Chapter 8

4 0 0
                                    

"LIHAT! Tiga buah cangkir besar berputar dengan sangat bagus, bukan?" Miku menunjukan buatannya kepada mandor.

"Ya! Anak kecil pasti akan suka duduk dan berputar santai di dalamnya," sahut sang mandor.

Para pengelola telah membangun wahana-wahana menarik hanya dalam sekejap. Mereka menggunakan alat yang bekerja seperti sebuah kamera. Mereka mencari model bangunan dari tempat-tempat yang mereka lewati, kemudian membidiknya menggunakan 'kamera'. Segera setelah gambarnya terekam, kamera itu mengeluarkan hasil cetaknya berupa plasma yang meleleh dan jatuh ke tanah. Begitu menyentuh permukaan tanah, plasma tak berbentuk tadi perlahan membentuk rangka, lalu menumbuhkan dinding-dinding, memunculkan sebuah benda tiga dimensi yang nyata dan dapat disentuh. Benda yang baru saja tercipta, berukuran normal sebesar dimensi yang mereka inginkan.

Tidak jauh dari tempat tinggal Eza, ada tanah kosong yang cukup lapang. Di atasnya telah berdiri tenda-tenda besar, palang-palang besi yang sedang dirakit, lampu-lampu yang dirangkai kabel panjang, dan benda-benda tidak dikenal yang sedang dicat oleh para pekerja berseragam seperti pegawai bengkel.

Dari orang-orang yang melintas di dekatnya, Eza mendengar bisik-bisik. "Sebentar lagi ada pasar malam di sini!"

Pasar malam? Di komplek ini?

Untuk memastikan, siang sepulang sekolah, bocah itu mampir ke lokasi yang mereka sebutkan untuk melihat-lihat wahana apa saja yang sudah mereka persiapkan.

Akan ada banyak wahana permainan di sana. Eza sekilas melihat permainan seperti bianglala, komedi putar, lompat trampolin, tong setan, dan kereta api mini sedang dipersiapkan. Tampaknya pasar malam kali ini akan ramai dikunjungi warga sekitar komplek.

Eza melihat seseorang yang dikenalnya. Di sana ada Paman Miku yang sedang membantu para pekerja mendirikan tenda-tenda besar dan merakit sebuah panggung. Dia juga mengenakan seragam seperti pekerja bengkel.

"Halo, Paman juga bekerja di sini?" sapa Eza dari atas sepedanya.

"Iya. Lumayanlah upahnya buat tambah-tambah beli lauk di rumah," jawab pria itu apa adanya.

"Paman, nanti ada rumah hantu, tidak?"

"Ada, ada! Jangan khawatir, Za. Pasar malam kali ini disiapkan lengkap. Ada pertunjukan sulap juga! Ini panggungnya sedang Paman siapkan," jawab Miku riang.

"Wah, nanti pasti akan seru pasar malam di sini, ya, Paman?"

"Betul, Za. Puncak acaranya akhir pekan. Rencananya akan mendatangkan artis ibukota, lho! Kamu pasti datang dengan ayah ibumu, 'kan?"

"Tentu, Paman. Eza jadi tidak sabar mengajak mereka ke sini."

"Datanglah di hari Sabtu. Semua wahana akan dibuka sampai pagi."

"Baik, Paman."

Sesampainya di rumah, Eza menceritakan kepada nenek dan ibunya tentang pasar malam yang sebentar lagi akan berlangsung di dekat komplek tempat tinggal mereka. Eza tidak sabar ingin segera menyaksikan keramaian itu.

Saat makan malam, Eza membujuk ayahnya agar mau pergi bersama ibu dan nenek ke pasar malam.

"Ayah, nanti kita pergi melihat pasar malam, ya? Eza belum pernah ke sana, 'kan?"

"Memangnya, kapan mulai buka, Za?" tanya ayahnya mulai antusias.

"Kata Paman Miku, hari Sabtu semua wahana dibuka, Yah!"

"Nanti pasti ramai sekali, karena baru kali ini ada pasar malam lagi di sini." Sang ayah menanggapi.

"Iya, permainannya banyak sekali, Yah. Ada panggung pertunjukan dan sirkus juga!"

The Lost King of SanguineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang