Pipi Yeri memerah dan jantungnya berdebar mendengar kata-kata Jeno itu. Apa maksud Jeno sebenarnya?
Jeno mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah kotak kecil berwarna hitam dari beludru, dibukanya kotak itu. Isinya sebuah cincin berlian yang begitu indah dan berkilauan,“Saranghae kim yeri sudah sedari lama aku memendam perasaan ini. Tapi kau lalu memilih bertunangan dengan hyung. Aku menunggu lama dan pada akhirnya sadar bahwa kalian berdua tidak pernah saling mencintai. Aku yang mencintaimu, bukan hyung. Dan aku yakin kau juga mencintaiku.”
“M-mwo?” Yeri benar-benar terkejut, bibirnya menganga, matanya berganti-ganti menatap cincin berlian itu dan beralih ke wajah Jeno. Tetapi yang ditemukannya di wajah Jeno adalah keseriusan yang dalam.
“Kalau kau bersedia, aku akan menghadap Jaehyun hyung dan mengungkapkan semuanya, bahwa kita saling mencintai, bahwa kita ditakdirkan bersama. Hyung akan mengerti, apalagi aku sangat yakin bahwa dia tidak mencintaimu. Dia pasti akan memberikan restu kepada kita untuk bahagia bersama.”
Mata Yeri tampak berkaca-kaca. Oh astaga. Jenonya! Lelaki yang dicintainya dari awal. Bagaimana mungkin dia bisa menolaknya? Batinnya sendiri sudah mengakui bahwa dia hanya menggunakan Jaehyun sebagai pelarian, dia mencintai Jaehyun karena lelaki itu bagaikan perwakilan dari saudara kembarnya, dan yang dicintai oleh Yeri sesungguhnya adalah Jeno.
“Kau... kau tidak sedang mempermainkanku bukan?” Yeri masih meragu meskipun hatinya langsung berbunga-bunga melihat senyum lembut Jeno kepadanya,
“Aku? Bercanda? Percayalah padaku, Yeri-ya, aku tidak pernah melakukan ini kepada perempuan manapun, tidak pernah sebelumnya. Hanya kau satu-satunya perempuan yang bisa membuatku berlutut dan menawarkan cincin. Dan aku akan mati karena patah hati kalau kau menolaknya.” Jeno menunjukkan cincin itu lagi dan berubah serius, “Nah, sayang, maukah kau memutuskan pertunanganmu bersama hyung dan kemudian bersumpah setia untuk menikah denganku?”
Air mata bahagia membanjiri mata Yeri, “Ya!” serunya bersemangat, dia memajukan tubuhnya, memeluk Jeno erat-erat dan merasa begitu melayang ketika Jeno membalas pelukannya, “Ya, aku bersedia! Aku akan menikah denganmu!”
Yeri tidak melihat wajah Jeno yang begitu pedih ketika memeluknya. Jeno sudah terlalu sering berbuat egois, memanfaatkan kebaikan hati Jaehyun, membiarkan kakaknya itu bertanggung jawab atas semua hal yang seharusnya mereka bagi bersama. Kini giliran Jeno membalas budi, setidaknya dia bisa mengambil salah satu tanggung jawab Jaehyun yang paling berat. Pemandangan Jaehyun yang begitu menderita telah mendorongnya untuk berbuat ini. Dia bisa dan dia mampu untuk menolong kakaknya.
Biarlah dia yang mengambil alih tanggung jawab terhadap Yeri, dan membiarkan Jaehyun bisa mengejar cinta sejatinya.
⧫⧫⧫
“Aku harus berbicara denganmu.” Jeno bergumam di pintu, menyadari Lisa di dalam sana merasa ragu untuk membukanya.Jeno berhasil naik ke atas karena resepsionis apartemen mengira bahwa dia adalah Jaehyun, jadi dia membiarkannya masuk. Dan sekarang lelaki itu sudah berdiri di depan apartemen Lisa, ingin memberikan penjelasan.
“Apakah Jaehyun yang mengirimmu kemari?” Tanya Lisa dari balik pintu.“Tidak. Saudaraku itu terlalu menderita untuk berpikir apapun, yang dia lakukan hanyalah mengurung diri di apartemennya dan merenung. Tidak makan, tidur ataupun bekerja, kalau terus-menerus begitu aku cemas dia akan mati.” Jeno mendesah, “Kumohon, biarkan aku bicara denganmu sekali saja, setelah itu aku tidak akan mengganggumu lagi.’
Lisa tertegun, hatinya terasa pedih mendengar kata-kata Jeno tentang Jaehyun, tetapi dia menguatkan hatinya, bukankah dia juga mengalami kepedihan yang sama? Dia tidak bisa makan, tidak bisa tidur dan terus-terusan menangis?
Setelah menghela napas panjang, Lisa membuka pintu dan menatap Jeno dengan dingin, “Katakan apapun yang kau mau, lalu pergilah.”
Jeno meringis menerima sikap dingin Lisa, “Bolehkah aku masuk? Ini akan sangat panjang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonjour (The Story of Jung Jaehyun x Lalisa)
FanfictionJaehyun tidak pernah merasakan ketertarikan seperti ini pada perempuan manapun. Tetapi semalam, ketika kebetulan dia sedang berdiri di tempat ini, tempat yang sama, mengawasi cafenya, dia melihat perempuan itu masuk, menatap keraguan perempuan itu...