Si brengsek

136 16 5
                                    

"Aku jadi malu." Ran yang sedang mengobati luka Zarina seketika terhenti kemudian memundurkan wajahnya. Ran membereskan kapas-kapas yang ada bercak darahnya ke dalam kantong plastik.

Ran baru saja mengobati Zarina. Awalnya Zarina menolak. Gadis itu hanya ingin pergi saat itu tanpa bertemu dengan orang-orang yang mengenalinya. Membiarkan luka itu mengering seperti biasanya.

"Malu kenapa?" Tanya Ran.

"Kita harus bertemu dengan keadaan aku yang kaya gini."

"Reygan tau soal ini?" Zarina terdiam.

"Dia berhak tau soal ini karena dia pacar lo kak." Perasaan tak enak menyerang Zarina. Entah kenapa Zarina merasa nada bicara Ran yang mengatakan Reygan pacarnya itu terdengar tak mengenakan padahal wajah Ran biasa saja.

Tidak ada ekspresi tak suka atau benci di wajah Ran. Gadis itu hanya bersikap biasa saja.

***

Di area parkir anak-anak Zhevandor sudah menunggu. Aron terlihat sangat panik karena adiknya tak kunjung datang ke parkiran.

Aron sebenarnya ingin menjemput Ran ke kelasnya namun karena Ran dalam keadaan membiasakan diri tanpa Aron adiknya itu melarang untuk menjemputnya.

Sudah dua puluh menit saat Ran mengirim pesan ingin ke toilet lebih dulu namun tak kunjung datang membuat perasaan khawatir nya begitu besar.

Apa yang terjadi di toilet hingga adiknya begitu lama sekali?

Mahen berusaha menenangkan temannya dengan menepuk pundak Aron agar menetralkan perasaan khawatir nya.

Reygan pun sama sedang menunggu Zarina. Sesering mungkin Reygan menatap layar ponselnya memastikan bahwa Zarina sudah membalas chatnya.

Reyhan dan Juna sebenarnya mereka juga khawatir tapi mereka bisa menetralkan perasaan khawatir dengan menjalankan mesin motor dan menghasilkan gerungan motor yang halus. Tak jarang mahasiswa maupun mahasiswi menatap segerombolan ini.

Melihat sang adik tengah menuju ke sini, Aron segera berlari. Yang lain pun ikut menyusul. Mereka sempat heran bagaimana Zarina bisa bersama Ran? Dan luka di dahinya itu...

"Kok lama banget sih?" Tanya Aron setibanya di depan Ran.

"Tadi Kak Zarina-"

"Aku nabrak pintu untungnya ada Ran yang langsung bawa aku ke UKS. Maaf ya bikin khawatir kalian." Tak perlu bertanya Zarina tau mereka semua mengkhawatirkan Ran di lihat dari ekspresi wajah masing-masing.

Ran sempat melirik ke arah Zarina yang berbohong. Apakah Ran harus mengikuti cara Zarina berbohong?

Zarina menatap Reygan yang ternyata pacar itu menatap Ran. Zarina jadi berkecil hati, bukan kah Reygan seharusnya memperhatikan dirinya selalu pacar?

Disaat atensi mereka tertuju pada Ran, Juna justru tertuju pada Zarina yang tengah menatap Reygan. Juna sedikit tersenyum. Reygan melakukan hal bodoh kembali.

"Dahi lo kayaknya luka parah sampe di perban." Juna membuka suara untuk topik dahi Zarina. Reygan menoleh ke arah Zarina kemudian mendekat.

"Kenapa bisa?" Tanya Reygan yang sudah berada di samping Zarina. Ran sedikit menoleh saat Reygan berpindah posisi ke samping Zarina.

After HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang