Song in this part : Doin' Time - Lana Del Rey
Sorry for late update, punya baby emang jarang banget punya waktu me time 😭
Jangan lupa beri dukungan, gak sulit kok tekan tombol bintang dipojokkan, hehehe... Dan selamat membaca.
***
Mata Sirius melebar saat bertatapan dengan pandangan kepala asrama Gryffindor, Minerva Mcgonagall. Wanita itu menghela ketika mendengar murid-murid dari asramanya memegang tongkat sihir dan saling melayangkan mantra. Ia tahu bahwa kelompok James Potter sudah berulah, setidaknya itu yang ada dipikirannya. Berbeda dengan tatapan Slughorn yang terlihat kebingungan, ia menyaksikan adanya dua kudu di mana ada Diane, salah satu murid favoritnya dengan kubu yang lain, murid Slytherin lainnya. Ada apa ini? Dan mengapa para prefek di sana ikut berkelahi? Malfoy, Rosevelt, dan Lupin.
Sorak dari kerumunan tak lagi terdengar, mereka terdiam saat ketiga guru berdatangan. Para guru datang dan melewati kerumunan seolah membelah keramaian.
Diane, Malfoy, dan Lupin, sebagai anggota prefek, mungkin mereka akan memikirkan hal yang sama, yaitu akan ada detensi yang menanti, tapi tidak dengan Bellatrix. Gadis itu menatap tajam ke arah Lily Evans yang sebenarnya gadis itu tak peduli bila ditatap sedemikian rupa.
Lily mengalihkan pandangannya, enggan bermasalah dengan Bellatrix. Lagipula, gadis dari keluarga Black itu telah membencinya, sangat membencinya karena ia seorang muggleborn.
"Pengadu!" Cibir Bellatrix yang bisa didengar oleh siapapun.
Dumbledore yang mendengar cibiran tersebut, hanya mengabaikannya. Pria tua itu berdeham dan menatap murid-muridnya satu persatu. "Aku tak tahu bila berduel bisa dilakukan di koridor sekolah atau apakah peraturan yang berlaku sudah berubah tanpa kuketahui?"
Winnie meringis pelan, ia merasa pertanyaan Dumbledore merupakan sindiran. Di sana siapa yang tak tahu bila sebenarnya kepala sekolah mereka begitu ahli dalam menyindir. Gadis itu reflek memasukkan tongkat sihirnya ke dalam jubah.
"Apakah ada yang bisa memberitahu kami apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Mcgonagall tegas, tatapannya kini seolah menuduh ke arah Sirius dan juga James. "Apa ada yang ingin kalian sampaikan Mr. Black, Mr. Potter?"
Sirius tahu bila ia akan terkena masalah. "Minnie, sebenarnya --"
"Panggil namaku dengan benar, Mr. Black!" Potong Mcgonagall tak senang. "Kalian semua tahu bila berduel di luar jam pelajaran adalah sebuah pelanggaran, kami mungkin bisa saja memotong poin asrama kalian."
Tegas. Sungguh tegas. Tak ada yang bisa mengalahkan ketegasan Mcgonagall walau itu berarti harus memotong poin asramanya sendiri.
Sebelum masalah semakin membesar, Winnie dengan takut keluar dari balik tubuh Diane. Gadis itu menunjukkan gurat bersalah dan sesaat menatap ke arah Bellatrix sebelum menatap Slughorn. "Ini semua tak akan terjadi bila saya tak membuat kesalahan, profesor."
Slughorn memandang gadis itu heran, pasalnya Winnie adalah gadis yang dikenalnya sebagai gadis yang tenang, enggan membuat masalah dibandingkan anak-anak dari keluarga Black. "Oh, anakku. Apa kau bisa membantu menjelaskannya pada kami?"
Winnie mengangguk, tapi Bellatrix menggeram tak senang. Para guru yang berada di sana tanpa sadar mengerti apa maksud si muda Rosevelt. "Potter dan teman-temannya hanya berniat menolong saya. Mereka tak ada sangkut-pautnya," kata Winnie menatap dengan tatapan memohon. "Beberapa anak mencoba mengutuk saya ketika saya hendak kembali ke asrama."
"Itu tidak benar!" Raung Bellatrix marah. Gadis itu hendak maju, tapi tangan Lucius lebih cepat dari yang ia kira, pemuda itu berhasil menahannya, mencekal lengan Bellatrix dan menggeleng sebagai isyarat agar si sulung Black tetap diam di tempat, karena jika Bellatrix tetap berbicara, mereka tak akan tahu sampai mana batas kesabaran para guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNNEN
Fanfiction"I fell for you and I am still falling." First update : 24 Maret 2024 Last update :