Judul sebelumnya: My Husband is My Ex-Crush
DILARANG KERAS PLAGIAT‼️
JANGAN JADI SIDERS, YA READERS YA‼️
HASIL PEMIKIRAN SENDIRI‼️
•••
Seorang perempuan berusia 19 tahun terpaksa menjalin kasih dengan seorang pria berumur 20 tahun atau lebih tepatny...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა
"Sial! Gimana bisa?!"
Pyar! Hera mencampakkan semua benda-benda yang ada di atas nakasnya. "B*ngs*t! Siapa perempuan perebut itu??" Gemuruh amarah membara dalam dirinya begitu mengetahui bahwa Leon benar-benar telah menikah. Hanya saja ia penasaran, siapa perempuan pilihan Leon? Mengapa dirinya tidak hadir di acara pernikahannya sendiri? Apa perempuan itu tidak tahu tentang pernikahannya? Tapi, apa mungkin?
"Apa perempuan di restauran kemarin?" Tiba-tiba saja Hera teringat pada perempuan itu, sebab Hera baru pertama kalinya melihat Leon bersama perempuan. Dan perempuan tersebutlah yang dilihatnya.
Hera mengambil gawainya, kemudian ia menekan ikon panggilan dari sebuah nomor. "Cari tahu tentang perempuan yang bersama Leon di dear restaurant kemarin." Setelah itu panggilan pun langsung di akhiri sepihak olehnya. "Sekalipun lo udah menikah, jangan harap lo bisa lepas dari gue!"
Leon melupakan fakta bahwa di rumahnya ada Hera. Si perempuan penuh obses akan dirinya.
"Andai lo tahu Leon, semua yang terjadi bukan ulah gue! Tante Aurel meninggal bukan karena gue. Sebab kesalahpahaman itu, lo jadi benci gue sampai sekarang," lirih Hera. Tubuhnya meluruh ke lantai tanpa alas dengan punggung yang disandarkan ke ranjang tempat tidur. "Gue rindu senyuman lo, gue rindu segalanya tentang lo."
Hera memeluk lututnya dan sambil menunduk ia berucap lirih, "Hira yang melakukannya, dia yang telah mencampurkan makanan tante Aurel dengan racun sianida."
Kemudian hening mengambil alih keadaan, sampai pada saat sebuah tangan mengusap lembut rambutnya. "Sudah berlalu, lupakan saja."
Hera mengerjapkan matanya berkali-kali, ia tidak salah dengar kan? Suara familiar ini ... ia mendongakkan kepalanya hingga terlihatlah sosok pria yang dirindukan. "Leon?" Sungguh, Hera tidak yakin hal ini adalah kejadian nyata, melihat bagaimana bencinya Leon terhadap dirinya.
"Gue gak lagi berhalusinasi karena rindu sama sikap lembut lo kan?" Leon menggelengkan kepalanya, "Ini gue," ucapnya.
Lalu Hera bangkit dari duduknya dan langsung berhambur ke dalam dekapan Leon. "Gue rindu lo, semuanya bukan salah gue! Percaya sama gue. Gue gak salah, Le," ucap Hera bercucuran air mata. Ia begitu merindukan dekapan hangat ini, suara lembut yang mengalun indah di telinganya, serta tatapan teduh penyejuk hatinya.
"Sstttt, iya, gue tahu. Sorry atas sikap buruk gue ke lo selama ini, gue terlanjur dipenuhi amarah sampai lupa sama kebenaran bahwa lo punya kembaran," kata Leon. "Bertahun-tahun lo bersikap dingin sama gue, sakit, hati gue sakit Leon," ucap Hera dibarengi isakan kecil. Selepasnya Leon tak berbicara apapun lagi, dagunya diletakkan di pucuk kepala Hera lalu tangannya mengusap lembut rambut Hera untuk memenangkannya.
Meskipun bimbang, Leon akhirnya memutuskan untuk berdamai dari kejadian dahulu. Hidupnya akan terus berjalan sebanyak apapun yang telah terjadi di masa lalu. Setidaknya ia sudah tahu, bukan Hera pelakunya tetapi, Hira, kembaran Hera.
Leon tak tahu dimana Hira berada. Hilangnya jejak Hira sudah pasti tak jauh-jauh dari sang papi, Maxim Dax Edrick. Sebab mana mungkin Maxim membiarkan putrinya ditangkap oleh para orang-orang suruhan Leon. Bagus juga permainan anda tuan Maxim! Anda membiarkan satu putri anda bersama saya, sedangkan putri lainnya anda sembunyikan dari saya, batin Leon sembari tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Hera.
Leon membuat banyak orang terkecoh atas perlakuannya. Padahal sesungguhnya mereka tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran seorang Baswara De Leon.
Segalanya berawal dari pertemuan ia dengan Hera juga pernikahan sirih Edwin dan Mora.
Flashback on.
Selang beberapa menit setelah sang istri di nyatakan kritis, Edwin justru membawa perempuan lain ke rumah sakit tempat sang istri di tangani. Saat itu Leon tidak langsung marah, ia bertanya lebih dulu pada Edwin, "Siapa perempuan ini, yah?"
Awalnya Edwin menampilkan wajah terkejut namun, sepersekian detik kemudian ia pun memperkenalkan pada anak-anaknya siapa perempuan yang berada di sampingnya, "Dia Mora, ibu kedua kalian."
Leon termenung sesaat mendengar jawaban tak terduga dari Edwin. Bayangkan, suami mana yang tega bawa perempuan lain ke tempat sang istri dirawat bahkan ia sedang bertarung antara hidup dan matinya?
Bugh! Satu pukulan telak mengenai rahang Edwin. Pelakunya bukanlah Leon tetapi, Dirga. "Bedebah! Istri anda di dalam sana bertarung antara hidup dan mati! Tapi, anda malah memperkenalkan perempuan lain sebagai ibu kedua untuk kami?! Dimana akal anda!" Keadaan di rumah sakit kala itu kacau balau, Leon tidak bisa menghentikan Dirga yang terus menghajar Edwin membabi buta. Dirga menjadi gelap mata, lantaran tak habis pikir dengan Edwin. Apa secara tidak langsung ia berharap sang istri meninggal?
"B*ngs*t! Udah tua banyak tingkah, *Nj*ng!!" Napas Dirga tidak teratur, rasa marah dan kecewa memenuhi dirinya. Dirga baru menyudahi aksinya begitu para satpam datang meleraikan. Dan saat itu pula bertepatan dengan keluarnya dokter yang menangani Aurel dari dalam ruang ICU. Buru-buru Leon datang menghampiri dan menanyakan keadaan Aurel. Sayangnya, ucapan yang keluar dari sang dokter membuat Leon semakin tak berdaya. Ibundanya tercinta dinyatakan meninggal dunia.
Flashback off.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.