BAGIAN DUAPULUHTIGA

49 16 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
   
"Dalam pelukan ibu, tercipta keajaiban cinta yang tak terukur, karena cinta seorang ibu adalah obat mujarab bagi hati yang terluka."
 
↭↭↭

     GADIS itu asyik memainkan jari-jari mungilnya. Disisi lain hatinya terus berdegup membuncah. Ia beringsut takut, apakah perjuangannya akan membuahkan hasil yang sempurna?

"Engga-engga, gak harus sempurna, yang penting tetep bagus dan ga malu-maluin." ralatnya usai menggelengkan kepalanya cepat.

Ya, gadis itu ialah Syahla, yang sejak beberapa menit lalu sibuk berlatih membaca iqra' dan dibantu oleh temannya untuk mendengarkan bacaan surat Al-Fatihah-nya. Dan inilah waktunya, ia sudah tiba di tempat pengetesan, bagaimana ia tidak cemas hebat. Mengingat hanya beberapa menit waktu yang ia gunakan untuk melakukan persiapan.

Rifqah yang menginstruksi Syahla untuk menunggu diluar terlebih dulu tak lama muncul di ambang pintu.

"Syahla," panggil perempuan itu seraya menghampiri Syahla yang tengah memejamkan matanya dengan mulut yang terus bergerak tanpa suara, entah apa yang ia ucapkan. Panggilan itu membuatnya berjengit kaget singkat.

Rifqah terkekeh, gadis itu lucu sekali baginya.

"Udah siap?" Syahla menggeleng cepat dengan raut wajah memelasnya. Perlahan ia bersimpuh di hadapan Rifqah, mengatupkan kedua tangannya seperti sedang memohon.

"Kak-eh," Syahla refleks menutup mulutnya. Lancang sekali memanggil perempuan dihadapannya dengan sebutan 'Kakak'.

"Ukhty.. Maksudnya." ulang Syahla kikuk.

"Gak salah kok, kamu adik saya, Syahla." Rifqah tersenyum simpul. Jawabannya tak segan-segan membuat Syahla tercengang, tak sadar pula pipi gembil gadis itu memunculkan semburat merah.

"Adik apa kak? Adik ipar kakak? Ya Allah, turunkan tubuh Syahla yang udah nyangkut di sayap pesawat sukhoi."

"Astagfirullah, mati dong aku."

"Enggak! Maksudnya adik kelas, Sya. Jangan ngaco deh!"

Begitulah Syahla, tak kunjung membalas ucapan Rifqah, ia terus bergelut dengan pikirannya yang 'agak laen'.

"Syahla." Rifqah–kakak perempuan pujaan hati Syahla, Rusyda, menepuk bahu gadis bak manekin itu.

"Astaga-"

"Astagfirullah.." timpal Rifqah pelan dan sangat halus, berniat Syahla bisa meralat ucapannya dan mengikutinya. Sementara gadis dihadapannya hanya bisa membuang wajah tomatnya jauh-jauh, tak berani menatap Rifqah.

"Sama kakaknya aja salting bukan main, gimana kalo adeknya ngeduplikat dari kakaknya, sebaik ini dan selembut ini, bukan salting lagi deh kayaknya, udah pingsan!"

"Ehehehe." kini gadis itu menderetkan gigi putihnya tak tahu malu. Ketika pikiran normalnya kembali, segera ia mengatupkan kedua tangannya dan memohon lagi.

"Ukhty Rifqah, jadi gimana? Boleh yaaa?" mohon gadis itu mengedipkan kedua matanya sedkit cepat.

Syahla antusias dan berteriak kemenangan ketika Rifqah menganggukkan kepalanya.

"Serius ukhty? Gak bercanda kan!? Gak boong kan!?" tanya gadis itu bergebu-gebu.

"Iya saya serius."

"ASYIK! SENANGNYA SENANGNYA WRAWW!" seru Syahla berjingkrak kegirangan.

Rifqah yang tak bisa menahan tawanya akhirnya melepaskan tawa itu sekilas. Ia benar-benar mantap dengan penilaiannya, Syahla sangat menggemaskan.

"Yaudah sekarang kamu ikut saya, ya." ujar Rifqah berhasil membuat Syahla melunturkan senyuman lebarnya, Syahla menjadi kembali takut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAHNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang