1. Honeydukes

442 72 0
                                    

Song in this part : Higher - Ava Grace

***

Regulus Black.

Menurut Winnie, pemuda itu tak terlalu mencolok di sekolah. Lebih tepatnya, tidak seperti siswa kebanyakan. Regulus terlihat sering mempunyai dunianya sendiri, ia tidak terlalu membaur dengan anak-anak yang lain, kecuali para sepupunya dan juga Malfoy. Ia juga tidak pernah terlibat percakapan dengan kakaknya, Sirius Black, yang menurut Winnie sangat aneh. Yang ia dengar, Sirius Black adalah kakak kandung Regulus, tapi keduanya tak pernah saling berbicara di sekolah dan ketika mereka tanpa sengaja bertemu, keduanya akan saling diam dan mengalihkan pandangan mereka.

Regulus bisa dikatakan sebagai laki-laki cuek, tidak peduli dengan yang lain kecuali urusannya sendiri dan sekarang pemuda itu sedang menatap Winnie seolah mengindentifikasi dirinya. Winnie yang ditatap terus menerus merasa canggung, ia segera mengalihkan pandangannya. Gadis itu yakin sekali bahwa yang ditatap oleh Regulus adalah dirinya, bukan Narcissa yang kini menatap wajahnya dengan cermin kecil.

"Aku akan naik," kata Winnie pada Narcissa. "Ehm, melihat kakakku." Lanjutnya sebagai alasan.

Narcissa mengangguk. "Katakan maaf untuk kakakmu, Bella tak bermaksud seperti itu."

Winnie mengangguk tak yakin, pasalnya Diane tak akan mempercayai apa yang Narcissa katakan jika melihat tingkah laku Bellatrix. Setelah Winnie naik menuju kamarnya, ia melihat Diane yang menggerutu. Kakaknya terlihat seperti memikirkan banyak rencana jahat jika berkaitan dengan Bellatrix.

"Diane," Winnie memanggil.

Diane menoleh mendapati Winnie yang sudah berada di atas ranjangnya. Mereka berdua berada di kamar yang sama dengan dua siswi lainnya. "Hmm, sejak kapan kau berada di sini?"

"Baru saja, apa yang kau pikirkan sampai-sampai tak menyadari keberadaanku?"

Diane menggeleng. "Tak ada, hanya kesal pada Black si sinting itu."

Winnie menghela napasnya, ia tak tahu harus bagaimana menanggapi masalah kakaknya kali ini. Diane adalah seorang prefek, dan seharusnya Diane tak terpancing oleh ucapan Bellatrix, sayangnya gadis Black itu seolah punya cara tersendiri untuk membuat kakaknya kesal. Bellatrix sendiri tampak tak setuju bila Diane menjadi anggota prefek.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada kalian berdua?" Winnie pada akhirnya bertanya, selama ini ia tak pernah tahu apa penyebab keduanya tak akur.

Diane memilih duduk di atas ranjangnya sebelum menjelaskan. "Ceritanya panjang."

"Ayolah, kau tahu aku pendengar yang baik." Bujuk Winnie.

"Baiklah, aku mempersingkat cerita yang panjang ini," kata Diane. "Awalnya, aku dan si sulung Black tidak mempunyai masalah apapun, sampai ia mendengar bahwa keluarga kita memiliki usaha besar yang berkaitan dengan muggle,"

Dahi Winnie berkerut. "Apa karena keluarga Black masih menjunjung tinggi supremasi darah murni?"

Diane menggeleng, wajahnya menunjukkan gurat tak yakin. "Mungkin itu salah satunya, tapi ada alasan lain yang membuat Bellatrix tak senang." Katanya pelan. "itu, si Sirius Black."

"Tunggu-tunggu," potong Winnie tak mengerti. "Mengapa Sirius Black ada sangkut pautnya?"

"Saat si Black sinting itu menghina keluarga kita, tiba-tiba sekelompok Gryffindor datang, mereka para Marauders," jelas Diane lagi. "Dan kau tahu, kan, apa yang terjadi selanjutnya?"

Winnie mengangguk ragu. "Mereka membelamu karena mereka menghargai muggle?"

"That's it!" Seru Diane. "Aku tak terkejut jika James Potter sangat menghargai muggle, siapa yang tak tahu betapa gilanya pemuda itu pada Lily Evans. Tapi, Sirius Black mengatakan sesuatu yang seharusnya tak kami dengar."

GUNNENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang