Hyperion, Upper Deck / 01.00 AM
Hening dan tenang
di bawah langit hitam yang dihiasi cahaya bulan dan bintang.
Sebagian besar kru dan valkyrie Hyperion tidur di waktu ini, tentu saja kecuali bagi mereka yang mendapat shift malam.
Atau mereka yang susah tidur karena alasan konyol, seperti pria ini
"Oke. pelajaran hari ini, jangan pernah ngopi sebelum tidur" kata Kanchou kepada dirinya sendiri.
walaupun dia berhasil bertahan melewati lembur yang menguras fisik dan mental, konsumsi kafein berlebihan membuatnya jantungnya berdebar-debar sehingga mustahil untuk memejamkan mata
"Mungkin angin malam yang dingin bisa membuatku tenang sedikit" pikirnya
Dek atas Hyperion adalah tempat yang sempurna untuk ini.
lagipula pemandangan langit malam terlihat jauh lebih indah ketika kau berada di ketinggian ribuan kaki di atas permukaan laut.
namun ada sesuatu yang tidak ia duga, ada seorang valkyrie yang sudah mendahuluinya.
Jarang sekali ada valkyrie yang mau ke tempat sepi dan dingin disaat dimana orang-orang menggunakanya waktunya untuk beristirahat.
yang lebih anehnya lagi, dari semua valkyrie yang ada kenapa malah Kiana yang sedang merenung sendirian disini?
"Kiana?" Kanchou memanggil nama gadis bersurai perak itu, membuatnya terkejut.
"Ah!!..... hehe~... Kanchou ya? bikin kaget saja..."
walaupun gadis itu tertawa Kanchou masih bisa melihat jelas bekas air matanya yang sedikit berkilau, memantulkan cahaya bulan.
tidak biasanya gadis ceria yang kekanak-kanakan ini merenung di tengah malam sambil menyendiri di luar seperti ini
namun untuk sementara, sang kapten Hyperion itu memutuskan untuk pura-pura tidak tahu dan mengabaikanya
"tidak bisa tidur?" tanya Kanchou
"ya, aku kebanyakan makan tadi, masakan Mei-senpai terlalu enak seperti biasanya hehe~" Kiana menunjukan senyum polosnya
"oh, begitu..." Kanchou menanggapi
Sebelum menjadi kapten Hyperion, pria ini pernah bekerja di berbagai perusahaan
salah satu ilmu berharga yang dia dapatkan dari pengalaman di dunia bisnis adalah cara melihat senyum palsu
apalagi Kiana sangat buruk dalam memalsukan senyumnya
karena Kanchou sudah terlalu sering melihat senyum tulus dari gadis itu
Kanchou tidak melanjutkan pembicaraan, dia sengaja memberikan Kiana waktu untuk menikmati suasana yang hening.
"Kanchou, apa kau tidak bisa tidur juga?" tanya Kiana
"yap, kebanyakan ngopi"
"Hehe~ ternyata kau lucu juga Kanchou"
Kiana memaksa dirinya untuk tertawa
Kanchou melirik kearahnya, dan menghembuskan nafas panjang.
Dia tidak pernah melihat orang dengan sifat bodo-amat-yang-penting-hepi seperti Kiana
Sesuatu yang bisa membuat Kiana murung pasti bukan hal sepele
Kanchou tidak bisa menahan rasa khawatirnya lagi
"Jadi, ada apa?"
"hm? apa maksudmu?"
Kiana tetap menghindari pertanyaanya
"Di jam segini, Kiana yang sehat akan tidur di kamarnya dan membasahi bantalnya dengan air liur, lalu tidak akan bangun sampai Mei mencubit pipinya"
Kanchou mengambil sapu tangan dari sakunya, dan mengusap air mata Kiana.
"Tapi kau malah merenung disini dengan mata yang masih basah, setidaknya usaplah bekas air matamu dengan benar jika kau ingin membohongiku"
Seketika senyum Kiana menghilang, dia tahu tidak ada gunanya untuk berpura-pura lagi.
"Sudah kuduga.... Aku benar-benar tidak bisa menyembunyikan apapun darimu kanchou... maaf. aku sudah sering merepotkanmu, aku tidak ingin menambah bebanmu lebih jauh lagi karena membuatmu cemas"
Kanchou mulai bertanya-tanya dalam pikiranya, apa yang membuat gadis periang menjadi melankolis seperti ini?
"Kiana, Aku adalah kapten Hyperion. Kerepotan karena ulah valkyrie adalah pekerjaanku, jadi jangan ragu-ragu jika butuh teman bicara atau semacamnya" Kanchou mengacak-acak rambut perak milik sang gadis itu.
"Jadi, ada apa?"
Kiana terdiam sejenak, dan menarik nafas panjang
dia tidak punya pilihan lain selain berkata jujur di depan pria ini, lagipula kalau ada seseorang yang bisa ia percayai selain Mei, orang itu adalah Kanchou
"Kanchou... aku berencana untuk mengundurkan diri dari Hyperion..."
"oh... gitu.... lho, hah?! apa?!" Kanchou terkejut
"Mungkin, aku juga akan berhenti menjadi valkyrie..."
Kanchou kehabisan kata-kata, dia tak pernah mengira kalau kalimat itu akan keluar dari mulut Kiana.
ingin sekali rasanya pria ini berteriak Nggak! gak boleh! pokoknya gaboleh! plis!! jangan pergi!!
Tapi Kanchou menahan dirinya, dan berusaha tetap tenang
"Kalau begitu, setidaknya beritahu aku alasanya"
"Entahlah Kanchou" Kiana menundukan kepalanya, menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca "aku merasa tidak berguna... sejak aku datang ke Hyperion aku selalu membuat masalah untuk semua orang, apalagi aku punya Herrscher di dalam tubuhku..."
"hmm, kenapa? apakah Sirin mencoba mengambil alih tubuhmu lagi?"
"tidak, bukan begitu Kanchou" Kiana menggelengkan kepalanya
"Tadi malam sebenarnya aku bermimpi... tidak, mungkin lebih tepat disebut sebagai memori. ketika aku menjadi Herrscher... aku melihat jelas bagaimana aku menyakiti Mei-senpai, Bronya, Fuhua, Himeko-sensei... dan dirimu... aku masih mengingat jelas ketika aku menghujamkan tombak ke perutmu dengan tanganku sendiri..." suara Kiana mulai gemetaran, dia tidak bisa membendung air matanya lagi
"hey, bukankah sudah kubilang berkali-kali itu bukan salahmu?" Kanchou mencoba menenangkanya
"Entahlah Kanchou... Kalau kupikir lagi... waktu kami masih di St.Freya aku selalu membuat Mei-senpai dan Bronya terlibat masalah... Aku selalu menambah beban pekerjaan Fuhua... belum lagi selalu membuat Himeko-sensei dan bibi Theresa marah... bahkan sampai sekarang pun aku masih selalu selalu membuatmu pusing dengan tagihan ganti rugi..."
"Kiana... sudahlah, tidak ada yang menyalahkanmu, lagipula kau itu salah satu dari S-Rank valkyrie Hyperion, apapun yang terjadi kau itu tetap salah satu dari kru-"
"Tapi aku tidak pantas bersama kalian! aku ini monster!"
Kiana menyela kalimat Kanchou, sembari menahan tangisanya.
Kiana tahu, kalau dirinya akan membuat teman-temanya khawatir jika mereka melihat sisi murung Kiana. Oleh karena itu sampai sekarang Kiana menyembunyikan penyesalanya, dan menutupi rasa bersalahnya dengan senyum ceria dan sifat kekanak-kanaknya seperti biasa.
Dia sudah bertekad untuk tidak menangis di depan orang yang ia sayangi,
oleh karena itu Kiana memilih untuk meluapkan emosinya di tempat sepi, di waktu semua orang tertidur.
tapi malam ini, Kanchou menghampirinya lalu menunjukan perhatian dan wajah cemas kepadanya, itu membuat rasa bersalah Kiana menjadi berkali-kali lipat hingga dia tidak bisa menahanya lagi.
dia tidak percaya kalau dia pernah hampir membunuh orang ini, yang sangat peduli kepadanya dengan sangat brutal menggunakan tanganya sendiri.
"Aku... aku selalu menyakiti semua orang yang kusayangi... Mei-senpai, Fuhua, Bronya, Bibi Theresa, bahkan aku mencederai orang yang pernah menyelamatkan nyawaku... Himeko-sensei... dan lebih parahnya lagi, kau tahu sendiri kan.... waktu itu aku hampir merenggut nyawamu Kanchou! Aku ini tidak berguna!"
Kiana berusaha mengusap air matanya, namun yang ia lakukan hanyalah semakin membasahi wajahnya sendiri.
Kanchou tak menyangka kalau trauma yang dialami Kiana ternyata jauh lebih dalam yang dia kira.
"Valkyrie-ku yang paling ceria ternyata sedang depresi parah, dan aku tidak menyadarinya? kapten macam apa aku ini?" pikirnya
"Seharusnya, aku menghilang saja! seharusnya aku menarik pelatuk pistol itu! tapi aku ini penakut! pengecut! aku ini pecundang yang malah selalu menjadi beban kalian!"
Sesaat setelah Kanchou mendengar isi pikiran gelap Kiana, dia melepas jaket putihnya dan menaruhnya ke punggung Kiana, lalu memeluknya
"Kiana, siapa orang yang bilang kalau kau itu tidak berguna?"
"eh!? Kanchou!? apa yang kau-"
Kiana terkejut karena Kanchou tiba-tiba memeluknya, membuat wajah Kiana yang basah memerah sedikit.
"Kiana, siapa orang menganggapmu beban dan pecundang?"
"Ehm... tentu saja Mei-senpai dan yang lainya tidak mengatakanya karena kalian terlalu-"
"berarti tidak ada kan"
Kiana terdiam
"Kiana, percayalah padaku. tidak ada satupun dari kami yang menganggapmu seperti itu, lagipula aku sudah pernah berjanji kepadamu ingat?" Kanchou mengusap air mata dari wajah Kiana lagi
"Eh, janji?"
Mendengar Kiana yang kebingungan, Kanchou melepas pelukanya.
"Kau sudah lupa? Tipikal Kiana, tidak heran Bronya memanggilmu Idiotka. Tapi yasudahlah, aku dengan senang hati mengatakanya lagi sebanyak yang kau mau" Kanchou tertawa kecil, dan mendekatkan bibirnya ke telinga Kiana
"Kiana, Apapun yang terjadi, bahkan jika seluruh dunia menjadi musuhmu, aku akan selalu berada di pihakmu"
Kiana kehabisan kata-kata.
ini kedua kalinya dia mendengar kalimat yang sama, dari orang yang sama.
Kiana tidak mempunyai hubungan darah dengan Kanchou
Mereka bukanlah keluarga, mereka adalah orang asing
Hubungan mereka hanyalah sebatas Valkyrie dan Kapten
Apalagi Kiana selalu membuat masalah untuknya
Lalu Mengapa?
Mengapa pria ini bisa mengatakan janji seberat itu dengan sangat mudah?
"Kanchou, apa kau serius? bagaimana aku bisa tahu kalau itu bukan sekedar kata-kata manismu?"
Kanchou menghela nafas, dan tersenyum kepada Kiana
"Kiana, apakah aku pernah berbohong kepadamu?"
Sekali lagi, Kiana dibuat tak berkutik oleh pria ini.
Dia baru saja ingat, Walau pria ini adalah orang konyol yang sering mengatakan hal yang tidak masuk akal.
satu hal yang pasti darinya adalah, dia tidak pernah sekalipun memberikan harapan palsu kepada Kiana.
Kiana tahu, kalau Kanchou pasti tak akan ragu untuk pergi ke ujung dunia jika itu diperlukan demi para Valkyrie-nya.
Kiana sudah benar-benar kehilangan kendali akan emosinya lagi, Air matanya tidak mau berhenti tidak peduli sekuat apapun Kiana menahanya.
namun kali ini, itu bukan air mata penyesalan atau kesedihan.
Melainkan dari rasa bahagia dan syukur yang sangat besar.
Seketika Kiana melempar dirinya ke Kanchou, memeluknya dan menenggelamkan wajahnya ke dada pria itu.
"KANCHOU!! MAAFKAN AKU! MAAF SUDAH MERAGUKANMU! MAAF SUDAH MEREPOTKANMU SELAMA INI! GOMEN! GOMENASAI! ES TUT MIR LEID! ES TUT MIR WIRKLICH LEID!! KANCHOU!!"
Kiana tahu kalau tindakanya sangat memalukan.
bagaimana tidak, dia memeluk kaptenya dan berteriak minta maaf sambil membasahi baju pria ini dengan air mata dan ingusnya yang berceceran.
namun Kiana tidak peduli lagi, tangan besar dan keras yang mengelus kepalanya Kiana dengan lembut itu adalah bukti kalau Kanchou sama sekali tidak keberatan.
"Shhh... sudahlah, aku akan selalu memaafkanmu bahkan jika kau tidak memintanya. kau bisa menangis sebanyak yang kau mau dan aku janji tidak akan memberitahu siapapun, asalkan kau kembali menjadi Kiana yang rakus dan ceria lagi" Kanchou tetap melanjutkan mengelus rambut perak valkyrie yang terisak-isak di dalam dekapanya.
Mendengar kata-katanya, Tangisan Kiana menjadi lebih keras dan memecah keheningan malam.
-~-
beberapa menit berlalu, Kanchou hanya diam dan membiarkan Kiana meluapkan tangisanya sampai dia tenang.
Kiana menutup matanya, dan menikmati kehangatan dari pelukan pria itu
kali ini kiana tidak berkata apapun, dia ingin menikmati momen singkat ini dengan keheningan.
setelah semua emosi negatifnya menghilang, yang tersisa kini hanyalah rasa malu dan canggung, membuat detak jantungnya yang semakin berdebar-debar.
Kiana tenggelam dalam pikiranya, wajahnya menjadi sedikit merona. menyadari kalau Kanchou masih tetap memeluk dan mengelus-elus kepalanya
"uhh, Kanchou.... aku tahu kau ingin bersikap keren di depan seorang gadis yang sedih, tapi sampai kapan kau akan memeluk dan mengelus kepalaku?"Kanchou refleks melepaskan pelukanya
"Ah! ...... anu...... haha... maaf, sepertinya aku terlalu terbawa suasana, aku cuma pernah baca kalau sebuah pelukan bisa membuat otak melepaskan hormon oksitosin yang membuatmu merasa lebih tenang, jadi aku-"
Kanchou tesipu dan mencoba menjelaskan tindakanya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal
"pfffftt- hahahahaha! kau memalukan sekali Kanchou!!"
Tentu saja harga diri sang Kanchou sedikit terluka mendengarnya.
tapi itu adalah harga yang sangat murah jika dibandingkan bisa melihat Kiana yang tertawa lepas lagi.
"Kalau kau sudah bisa mengejeku lagi, berarti kau sudah baikan?" Tanya Kanchou
"Yup! terima kasih Kanchou!" Jawab Kiana yang meringis
"kalau begitu aku mau tidur duluan, aku ngantuk"
"Tunggu sebentar, Kanchou... bisakah kau tutup matamu sebentar" Kiana memegang tangan pria itu
"eh? untuk apa?"
"Sudahlah! tutup matamu!"
Kanchou mengangkat bahu dan menuruti permintaan Kiana
[TIME FRACTURE]
sesaat setelah kanchou menutup matanya, Kiana menggunakan kekuatan Herrscher-nya untuk menghentikan waktu disekitarnya.
Membuat Kanchou terdiam seperti patung, karena kini satu detik bagi Kanchou adalah beberapa jam bagi Kiana
Kiana memang sudah meluapkan semua emosi dan perasaanya ke Kanchou dalam tangisanya tadi, kecuali satu hal.
Kiana mendekati telinga Kanchou, dan membisikan satu hal tersebut.
"Vielen Dank für alles, Kapitän. Ich liebe dich"
(Thank you for everything, captain. I love you)
*Chu*
Tentu saja Kanchou tidak menyadari kalau ada bibir seorang gadis yang menyentuh pipinya karena perbedaan aliran waktu yang sangat jauh.
Kiana menjentikan jarinya, dan area di sekitarnya kembali menjadi normal
"sekarang buka matamu Kanchou"
"Eh? apa yang kau lakukan?" Kanchou kebingungan
"Hehe, Rahasia~" Kiana langsung berlari ke dalam Hyperion
"Woy! apa kau menjahiliku lagi? apa yang kau tempelkan di wajahku kali ini?" Kanchou berlari mengejar Kiana dengan curiga.
sementara itu, Kiana bergumam dalam hatinya
"Maafkan aku kanchou. suatu hari nanti, aku pasti akan membiarkanmu mendengarnya dengan jelas. Tunggulah sampai saat itu tiba"
KAMU SEDANG MEMBACA
KANCHOU GAK PEKA!! (Captain x Harem) [Indonesia]
FanfictionTipikal fanfic harem cringe dimana Kamu adalah seorang Kapten (atau biasa dipanggil Kanchou) dari salah satu Kapal angkasa anti-honkai terbesar di dunia : HYPERION Dan kamu adalah satu-satunya pria di kapal raksasa ini. Oh ya, Semua Valkyrie tergila...