Warn! Typo everywhere haha, denial!Haechan/Husen & flirty!Mark/Marshall
•••
Husen menatap editan dari konsep branding ulang dari proyek yang dia lakukan. Kepalanya serasa ingin pecah saja saat ini, bertubi-tubi masalah bagai relief bumi mengejar hidupnya.
Sekarang saja dia harus fokus untuk kerja kerja kerja. Mengabaikan perasaannya dan seseorang yang mendiamkannya.
Ya, tentu kalian tau bukan.
Pria itu juga tampak sibuk menatap komputernya.
"Sen." Panggil seorang pria tak lain adalah Mas Tatan dari ujung seberang kubikel.
Husen menoleh, "Iya, mas?"
Tatan kemudian berjalan membawa berkas dan mengecek jam tangannya menuju Husen.
"Serahin ke Pak Marshall sekalian tanyain buat minggu depan bakal berangkat siapa aja. Gw sama anak tim mau ke pabrik dulu review bulanan. Yok mas, Wi."
"Dah, Sen." Pamit Juwi dan Mas Tomi meninggalkan Husen yang menganga terlambat untuk mengelak.
Ekor matanya melihat Tim B dengan wajah serius berhadapan dengan laporan dan catatan di laptop. Apalagi dia segan juga meminta ditemani menemui bos dan terlihat terlalu bocah sekali berlindung di balik senior. Mau tidak mau Husen terpaksa menguatkan dirinya demi mencari cuan.
Tok tok
Husen mengetuk pintu ruangan si bos, terlihat si bos yang matanya beralih dari komputer ke Husen yang berada di luar memberi gesture untuk izin masuk.
Marshall mengangguk dan mengamati Husen yang menuju ke mejanya sambil membawa file.
"Ada perlu apa?" Tanya Marshall.
Husen sedikit canggung rasanya, tapi berhubung Marshall terlihat professional mau tidak mau dia juga ikut memasang tampang senyuman karir.
"Mas Tatan minta saya serahin folder Tim A soalnya mereka lagi review pabrik." Husen menyerahkan map file itu yang langsung diterima Marshall.
"Oke, ada lagi?" Marshall bertanya dengan mata yang tidak menatap ke Husen, pandangan fokus membaca ulasab hard copy itu.
"Hm, mau bertanya juga pak yang berangkat minggu depan siapa aja?" Husen menlanjuti kalimatnya yang seketika membuat Marshall terhenti dari kegiatan sab mendongak ke Husen.
"Kamu mau ikut?"
"Hah? M-maaf maksudnya-"
Marshall menutup map, meletakkan meja dan merapikan posisi duduknya.
"Minggu depan bakal ada survey tinjau ke PT. Sikasih jajanan di Medan. Kamu mau ikut atau nggak, saya tanya?" Jelas Marshall dengan panjang lebar.
Husen baru teringat salah satu proyek yang Tim A urus untuk branding ulang di tanah kelahirannya.
"Oh, iya. Karyawan training kayak saya boleh ikut pak? Tempatnya kan lumayan jauh dari sini, takutnya costing kita malah nambah." Jawab Husen dengan alasan logis yang menurutnya sesuai.
Marshall mengangguk mengiyakan pernyataan itu. Dia bertopang dagu sambil menatap Husen.
"Nice. Analisis kamu oke, tentunya biaya costing gitu bakal ngaruh kalau semua Tim A berangkat. Tapi kita punya kerjasama lumayan erat dengan klien ini bisa dibilang langganan. Pastinya kita butuh tinjauan maksimal dan kesempatan berharga buat kamu juga bisa terjun ke lapangan sekalian liburan, bukan?"
Husen menyerngitkan dahi. Awalnya dia setuju dengan pernyataan si bos tapi kenapa kalimat akhir terkesan personal.
"Hm, baik pak terimakasih konfirmasinya." Pamit Husen.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Corporate's Cubicle - Markhyuck Local
General FictionHusen, pemuda yang terkekang akibat banyak masalah memutuskan untuk mencari kepuasan sebentar di sebuah bar hingga dia bertemu dengan seorang teman minum yang akan menjadi teman cinta. "Terimakasih ya pak udah beri kesempatan, hm untuk yang kemarin...