Salah Paham

155 20 10
                                    

Zarina menatap dirinya di depan cermin meja rias kamarnya. Matanya tajam menatap pantulan dirinya. Gadis itu bukan kesal karena tidak bisa membuat Reygan untuk tetap bersamanya.

Zarina kesal, jika Reygan tidak bisa tidak ikut bukankah sebaiknya lelaki itu mengajaknya? Reygan tidak seperti dulu lagi. Biasanya lelaki itu akan mengajaknya kemanapun temen-temennya nongkrong.

Toktok

"Ini gua vaskar." Zarina terdiam. Untuk apa Vaskar datang ke kamarnya? Bukankah laki-laki itu paling anti dekat dengan dirinya. "Lo ada di dalem kan? Gua mau keluar. Mba lagi libur, mau nitip makanan apa? Atau lo mau ikut sama gua dari pada Sendirian di rumah." Zarina yang awalnya hendak membukakan pintu kamar kini terhenti saat mendengar tawaran Vaskar.

Tidak biasanya laki-laki itu bersikap sok dekat seperti ini.

"Zarina! Buka pintunya!"

Clek

"Gua hampir berfikiran lo mau bundir karena ga respon ucapan gua."

"Kenapa kak?"

"Gua mau keluar cari makan lo mau ikut ga?" Zarina terdiam ia merasa canggung. Sebelumnya mereka tidak berkomunikasi sepanjang ini. Setiap harinya mereka memang beraktivitas seperti biasa dirumah namun urusan mereka masing-masing.

Kedua anak itu memang tidak peduli satu sama lain. Itu sebabnya Zarina merasa heran mengapa sikap Vaskar benar-benar berbeda.

"Dari pada Sendirian di rumah kan?"

"Yaudah deh."

***

Vaskar benar-benar membawa Zarina untuk keluar mencari makan. Di atas motor Vaskar, Zarina kebanyakan menatap punggung kakaknya. Ia bingung ada apa dengan sikap Vaskar akhir-akhir ini?

Vaskar sesekali melihat kearah kaca spion untuk melihat Zarina. Didalam helmnya terukir senyuman tipis di wajah Vaskar.

Merasa sudah sampai Zarina pun turun dan Vaskar segera mematikan mesin motornya. Zarina terdiam melihat tempat yang akan mereka beli makanan. Ini tempat langganan Reygan.

Apa Vaskar tau ini tempat favoritnya dengan Reygan sehingga lelaki itu membawanya kemari?

"Kenapa diem? Masuk gih." Vaskar berjalan lebih dulu. Zarina terdiam kemudian ikut kedalam bersama Vaskar.

Vaskar sudah memilih tempat duduknya, Zarina pun ikut mengambil kursi di depan Vaskar. Tidak mungkin dirinya dengan Vaskar harus pisah meja sedangkan mereka berangkat bersama.

"Lo mau pesen apa? Gua traktir." Zarina menatap Vaskar. "Lo kenapa sih banyak diem nya kalo sama gua? Santai aja kali gausah canggung gini." Zarina menelan salivanya kemudian fokus pada menu yang ada di atas meja.

Keduanya sedang memilih makanan yang akan mereka santap. Sesekali Vaskar menatap Zarina yang tengah fokus pada buku menu.

Alisnya mengkerut saat melihat bekas kebiruan di dagu Zarina. Lelaki itu spontan memegang dagu Zarina membuat Zarina terkejut hingga menjatuhkan buku menu.

"Lo kenapa Zarina?" Zarina mematung saat dagunya di pegang oleh Vaskar. Mata Zarina membulat. Maksudnya, sedang apa Vaskar menyentuhnya?

"Apanya sih kak?" Zarina sedikit menepis tangan Vaskar yang berada di dagunya.

"Lo kaya abis di tonjok." Zarina mengambil buku menu yang terjatuh di lantai kemudian kembali fokus memilih makanan.

"Jawab gua Zarina." Zarina menatap tajam ke arah Vaskar. Ia memberanikan diri bersikap kasar pada Vaskar. Sibuk mengetahui urusan orang sangat tidak disukai Zarina.

After HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang