Chapter 20

2 1 0
                                    

  "Saya tidak bisa berlama-lama disini, banyak hal yang harus saya urus setelahnya. Tuan Barto." Ketidaknyamanan Fede muncul dalam benaknya, terlebih beberapa topik yang dibahas oleh Barto sungguh menyudutkan kehormatan mereka. Apalagi Poebe.

     "Ah, Begitu?" Balas Barto. "Sangat disayangkan!" Barto bangkit dari duduknya, menekan gelas wine nya hingga pecah dan melemparkan sisa serpihan nya ke arah Fede.

     Beberapa pecahan itu berhasil melewati pipi Kiri Fede, namun salah satu serpihan besar itu mengenai pipi Fede hingga mengiris membentuk luka gores pada pipinya. Untungnya tangan Fede bersama Poebe tidak terkena oleh Pecahan itu.

     Sontak Dylan dan Lamerlo sigap maju 2 langkah ke depan memegang Pistol dari sakunya, bertahan dalam posisinya masing-masing. Poebe sesegera memegang pisau kecil dari saku kirinya, namun belum sepenuhnya mengeluarkan pisau itu pergelangannya sudah digenggam erat oleh Fion.

      Fion tersenyum licik. "Tidak secepat itu, Manis."

    Namun tangan Fion yang memegang erat pergelangan Poebe digenggam erat oleh Fede, Fion perlahan melihat ke arah Fede yang sudah berdiri dari duduk memandangnya dengan kaget. "Lepas, Nona Kolega."

     Fion melepas perlahan genggamannya secara perlahan dengan rasa takut, begitu pula Fede. Lalu Fede kembali memandang ke arah Barto dengan tatapan sinisnya.

     "Apa seperti ini sambutan anda kepada Tamu, Tuan Kolega?" Suara Fede menekan begitu dalam, dapat terasa sebuah getaran amarah pada dirinya. 

    "Hmm, H-hahaha. Ini yang kutunggu, Frederick. Aku selalu penasaran dengan kekuatan lawan, kau tahu?" Barto tersenyum lebar. "Kalian seharusnya tahu, berurusan dengan Seraphim? apalagi ketika mendengar ada Prajurit yang dapat melebihi kekuatan prajurit kami selain dari Luxurian? Oh, saya hanya penasaran. Frederick."

     "Heh. Saya selalu tahu itu, anda kira pemuda seperti saya merasa tersanjung untuk dapat berbisnis dengan anda? Saya tetap pamit." Fede bergegas menarik tangan Poebe menuju Lift yang sudah terbuka itu, diikuti oleh Dylan dan Lamerlo.

      Barto memberi kode kepada Joy, Joy menganggukkan kepalanya dan mengeluarkan pistol dari saku belakangnya yang telah tertutup oleh ekor tuxedo panjangnya. Mendekati para kawanan Jabarian itu yang tengah sibuk berjalan ke arah lift. Jemari Joy sudah menarik pengaman pelatuk itu, membidik tepat ke arah perut belakang Poebe. Ia mengincar yang paling lemah diantaranya, yang menjadi pemicu dari ketiga petarung disekitarnya.

     Sembari menarik pelatuk, Fede mengetahui pergerakan yang dilakukan oleh Joy, Ia langsung berdecit untuk menarik Poebe ke dalam pelukannya dan bergeser sedikit untuk mempercepat melindunginya. Pelurunya memang berhasil tidak mengenai Poebe, namun berhasil mengenai tepat di pinggang kanan atas Fede.

     Darah langsung mengalir deras dari pinggangnya membuat Poebe hampir berusaha teriak histeris, Poebe berusaha menahan badan Fede yang hampir lengah untuk jatuh dari rasa syok untuk menerima rasa sakitnya. Lamerlo dan Dylan segera mengangkat Pistol dan senapan mereka dan membidik ke arah Joy, Barto dan Fion berdiri.

     Fion dengan wajah syok-nya melihat Fede yang hampir tersungkur, namun tetap kekeuh untuk mempertahankan posisi tubuhnya agar dapat bisa berdiri tegak untuk tetap berjalan atau bertempur. Bahkan Fion tidak dapat menyangka bahwa orang seperti Fede masih dapat memiliki perasaan Cinta, Hal yang Fion pikirkan hanyalah syarat untuk para petarung adalah tanpa adanya rasa Cinta. Bahkan itulah yang dimiliki para Luxurian agar mereka tetap menjadi kuat, dan akar awal-mulanya Luxurian takut terhadap kelahirannya putri benhua dengan kekuasaan Cinta itu.

     Joy mempersiapkan untuk menarik pelatuk keduanya bahkan tanpa peduli jika Ia sudah ditodong oleh Lamerlo dan Dylan. Poebe melihat secara lekat, mata Joy yang sudah dipenuhi oleh matinya rasa cinta, Sebuah tugas yang tidak mempertimbangkan keamanan atas dirinya sendiri. Membuat hati Poebe semakin mantap bahkan semakin merasa bertanggung jawab atas nyawa Joy. 

     Disaat Joy fokus dengan arah bidikannya terhadap Poebe, semakin lama Ia semakin tidak dapat melihat arah bidikannya bahkan senjatanya yang semakin tidak jelas dan buram, malah memperlihatkan sosok Poebe yang semakin jelas. Joy melihat mata Poebe. Seperti sebuah keajaiban atau sihir, Ia merasakan tangannya yang mati rasa tidak dapat merasakan inderanya terhadap pistol yang telah ia pegang. Joy melemaskan otot-otot tangannya dari pegangan terhadap pistolnya, Joy merasakan takut terbesar, Ia merasakan sebuah rasa kasihan masuk kedalam tubuhnya. Sebuah rasa Cinta menusuk tubuh-tubuhnya, otot-otot pada wajah Joy semakin renggang.

      Fede yang awal mulanya fokus atas rasa sakitnya, Ia menyaksikan sebuah hal yang Ia tak duga. Sebuah wajah dari orang yang dikenal kejam dan setiakawan terhadap Barto perlahan meneteskan air mata, terkesiap, gemetar hebat terlihat pada tangan dan wajahnya.

      Hal tersebut bahkan membuat Lamerlo dan Dylan semakin tidak waspada, karena mereka merasakan sesuatu dari dalam diri Joy.

      Poebe juga dapat melihatnya, yang ia lihat adalah, rasa belas kasih dan permintaan tolong. Poebe seperti memberi koordinat kepada Joy, bahkan seperti bisikan dewi yang dapat menembus hingga ke-inti hati Joy.

      Berhentilah, ikut dengan kami. Batin Poebe.

     Bibir Joy mulai terbuka dan bergetar hebat, Ia berusaha mengatakan sesuatu. Sesuatu yang sangat diluar dugaan.

     "Maaf, Non. Maaf. . Saya sudah membunuh banyak. ." Isak Joy, Suaranya semakin hilang dan bergetar. "Ampuni Saya, Putri. ."

     "Apa yang kau lakukan, Joy!? Mengapa kau seperti itu, tembak mereka seperti yang dapat kau lakukan biasanya!" Bentak Barto.

    Setelah mendengar itu, Poebe merubah pandangannya. terlihat amarah pada wajahnya. Amarah terhadap kesengsaraan yang dialami Joy.

      Melihat Wajah Poebe yang telah berubah, Joy berbalik badan ke arah Barto berada. Ia ikut merubah mimik pada wajahnya menjadi amarah, indera pada tubuhnya kembali semakin kuat. Joy mendapat kembali perasanya pada tangan dan pistol yang ia genggam, Ia mulai menggenggam kembali Pistol itu lebih erat.

     "Tuan, Saya memutuskan untuk berhenti. Saya rasa. . saya telah menemukan arti hidup sebenarnya."

     Bahkan Barto tidak dapat berkutik, Ia hanya dapat mengepal tangannya lebih keras di samping kedua pahanya.

     Joy mengangkat Pistolnya dengan ancang-ancang untuk menarik pelatuknya, tanpa membalik badannya kembali ke arah Poebe, Joy berkata. "Putri, tidak perlu merasa bersalah. Ini keputusan terakhir saya."  Joy membidik pistol yang Ia genggam ke arah dahi kanannya, tanpa menunggu waktu lama setelah dia memposisikan pistol tersebut jarinya langsung menarik pelatuk sehingga peluru tersebut benar-benar mengenai bidikannya. Dan badannya langsung tersungkur ke lantai, menghantam dengan keras.  Meninggalkan semua orang terkejut setengah mati.

     "Baiklah. . Jika dia tidak mau, biar saya." Suara Barto bergetar, memunculkan rasa takut pada dirinya yang seharusnya tidak bisa dibiarkan terjadi.

      Ia mengangkat Pistol miliknya yang dilapisi beberapa corak emas berbentuk naga ataupun ular, dengan nuansa yang diperlihatkan pistol tersebut menggambarkan kekaguman dan kemewahan atau bahkan kekuasaan. Ia membidik pistol itu terhadap Poebe, mengambil balas dendamnya terhadap Joy. Namun Ia mulai merasakan hal yang sama, tangannya mulai mati rasa. penglihatan sekitar mulai buyar dan Ia hanya dapat melihat muka Poebe dengan amarah.

     Alih-alih untuk tidak berakhir seperti Joy, Barto menurunkan pistolnya. Ia tidak menyadari keringatnya yang sudah basah mengguyur seluruh badannya, tidak dapat mengeluarkan sedikitpun suara dari mulutnya.

     Melihat tindakan Barto, Poebe segera menggandeng tangan Fede melingkari pundaknya, agar Fede tetap dapat seimbang berjalan menuju lifit. Terlihat Dylan yang sudah menahan pintu lift dan Lamerlo yang masih berhati-hati memegang senapan membidik Barto dan Fion agar mereka tidak berani melawan kembali.

     Poebe dan Fede bergegas memasuki lift, diikuti Dylan, lalu Lamerlo yang berjalan mundur ke arah lift dengan masih membidik mereka. Setelah semua masuk, Lift tertutup dengan perlahan. Sebelum tertutup dengan rapat, Barto masih dapat melihat wajah Poebe dengan jelas hingga sudah tertutup rapat.

     Itu dia, Putri Benhua dengan kekuasaan Cinta.

POEBE (Era Luxury)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang