Chapter 7

46 13 8
                                    

Dalam ruangan itu, penuh dengan dinding kayu nuansa gelap, beberapa baju yang 2 kali lipat ukurannya dari yang kupakai tertata rapi dalam lemari, beberapa baju juga terlentang diatas kursi kayu yang menempel pada meja. Kasur dengan alas hijau tone gelap serta bantal empuk berwarna putih.

Kamar-nya beraroma seperti seharusnya, mungkin karena ini aroma khasnya. Aku tidur dikamar seorang Luxurian, yang seharusnya pernah dibilang oleh ayahku bahwa dia berusaha keras untuk menyembunyikan ku agar aku tidak terkurung dalam ruangan pribadi milik Luxurian. Namun disinilah aku datang tanpa paksaan.

Semalam, aku tidak bisa berhenti memuja betapa nyamannya kamar ini, dan juga aromanya. Aku tidak bilang bahwa Pria ini telah hidup secara sempurna, namun entah mengapa dia membuat semuanya memang seperti seharusnya. Bagiku ini sebuah mimpi buruk, sebuah senjata bunuh diri.

aku telah bangun, dari sebuah surga semalam. Dan aku harap aku dapat memiliki kamarnya, kalau tidak bisa, aku harap bisa membaginya.

Aku melihat sebuah baju Pengendara Jabarian terletak pada pundak kursi. Semalam baju ini tidak ada, seharusnya pundak kursi itu terletak beberapa baju Frederick. Apa Frederick yang menaruh bajuku disini dan membereskan bajunya sendiri? Dia melihatku dalam keadaan tidur?

Baju itu sungguh pas dengan badanku, terutama dibagian pinggang. Aku baru saja datang kemarin, dan kini baju ini datang setelah persetujuan Fede semalam. Apakah benar ini baju yang dibuatkan khusus untuk ku?

Aku memakainya, itu sungguh pas. Aku penasaran, kapan mereka dapat mengukur tubuhku? Aku meraba tubuhku seperti telah tersentuh sebelumnya, itu hanya firasat ku.

Aku melihat dalam kaca yang terletak tepat sebelah mejanya, jika di dunia ini tidak boleh berbohong, Baju ini indah. Namun memakai baju ini sungguh menghancurkanku, Aku yakin. Semua yang memakai baju ini, sungguh sesak. 

Aku memeluk belenggu pundakku yang bidang, ini karena sebagai ukuran seorang perempuan, aku terlahir dengan pundak lebar yang indah. Kini dari semua baju yang pernah dipakai dengan pundak lebarku, baru kali ini aku merasa cantik, dengan baju kejam ini. 

Aku tak bisa berhenti melihat kaca.

Namun hal yang terus membuatku tidak dapat berhenti melihatnya adalah, Seorang Pria dengan postur yang indah, dengan baju pengendara yang sejenis. Jauh lebih maskulin dan jauh lebih indah dalam tubuhnya.

Aku tidak bisa melihat diriku pada kaca, terbayang-bayang. 

"Cantik."

Kepadanya aku melihat, dia yang tengah berdiri sambil bersandar pada sayap pintu menyilangkan tangannya.

Jika, sekali lagi, didunia ini tidak dapat berbohong.

Kaca, kamu sungguh indah.

"Aku tidak tahu ada seragam yang sangat pas dengan tubuhku yang langsing ini?"

Aku berpikir, sebuah ketakutan, sebuah dosa. Jika aku merasakan hal yang indah, di tengah penghabisan darah pada kaumku. Jika aku merasakan perasaan sesuatu yang luar biasa, kepada pembantai kaum ku. 

Aku telah gila, separuh nyawaku telah berubah total.

"Selamat pagi Fede."

Melihatnya yang telah siap dalam kostumnya, dia yang baru saja memuja mangsanya.

"Berterimakasihlah dengan Nyonya Femia, dia sungguh ahli."

Aneh, secepat ini. Aku sungguh ingin menangis, aku tersiksa. Perasaan yang kualami. Aku ingin menyudahi ini, dia baik, dia berbeda. Bukan berarti dia satu-satunya Poebe. Sadarilah dirimu.

Melihat ku yang terus melamun dalam kaca, Fede dengan perlahan masuk ke dalam kamarku, oh, tidak. Kamarnya. Pikiranku sedikit kacau, kali ini aku berbohong.

POEBE (Era Luxury)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang