パート-15

42 29 30
                                    

Hallo guys... Istri Eren disini, hehehe.

Jadi, ini adalah karya pertama aku. Maka dari itu, dimohon kritik dan sarannya, yaa, jika ada kata yang kurang sesuai.

Kalau ada typo juga tandain ya, teman-teman. Supaya bisa aku benahin.

Mohon maaf jika alurnya berantakan, huhu.

Udah ah, gitu aja. Silahkan membaca, teman-teman! ^.^

Spero che questa storia vi piaccia, amici ✽

Hening mengiringi suasana makan malam di mansion keluarga Arkatama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening mengiringi suasana makan malam di mansion keluarga Arkatama. Hanya dentingan sendok dan garpu beradu dengan piring-lah yang dapat terdengar.

"Bagaimana hubungan kamu dengan Zahfiana?" Calief— kepala keluarga Arkatama tersebut membuka suara guna memecah keheningan malam itu.

"Mas!" peringat Gladys, yang notabene adalah Istri dari Calief sekaligus Ibunda Javas tersebut memegang punggung tangan suaminya. Mencoba membujuk suaminya agar tak melanjutkan perkataannya.

"Uhukkk... Uhukk." Javas tersedak mendengar ucapan mendadak dari pria berusia hampir berkepala empat yang tengah fokus memasukkan steak ke dalam mulutnya.

"Maksud Papa?"

"Kenapa lagi? Apakah Papa perlu mengucapkannya dua kali?"

Sesaat, Calief tersenyum meremehkan. "Memang, ya? Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Perempuan yang kamu bangga-banggakan itu... Ternyata tidak berbeda dengan Ibunya. Sekalinya jalang, tetaplah jalang." ucapnya pedas.

Trak. Suara tersebut berasal dari pisau dan garpu yang Javas letakkan dengan kasar. "Saya bertanya, apa maksud Papa?"

"Kenapa? Kamu nggak terima? Orang fakta, kok." Pria itu menantang. "Seharusnya kamu bersyukur, ada Zahfiana yang mau sama kamu. Eh, malah pilih perempuan sekelas jalang itu!"

Mendengar cacian tersebut, urat-urat di leher Javas seketika bermunculan. Kedua tangannya terkepal kuat guna menahan gejolak emosi yang siap untuk keluar, juga menahan agar ia tak menghabisi pria yang menjabat sebagai ayahnya itu. "Papa tau apa?" lirih Javas.

"Saya tau sem—"

"PAPA TAU APA?!" pekik lelaki itu beranjak dari duduknya.

Melihat respon anaknya, Calief ikut terbawa arus emosi yang Javas ciptakan. "BERANI KAMU TERIAK SAMA SAYA?!"

"IYA. SAYA BERANI. PAPA SEKARANG MAU APA?!" teriak Javas dengan lantang, seolah ia sama sekali tak memperdulikan apapun resiko yang akan ia tanggung sehabis ini. Jujur saja, jika pun ada yang berani merendahkan Praya, Javas benar-benar murka. Apalagi jika orang tersebut tak tahu-menahu tentang gadisnya, membuat hasrat ingin membunuh orang itu hari ini juga seketika memuncak. Meskipun itu ayah sendiri, ia tak peduli, asalkan sehabis ini tidak ada yang merendahkan diri Praya dihadapannya.

SIDE THE OTHER SIDE PRAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang