurna, sedangkan penampilannya sekarang pasti sudah amburadul.

“Aku baik-baik saja.”

“Sakit perutmu?”

“Sudah mendingan.” Dengan gerakan canggung, Lisa duduk dan menjauh dari Jaehyun, menyadari bahwa semalaman mereka sudah tidur bersama.

“Izinkan aku membuatkan sarapan untukmu.” Jaehyun melirik ke arah kantong kertas makanan yang dibawanya dari cafe yang tidak tersentuh, “Mungkin makanan ini masih bisa diselamatkan.”

Jaehyun kelihatan tidak canggung sama sekali, seolah-olah tempatnya memang di sini. Dia meraih kantong kertas itu, setengah bersenandung melangkah ke dapur Lisa, dan memasak.


Lisa sejenak termangu, menatap Jaehyun yang tampak begitu luwes dan santai memasak di dapur, lelaki itu tampak menikmatinya. Tiba-tiba Lisa merasa tersentuh. Lelaki ini ingin menjadi koki, tetapi dia meninggalkan impiannya demi rasa tanggung jawabnya, dia pasti merasakan perasaan hampa di dalam dirinya. Lisa sendiri tidak akan bisa membayangkan kalau dia tidak boleh menulis lagi.

“Aku akan ke kamar mandi dulu ya.” Gumam Lisa pelan dari sofa.

Jaehyun yang sedang memasak omelet beraroma harum dari bahan-bahan yang dia temukan di kulkas Lisa, menoleh dan tersenyum lembut,

“Silahkan. Ketika kau kembali, makanan sudah siap.”

⧫⧫⧫

Dan Jaehyun memang benar. Ketika dia selesai mandi, dapur itu beraroma harum dengan telur dan ham yang sudah digoreng, serta aroma kopi yang menguar memenuhi ruangan.

“Makanlah.” Jaehyun mengedipkan sebelah matanya, “Sarapan spesial dari koki paling tampan di dunia.” Gumamnya menggoda,

Lisa terkekeh geli, dan Jaehyun meninggalkannya sebentar untuk ke kamar mandi.

Ketika kembali rambut Jaehyun basah dan dia tampak segar. Lisa sudah menyeruput kopinya dan mencicipi sedikit omelet yang luar biasa enaknya itu.

“Suka?” Tanya Jaehyun lembut.Dia duduk di seberang Lisa di meja makan itu lalu menyesap kopinya yang masih mengepul panas.

Lisa menganggukkan kepalanya, “Aku tidak pernah memakan omelet yang begitu enaknya. Omelet buatanmu memang lezat.” Gumam Lisa sambil tersenyum.

Tatapan Jaehyun di atas cangkir kopinya tampak begitu intens, “Kalau kau menikah denganku, aku berjanji akan membuatkan sarapan untukmu setiap pagi.”

Hampir saja Lisa tersedak omeletnya, dia mendongak dan menatap Jaehyun terkejut,

“M-mwo?”

Jaehyun terkekeh dan barulah Lisa sadar bahwa Jaehyun sedang menggodanya. Pipinya langsung memerah karena malu.

“Tidak lucu, tahu.” Gumamnya sambil cemberut,

Jaehyun masih terkekeh, tetapi matanya bersinar dengan serius, “Aku tidak sedang melucu Lisa, bayangan itu ada di benakku. Kau dan aku menikah, lalu hidup bahagia selama-lamanya.”

Lisa merasakan jantungnya berdebar keras akibat kata-kata Jaehyun, “Bukankah masih terlalu dini membicarakan ini?”

“Ya.” Jaehyun menganggukkan kepalanya, tidak membantah kata-kata Lisa, “Tetapi aku tahu apa yang kurasakan, perasaan nyaman yang tidak pernah kurasakan sebelumnya kepada siapapun. Aku bisa saja duduk di sini berdua denganmu, tidak melakukan apa-apa dan tidak merasa bosan.” Lelaki itu menyentuh jemari Lisa dari seberang meja dan menggenggamnya sungguh-sungguh, “Beginilah yang kubayangkan akan kulalui bersama istriku nanti. Duduk bersama setiap pagi, mengawali hari dengan bahagia, lalu berpelukan ketika malam tiba.”

Kata-kata Jaehyun terdengar luar biasa indah sehingga Lisa terpesona. Dia membiarkan tangannya dalam genggaman Jaehyun dan menghela napas panjang.

“Tetapi kau tidak jujur kepadaku. Jeno berkata bahwa perusahaanmu tidak hanya mencakup cafe itu dan lain-lain. Kenapa Jaehyun-ssi? Apakah kau tidak mempercayaiku? Apakah kau berpikir bahwa aku mungkin hanya mengincar hartamu?“ Lisa tiba-tiba merasa terhina, “Kalau kau memang berpikir seperti itu, kau bisa tenang, aku tidak butuh hartamu. Aku bahkan bisa menghidupi diriku sendiri dan tidak perlu bergantung pada seorang lelaki hanya untuk menghidupiku.”

“Aku tahu kau orang yang mandiri Lisa, aku tahu kau tidak mengincar harta dan kekayaan.” Jaehyun menggenggam erat jemari Lisa, mencegah ketika Lisa berusaha melepaskan diri. “Aku merahasiakannya karena takut kau merasa canggung dan lari dariku. Aku hanya ingin kau memandangku sebagai pria biasa, bukan sebagai seorang miliarder yang berkuasa.”

Lisa tercenung, menerima betapa benarnya kata-kata Jaehyun. Kalau dari awal Jaehyun mengatakan bahwa dirinya sangat kaya, mungkin Lisa akan merasa ngeri dan tidak akan memberi kesempatan kepada mereka untuk lebih dekat.

Kedekatan ini sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Ada suatu ikatan yang sangat erat di antara mereka, membuat dunia mereka saling tarik menarik.

Dan bahkan Lisa bisa membayangkan kata-kata Jaehyun itu, mereka bersama-sama di pagi hari, memulai hari dengan bahagia dan berakhir di pelukan satu sama lain.

“Apakah kita akan berakhir di sana? Di impianmu tentang hidup bahagia selama-lamanya?” tanya Lisa lemah.

Jaehyun tersenyum lebar, “Tentu saja Lisa, Happy Ending, seperti akhir dari setiap novel romantismu.”
⧫⧫⧫

“Bagaimana?” Jaehyun bertanya cepat ketika Mark memasuki ruangannya. Mark memang sangat tampan, dia adalah sahabat Jaehyun ketika kuliah di luar negeri sebagai koki. Dan Mark adalah koki handal yang kemudian mengembangkan bisnis hiburan mencakup salon, butik, dan bakery serta rumah makan yang kebanyakan dibangunnya bekerjasama dengan Jaehyun.

“Dia terpesona kepadaku tentu saja.” Mark terkekeh, “Tetapi belum cukup untuk membuatnya berani mengambil keputusan untuk membatalkan pernikahan itu.”

“Kau sudah melakukan semua yang kukatakan kepadamu bukan?”

“Tentu saja, dengan sempurna. Aku mengunjunginya ke rumahnya, membawakan bunga lily kesukaannya, dia terkejut karena aku bisa mengetahui kesukaannya.  Lalu aku menceritakan tentang kucing, seperti yang kau informasikan bahwa Yeri sangat menyukai kucing dan punya puluhan kucing di rumahnya. Dan sekali lagi dia terperangah karena aku mempunyai banyak sekali kesamaan dengan dirinya. Semuanya sempurna mulai dari makan malam, sikap lembut dan perhatian seratus persen. Aku yakin hatinya sudah berpaling, hanya saja belum ada sesuatu yang membuatnya mengambil keputusan penting itu. Seperti yang kau katakan, kau ingin membuktikan bahwa dia bisa mengkhianatimu bukan?” Mark menatap Jaehyun tajam, “Dia tidak menolak ketika aku menciumnya semalam.”

Sebuah bukti. Sebuah kenyataan akan pengkhianatan. Jaehyun sudah menduga bahwa Yeri tidak akan mampu bertahan. Perempuan itu mengatakan sangat mencintainya. Tetapi kalau dia sungguh mencintai, dalam keadaan apapun cinta tidak akan semudah itu tergoda untuk berkhianat.

Mungkin sejak awal Yeri tidak mencintainya, mungkin perempuan itu hanyalah terobsesi untuk memilikinya.

“Kalau begitu mungkin ini saatnya aku bertemu dengan Yeri.”
⧫⧫⧫

Ketika Jaehyun datang, Yeri sangatlah gugup. Jaehyun sudah lama sekali tidak berkunjung. Dan Yeri... sudah terlalu sering menghabiskan waktunya bersama Mark hingga sampai di titik dia sudah tidak peduli lagi apakah Jaehyun akan datang atau tidak.

Tetapi pernikahan mereka sudah dekat, pernikahan itu adalah puncak impian Yeri untuk bisa memiliki Jaehyun pada akhirnya, dan dia tidak akan mundur. Yeri hanya berharap dia masih bisa menghabiskan waktu bersama Mark, mereguk seluruh perhatian yang tidak didapatkannya dari Jaehyun sebelumnya, dan semoga saja Jaehyun tidak akan tahu tentang perselingkuhannya sehingga pernikahan mereka akan berjalan mulus.

                “Kemana saja kau selama ini oppa.” Yeri memasang wajah merajuk, “Aku sampai berpikir bahwa kau mungkin sudah melupakanku.”

“Aku sangat sibuk Yeri, kuharap kau mengerti.”

Yeri mendesah sedih, “Selalu begini oppa, apakah nanti di kehidupan pernikahan kita juga akan seperti ini? Kau sibuk dengan pekerjaanmu dan mengabaikan aku?”

Jaehyun mengangkat bahunya, “Itulah konsekuensi kau menikah denganku, tidak akan berubah meskipun kita menikah. Aku mempunyai tanggung jawab yang besar di perusahaan yang tidak mungkin aku abaikan begitu saja. Kalau kau tidak siap menghadapinya kau bisa mundur.”

“mwoya?” wajah Yeri langsung pucat pasi.

Sementara itu Jaehyun memasang wajah datarnya, “Aku tidak bisa menjadi suami yang perhatian seperti yang kau inginkan, tidak akan pernah bisa. Kalau kau tidak siap menanggung kesedihan karena tidak pernah mendapatkan perhatian dari seorang suami, kau bisa mundur sekarang Yeri agar kau tidak menyesal. Kau tahu, aku tidak pernah memaksamu untuk menikahiku, untuk menjadi isteriku.”

“Teganya kau!” Yeri berteriak, dan berurai air mata, “Kau sengaja melakukannya bukan? Kau sengaja mengabaikanku agar aku merasa tidak kuat dan membatalkan pernikahan ini? Kau ingin aku meninggalkanmu bukan? Agar kau tidak perlu memiliki istri yang lumpuh dan cacat sepertiku. Cacat karena kau!!”

Perkataan Yeri itu membuat wajah Jaehyun memucat, tetapi dia mengendalikan diri dan berusaha membuat ekspresinya tetap datar.

“Well kau tidak akan mendapatkan apa yang kau mau! Karena aku tetap akan melanjutkan pernikahan ini! Apapun yang terjadi kau tetap akan menjadi suamiku dan aku akan menjadi istrimu!”

Lalu dengan marah Yeri memutar kursi rodanya, memasuki rumah dan meninggalkan Jaehyun berdiri di teras itu.
⧫⧫⧫

Lisa sedang tidak ada pekerjaan. Revisian naskah dari editor belum diterimanya. Dia menghabiskan harinya dengan bermain game komputer sampai merasa bosan. Kemudian dia teringat perkataan Jennie pada hari itu, ketika mereka mencari data-data tentang Jaehyun di internet. Bahwa kita tinggal memasukkan sebuah nama saja di mesin pencari, dan kalau orang itu cukup terkenal, maka kita akan menemukan banyak informasi tentangnya.

Lisa teringat, bahwa Jaehyun selalu tampak tampan di foto-fotonya di setiap kolom berita keuangan dan bisnis yang ada di internet. Lelaki itu memang berpenampilan berbeda, dengan jas resmi yang tampak sangat formal.

Dengan iseng, Lisa membuka mesin pencari di internetnya, dan memasukkan nama lengkap Jaehyun di sana. Dalam beberapa detik, deretan hasil pencarian muncul.

Lisa menelusurinya dengan sangat tertarik. Ada berita tentang merger hotel terbaru milik Jaehyun, pembukaan restoran bintang lima secara serentak, dan iklan tentang resor-resor mewah di kawasan pariwisata elit di beberapa kota.

Semua berita itu menyebut Jaehyun sebagai pemimpin perusahaan yang jenius dan kompeten.

Lalu mata Lisa tertuju kepada sebuah kolom gosip. Hey... ada kolom gosip di antara semua berita keuangan dan bisnis ini. Dengan tertarik Lisa membuka kolom itu. Itu adalah wawancara dan berita tentang profil Jaehyun, pengusaha muda yang sangat sukses dalam mengembangkan bisnis perusahaannya.

Lisa membacanya dengan sangat tertarik, menelusuri kisah hidup Jaehyun dalam bentuk tulisan. Ternyata Jaehyun adalah seorang yang cemerlang dalam prestasi pendidikannya, dan juga....

Mata Lisa berkerut pada sebuah berita bahwa Jaehyun sudah bertunangan dengan kekasih yang dipacarinya selama empat tahun. Tunangannya adalah seorang mantan model pro yang berhenti setelah mengalami kecelakaan,  bernama Kim Yeri.

Jantung Lisa berdebar keras, sebuah kejutan lagi.... Jaehyun sudah bertunangan? Dan dari kolom berita itu, dikatakan bahwa tahun ini mereka akan menikah.

Dunia seakan runtuh di bawah kaki Lisa.

**"
To be Continued

Bonjour (The Story of Jung Jaehyun x Lalisa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang