BAGIAN SATU

157 55 26
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Nikmat terbesar yang Allah berikan kepada makhluk pilihannya adalah nikmat Iman, Islam, dan juga Ihsan."

↭↭↭

Bogor, 2020

   HATI Syahla bergetar tak karuan. Tampak ragu akan dirinya sendiri. Suasana mendadak hening seketika, merasa tekadnya sudah bulat. Ia yakin dengan pilihannya saat ini, ingin sekali ia mengucapkan sebuah lafadz sakral syahadat, namun nyatanya perasaannya sendiri masih linglung. Ia belum terbiasa dengan lafadz-lafadz berbahasa Arab.

"Syahla, ayo coba sekali lagi nak." ucap Tiara meyakinkan putrinya. Berharap yang terbaik setelahnya. Syahla menghela napasnya, kemudian ia hendak mencobanya lagi untuk kesekian kalinya.

"Ya dek Syahla, coba sekali lagi, bismillah." pak ustadz menambah. Mencoba terus meyakinkan gadis berusia empat belas tahun ini dengan kukuh.

"Asy.. Asyhadu Alla Ilaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammada Rosulullah.." ucap Syahla dengan sedikit kaku.

"Alhamdulillah." seru dari mereka yang melihatnya.

Setitik air mengalir dari lentiknya pasang mata sosok Tiara. Tiara memeluk Syahla hangat, tangisnya mengucurkan kebahagiaan hebat karena sudah berada dalam satu keyakinan bersama putri semata wayangnya, harapannya selama ini.

↭↭↭

Beberapa bulan berlalu, kehidupan Syahla sudah berubah drastis tidak seperti dulu. Hari-harinya ia jalankan penuh semangat dan kasih bersama ibunya yang hanya tinggal berdua bersamanya saat ini.

Santapan sehariannya adalah berbagai macam ilmu agama barunya kali ini, dimulai dari hal-hal yang sederhana dan dasar untuk ia pahami. Semuanya Tiara ajarkan seorang diri, walau terkadang Tiara merasa ragu dengan dirinya, karena ia mengaku bahwa keilmuannya dalam bidang agama Islam masih belum mumpuni.

"Syahla." panggil Tiara menatap Syahla yang tengah sibuk berlatih membaca iqro'. Tiara menepuk tempat disampingnya, mengisyaratkan putrinya untuk duduk di dekatnya.

"Iya bu."

Suasana menjadi hening, karena Syahla dan Tiara saling terdiam, keduanya tampak kaku. Hingga akhrinya Syahla mencoba membuka topik terlebih dahulu.

"Ibu," sahut gadis itu, membuat Tiara terbuyar akan renungannya.

"Ibu.. Sedikit ragu bilang soal ini.."

Tiara mulai berucap, dengan cepat Syahla menghadapkan wajahnya menatap Tiara.

"Kenapa Bu? Ibu mau bilang apa?"

Tiara terdiam sejenak, terlukis raut wajahnya tampak canggung.

"Ibu sadar diri kalo ibu belum terlalu paham mendalam tentang islam,"

Syahla tak mampu menjawab, ia turut mencermati ucapan ibunya hingga selesai.

"Ya.. Mungkin ini berat buat Syahla, harus kembali beradaptasi dengan banyak hal baru, tapi ini demi kebaikan Syahla, ibu pengen Syahla menjadi sosok yang lebih dari ibu."

"Maksud ibu?"

"Ibu mau masukin kamu ke pondok pesantren,"

NAHNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang