Sejak hari dimana Lex mengambil jaketnya dia jadi lebih sering menghabiskan waktunya untuk berdiam dan mengobrol bersama Hyunsik di kafe tempat mereka pertama bertemu dan tentu saja hujan yang selalu hadir menemani keduanya.
Kali ini Hyunsik sudah duduk terlebih dahulu menunggu Lex sembari menatap kaca yang menunjukkan pemandangan langit yang kembali menurunkan hujan namun tidak selebat biasanya.
Bunyi lonceng dari pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Hyunsik, dengan segera pemuda tersebut berdiri dan menghampiri sosok tersebut dengan senyuman di wajah cantiknya.
"maaf aku kesulitan mencari jas hujan tadi"
"tidak masalah" balas Hyunsik sembari membantu pemuda tersebut untuk melepas jaketnya dan menggantungnya pada gantungan pakaian yang terletak di samping pintu masuk.
Lex sudah terbiasa untuk melakukan berbagai hal di tempat ini sekarang, semenjak Hyunsik yang memintanya untuk membuat beberapa makanan. Sekarang dia berjalan dengan santai sembari membawa kantung plastik yang diduga adalah bahan untuk memasak hari ini.
Hujan kembali turun dengan sangat deras dan kali ini diiringi dengan angin kencang, keduanya terdiam memandang satu sama lain sebelum akhirnya suara tawa keluar.
"aneh sekali kita selalu bersama saat hujan datang" ucap Lex dengan lantang.
Hyunsik hanya mengangguk kecil berlari menghampiri Lex yang sudah menyusun bahan-bahan masakan dari kantung plastiknya di atas meja.
"apa yang kita buat hari ini?"
Mengingat cuaca yang cukup ekstrim, Lex sudah merencanakan bahwa dia akan membuat mie instan dengan keju bersama corndog yang akan menemani.
"kali ini aku belum makan jadi kupikir kita akan menikmati mie instan, apa itu masalah untukmu?" Hyunsik kembali menggeleng sebagai jawaban.
Kompor di nyalakan dengan perlahan merebus air di atas panci hingga mendidih sedangkan Hyunsik sekarang sibuk untuk mengiris daun bawang serta menyiapkan bahan lain yang akan digunakannya. Aroma pedas dan asin dari mie instan yang sudah matang di atas panci memenuhi ruangan membuat perut dari salah satunya berbunyi cukup keras.
Suara tawa kembali menggema begitu Lex menyentuh perutnya dengan malu, Hyunsik tidak pernah merasa se senang ini selama hidupnya.
"kamu benar-benar lapar rupanya"
Lex hanya terkekeh dan kembali melanjutkan aktivitasnya, selembar keju dia letakkan di atas mie instan tersebut dan segera menutupnya menunggu beberapa saat untuk kejunya meleleh.
Selanjutnya dia membantu Hyunsik membuat adonan yang akan dipakai untuk melumuri sosis dan keju yang sudah ditusuk seperti sate oleh Hyunsik.
Gemercik minyak panas terdengar cukup nyaring begitu setiap tusukan di goreng hingga kering, aroma sedap kembali menguak dan kali ini membuat Hyunsik tersenyum dengan begitu indah.
Lex tidak bisa mengatakan apapun selain kata cantik setelah melihat senyuman yang terukir dengan sempurna pada wajah cantik pemuda di hadapannya.
"ini yang terbaik" ucap Hyunsik dengan semangat.
Keduanya membawa semua makanan tersebut menyusunnya dengan rapi pada bangku tempat mereka biasanya berbincang dan tentu saja dengan secangkir milk tea dan hidangan penutup favoritnya. Creme brulee.
Di hadapan jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan di luar keduanya perlahan mencicipi hasil masakannya sendiri. Meskipun hanya sebatas mie instan yang ditambahkan sedikit topping rasa dari makanan tersebut cukup berbeda.
Entah karena memakannya bersama sosok yang spesial atau memang karena suasana tenang yang ada Lex tidak mengerti.
"ngomong-ngomong tidakkan kau merasa aneh? Kita selalu bersama saat hujan turun" ucap Lex sembari mengunyah mie di dalam mulutnya dengan tenang.
Sedangkan Hyunsik malah bingung dengan perkataan dari Lex, bukankah wajar jika itu terjadi? Cuaca selalu hujan selama satu bulan ini dan apa maksudnya mereka selalu bersama saat hujan turun?
"Aku tidak berfikir itu aneh, lagipula memang cuaca sedang hujan kupikir itu normal jika kita bertemu saat hujan selalu tiba"
Lex mengerti dia hanya merasa aneh saja tetapi lidahnya terasa berat hanya untuk sekedar mengatakan suatu hal.
Seketika pikirannya terarah pada buku novel pemberian temannya yang menceritakan kehidupan seorang pemuda yang bertemu pujaan hati saat hujan turun dengan deras.
Sosok gadis yang begitu cantik menyerupai dewi yang tengah bermain dibawah derasnya hujan tanpa memikirkan bahwa dirinya bisa terjangkit penyakit, pemuda itu beberapa kali mengingatkan gadis tersebut untuk berhenti bermain dengan air hujan tetapi sama sekali tidak menghasilkan apapun.
Suatu kejadian membuat keduanya dekat dan menumbuhkan perasaan satu sama lain tetapi saat langit cerah pemuda tersebut tidak menemukan keberadaan sang pujaan hati di manapun hingga akhirnya dia tersadar bahwa gadis yang dicintainya hanya jelmaan dari air hujan yang ingin terbebas setelah terkurung begitu lama di atas langit.
Itu cerita yang konyol jika boleh jujur tetapi Lex sedikit menyukai alur dimana kisah mereka mulai bersatu terlebih lagi disaat keduanya saling terhubung satu sama lain.
Astaga itu pemikiran yang mesum! Lex segera menggelengkan kepalanya kuat kembali menyadarkannya akan kenyataan.
Jika dipikir lebih lanjut posisinya nyaris sama dengan cerita novel tersebut hanya saja bukan gadis yang ditemuinya melainkan pemuda cantik yang memiliki pekerjaan yang terhubung dengan kafe.
Tidak mungkin dia akan mempercayai cerita fikso konyol tersebut.
"Lex? Kamu diam cukup lama, apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Hyunsik dengan cemas.
Lex segera tersadar dan menatap Hyunsik lekat terlarut pada pantulan wajahnya dari manik mata indah pemuda tersebut. Debaran hatinya kembali muncul dan semakin kencang.
Ini perasaan aneh yang selalu mengganggunya setiap kali mereka bersama, tidak mungkin dia jatuh cinta kepada Hyunsik begitu saja bukan? Mustahil terlebih lagi mereka sama-sama pria.
"tidak aku baik"
Satu suapan penuh creme brulee buatannya sendiri memenuhi mulutnya merasakan tekstur lembut dari adonan membuat Hyunsik sedikit terkejut.
Selama ini dia membuatnya benar-benar ketika sudah bosan dan sama sekali tidak pernah berniat untuk mencicipinya namun Lex pernah mengatakan bahwa rasanya enak tetapi Hyunsik malah berfikir bahwa pemuda itu mengatakannya hanya untuk membuatnya senang saja.
Jika benar begitu tidak mungkin Lex akan selalu menanyakan hidangan penutup yang entah sejak kapan menjadi favoritnya itu.
"oh ya, kupikir mulai besok aku akan berhenti bekerja"
Lex tersentak segera menolehkan kepalanya menatap Hyunsik dengan sedih.
"apa maksudmu?" tanya Lex lirih.
Keduanya terdiam saling memandang satu sama lain, canggung melanda keduanya hanya terdengar suara tetesan air hujan yang deras dengan suara jarum jam yang berputar mengikuti waktu berjalan. Hyunsik memutus kontak mata menundukkan kepalanya.
"Aku hanya bekerja saat hujan untuk menggantikan temanku yang sensitif dengan udara dingin dan karena besok cuaca mulai cerah kupikir aku akan berhenti bekerja"
"Setidaknya kita tetap bisa bertemu kan?" tanya Lex memastikan.
Namun sayangnya Hyunsik menggeleng sebagai jawaban, dia tidak bisa menjanjikan hal di luar kendalinya meskipun ingin tetapi Hyunsik tidak bisa.
Lex mendesah kesal kembali berfikir mencoba untuk melepas Hyunsik dan kembali pada kehidupan sebelumnya tetapi sialnya beberapa kali Lex menguatkan pikirannya jawabannya tetap sama.
Tidak bisa.
Perasaannya sudah terlalu dalam untuk bisa melepaskan Hyunsik dengan mudah terlebih lagi kenangan yang selalu berputydi kepalanya tidak menjamin semuanya.
Tubuhnya tergerak bangkit dari tempatnya menghampiri Hyunsik dan menariknya dengan paksa untuk ikut berdiri sebelum kedua belah bibir menyatu dengan paksaan.
Hyunsik melebarkan matanya terkejut akan sensasi hangat dan basah dari bibirnya yang menerima perlakuan tidak senonoh dari pemuda di hadapannya. Jari-jemarinya mencengkram dengan erat bahu Lex mendorongnya dengan kuat berusaha melepas ciumannya.
Sayangnya Lex menahan tengkuk Hyunsik mendorong tubuhnya hingga kembali terduduk di atas bangku masih dengan bibir yang bertaut. Dilepasnya dasi hitam yang melekat pada pakaiannya, Lex mengunci pergerakan tangan Hyunsik dengan mengikatnya menggunakan dasi.
"Mmrrghh!" teriakan terdengar pilu di sela-sela ciuman panas yang mereka lakukan.
Nafasnya hampir habis membuat Hyunsik menggeliat tidak karuan mencoba melepaskan diri dari paksaan Lex hingga kakinya tergerak menendang lutut pemuda tersebut membuatnya segera melepas tautan bibir mereka sembari mengasuh kesakitan.
Hyunsik memalingkan wajahnya menggeram kecil dengan keringat yang menetes membasahi pelipisnya, urat-urat di lehernya bermunculan ketika nafas berat dia raih sekaligus.
"pergi, menyingkir dariku" gumamnya lirih namun Lex sama sekali tidak menggubris dan terdiam di tempatnya.
Beberapa kali Hyunsik mengatakan hal yang sama hingga berubah menjadi teriakan kasar menyadarkan Lex untuk kembali dalam kenyataan.
"Hyunsik aku-"
"AKU BILANG PERGI!"
Dengan segera Lex beranjak pergi mengambil jaketnya yang tergantung meninggalkan Hyunsik yang masih terlihat terkejut dan terikat di tempatnya. Jantungnya berdegup dengan kencang merasa hatinya begitu sakit mengetahui kenyataan bahwa dirinya hampir dilecehkan oleh seseorang yang berarti untuknya.
Benar. Hyunsik menyukai Lex tetapi dia tidak pernah menunjukkan perasaannya terlebih dahulu, ciuman barusan adalah pertama untuknya hanya saja dia tidak mengharapkan pengalaman pertamanya akan menjadi sekasar itu.
Dia tidak menyukainya.
Sedangkan Lex juga terkejut akan apa yang di perbuatnya, bergerak dengan lambat menaiki motornya dibawah derasnya air hujan.
Sial sekali rasanya hari ini.
"Bodoh sekali diriku..."
To Be Continued
Ini draf gua udah ending cuma eror mulu tiap publish jadi maapkan klo tiba-tiba apdet ga jelas begitu 😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan | Lexhyun ✓
FanfictionJatuh cinta saat hujan tiba adalah hal terburuk. Itu yang dirasakan oleh Lex selaku pelajar SMK yang jatuh cinta dengan sosok cantik yang selalu menemaninya disaat hujan datang. - bxb ga bisa up berlebih wp selalu eror tiap upload :)