Bab 1. Gosip

1K 176 55
                                    

Assalamu'alaikum. Haiii, selamat sore. Yang baru masuk, boleh komen "hadir"? Thank you.

Ah rasanya udah lama banget ya aku nggak menyapa kalian. Nggak update cerita baru juga, cuma repost cerita lama huhu. Maafkan ya, teman-teman. Anggap aja Here With You adalah special comeback Septi Nofia Sari (gaya banget) hahaha.

Sedikit cerita, akhir November tahun lalu aku jatuh di kamar mandi dan mengalami cidera di pinggang, lutut, tangan kanan, dan sedikit luka infeksi. Karena itu aku harus bed rest karena untuk duduk pun nggak mampu. Jadi aku terpaksa harus hiatus dulu dari menulis. Jujur aku harus berjuang untuk pulih, baik fisik dan mental. Sekitar 2 bulan lalu aku juga harus konsultasi ke psikolog karena kondisi mentalku.

Tapi alhamdulillah sekarang kondisiku sudah membaik. Meski qodarullah masih tetap dalam kondisi berbaring karena belum juga bisa duduk, aku sudah mulai bisa beradaptasi dan perlahan kembali menulis walaupun memang jauh lebih lambat daripada sebelumnya. Keberadaan keluarga, para sahabat, Emerald8623 yang selalu setia memberiku kekuatan, juga para pembaca membuatku bisa bertahan sampai sejauh ini. Terima kasih banyak karena selalu di sisiku.

Mungkin pembaca lama pernah tahu tentang ini, bahwa menulis bagiku bukan sekadar hobi atau pekerjaan, tapi juga penyembuhan mental. Selama pemulihan aku terus memikirkan kalian, yang mungkin masih menunggu dan terus mendukung karyaku. Itu bikin aku semangat lagi. Terima kasih banyak untuk kalian semua. Aku bersyukur memiliki kalian yang masya Allah baik sekali.

Sekali lagi, makasih buat semua orang yang mendukungku. Cukup sekian cuap-cuapnya. Selamat membaca dan semoga menikmati ceritanya. Jangan lupa tinggalkan jejak jika tidak keberatan hehe

Happy reading ♡

***

Bab 1. Gosip

Aku baru saja kembali dari ruang ganti ketika ponsel di dalam tas berdering. Nama Abimanyu muncul di layar, yang membuatku tidak langsung mengangkat panggilan. Justru kuletakkan benda persegi panjang itu di atas loker, lalu kuambil tali rambut dari kantung tas paling kecil. Dering berhenti selama beberapa detik, sebelum kembali berbunyi lagi. Namun masa bodoh, aku santai saja menyisir rambut dengan jemari. Baru setelah selesai mengikat bertujuan ekor kuda, kutelepon balik pria itu.

"Kenapa nggak angkat?"

Aku memutar bola mata mendengar pertanyaan yang dia lontarkan begitu mengangkat panggilan. "Abis ganti baju."

"Sudah selesai latihannya?"

"Hm." Kusambungkan telepon dengan earphone di telinga, lalu tanganku memasukkan baju kotor ke dalam tas. "Ada apa, Bang?"

"Abang ke klub sekarang."

Gerakan tanganku berhenti. Aku mengernyit sejenak. "Ngapain?"

"Jemput kamu."

Kenyitanku hilang, berganti dengan decakan lidah. "Aku bawa mobil."

"Abang naik gojek."

Aku terkekeh kesal. "Jangan ikut-ikutan Aksa ya, Bang."

Untuk satu hingga tiga detik tidak ada suara terdengar, sebelum dia bilang, "Biar aman."

Aku berkacak pinggang. "Emangnya aku nggak aman sekarang?"

"Kamu tahu yang Abang maksud."

"Jangan berlebihan. Nggak ada yang bakal nyerang aku di dunia nyata." Mendesah kesal, aku menutup resleting tas. Kuselempangkan talinya ke bahu kiri, lalu aku mulai melangkah keluar meninggalkan ruang loker khusus coach yang saat ini kosong. Karena Bang Bima masih diam, aku menambahkan, "Aku bukan artis atau apalah itu yang bakal diikuti ke mana pun aku pergi."

Here With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang