JESA-03-

133 16 0
                                    

Itulah yang membuat Jiyoung tak datang menjemput anaknya karena dia takut akan penolakan dari sang anak.

Dan menurut yang diinformasikan dari orangnya, anaknya Jisoo seperti tak mengenalnya saat namanya disebut. Mengenal dalam artian sebagai seorang terdekat, karena Jisoo hanya mengenal sebagai seorang pembisnis dia yakin itu.

Jiyoung pulang dengan raut seduh di larut malam. Yoona yang sudah mendapatkan kabar menunggunya di ruang keluarga.

Begitu Jiyoung masuk, Yoona langsung berdiri dan berjalan kearahnya untuk mendekap suaminya yang kehilangan semangat untuk saat ini.

"Gweanchanha, setidaknya kita sudah tau dimana keberadaannya. Kita akan mencobanya lagi hingga anak kita kembali."

Yoona adalah saksi bagaimana menyesalnya Jiyoung dengan keputusan menitipkan anak-anak secara terpisah, dan Jiyoung menjadi saksi bagaimana istri terus menangis anak-anak di malak hari.

Kedua adalah orang tua yang penuh rasa penyesalan dan saling menguatkan diantara mereka sendiri.

Jiyoung pulang larut malam? Lalu bagaimana dengan Jisoo sendiri yang sekarang masih saja berkeliaran mengelilingi kota dengan motornya.

Dirinya begitu bingung sekarang, bagaimana tidak orang asing itu datang dan mengatakan bahwa dirinya adalah Nona tertua Kim, anak dari pembisnis nomor satu Kim Jiyoung dan Kim Yoona. Itu benar-benar tak masuk akal disaat dirinya sama sekali tak merasa bahwa mereka memiliki hubungan apapun itu, apalagi sebagai seorang anak dan orang tua.

Jisoo menghentikan motor di atas puncak yang memperlihatkan hampir sebagian besar kota Seoul di malam hari.

Udara semakin dingin, malam semakin larut namun dirinya sama sekali tak memiliki niat untuk pulang.

Alih-alih pulang dirinya malah membentang jaket pada rumput dan tidur di atasnya melihat bintang-bintang di langit yang begitu bersinar dan bulan yang begitu terang.

"Kim Jisoo."

Itu bukan panggilan dari seseorang melainkan dirinya yang menyebutnya.

Siapa Kim Jisoo? Memang benar dirinya Jisoo tapi namanya Jung Jisoo bukan Kim.

Dia hidup sebatang kara disaat umurnya masih 15 tahun. Dimana kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dan kejadian itu membuatnya hilang ingatan karena dia juga termasuk salah satu korban yang selamat dari kematian.

Dirinya tak mengingatnya apapun lagi selain kejadian naas itu dan nama orang tuanya, Jung.

Jisoo mengambil handphone dan mengetik nama "Kim Jisoo" di pencarian.

Menunggu beberapa saat dia sama sekali tak menemukan nama yang dia cari di sana.

Dia sekarang benar-benar penasaran hingga dirinya disangka sebagai Kim Jisoo, apakah wajahnya mirip? Atau apa itu?

Dia membuka salah satu situs di handphone hingga keluar foto dari seorang Kim Jisoo namun sayangnya itu hanya satu beserta dengan biodata singkatnya "Kim Jisoo. Anak pertama dari Kim Jiyoung dan Kim Yoona" hanya itu yang didapatkan karena semuanya sudah dihapus tak bisakah di pulihkan lagi.




.

.

.


Keesokan harinya seperti biasa, Rose dan Lisa diantar oleh Daddy-nya.

Tak ada hal yang berbeda dengan Jiyoung hari ini setelah semalam dia gagal membawa pulang anaknya dan menangis di dekapan sang istri.

Jenny pergi-pulang dengan mobil pribadinya sendiri, dan hanya Yoona yang berada di rumah dengan segala aktivitasnya.

Sarapan keluarga Yoona sendiri yang membuatnya dibantu oleh beberapa maid disana.

Yoona biasanya dipagi hari disaat anak-anak dan suaminya pergi, baik itu ke sekolah, kampus ataupun kantor dia akan menyempatkan dirinya dengan senam ringan.

Walaupun dia sedih dia harus menjaga kesehatannya demi sang anak dan suaminya. Dia harus tetap sehat hingga bisa mengurus dan menebus waktu dengan anak-anaknya. Dia bukanlah wanita lemah dia kuat dengan hatinya yang besar.




.

.

.

Sedangkan Jennie sendiri, matanya sibuk mencari seseorang yang menjadi perhatiannya saat hari pertama.

Mengapa dia tak ada padahal ini adalah hari kedua mereka menjadi mahasiswa?

Jennie yang awalnya begitu semangat untuk melihat wajah itu mendadak lusuh dengan ketidakdatangan nya.

Jennie berarti ditingkat pertama begitu dengan dua teman barunya, Joy dan Nayoen. Sedangkan Irene, Mina dan Krystal 2 tingat diatas mereka, yang berati semester 3.

Dan ternyata dia bersama dengan Joy dan Nayoen berada dalam kelas yang sama.

"Mengapa wajahmu begitu lusuh Jen?" Joy yang duduk disamping Jennie pun bertanya melihat perbedaan wajah Jennie memasuki kelas dan saat dirinya berada dalam kelas.

"Gak ada."

Jennie bukan orang yang suka mengapresiasi dirinya pada orang-orang baru dalam hidupnya.

Joy tak lagi bertanya dan fokus dengan pelajaran yang sedang berlangsung. Sebenarnya ini bukan hari kedua mereka karena sudah beberapa hari mereka sudah datang ke kampus namun baru kemarin mereka masuk dalam kelas setelah MOS yang dilakukan oleh senior mereka.



.

.

.

Rose danLisa adalah orang yang tak suka berada dalam sebuah lingkaran pertemanan yang mempunyai maksud tertentu, apalagi dengan mereka yang sudah diketahui anak dari Kim Jiyoung, semakin banyak orang yang ingin berteman dengan mereka.

Mereka mempunyai teman. Memang tak banyak tapi pertemanan mereka tulus.

Rose dan Lisa sering kali menghabiskan waktu istirahat di rooftop sekolah mereka. Makan dengan bekal yang sudah disiapkan oleh sang Mommy, Kim Yoona.

"Rose, kira-kira dimana Jisoo unnie berada? Mengapa Daddy dan Mommy tak menjemput untuk tinggal dengan kita?"

Pertanyaan dari Lisa membuat Rose yang ingin menyuap bekal terakhirnya terhenti sebentar. Melihat kearah kembarannya dan kembali memakan bekalnya.

"Jisoo unnie ada disekitar kita dan aku yakin dia akan segera berkumpul dengan kita Lisa."

Ini jawaban yang dicari Lisa, walaupun masih tak bersama setidaknya dia tau unnie masih ada.

Rose tidak lagi melanjutkan perkataan. Matanya menatap lurus kedepannya kearah halte didepan sana. Seseorang dengan jaket dan helm yang menutupi semua wajahnya lewat depan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata dan Rose tersenyum lirih.

"Cepatlah kembali, kamo merindukanmu."




.

.

.

Jisoo sampai dipakiran apartemennya. Dirinya begitu kencang membawa motornya.

Dirinya yang ingin menenangkan diri dengan melihat bintang semalam tanpa sadar tertidur dan bangun begitu siang dimana mataharinya berada tepat diatas kepalanya.

Benar-benar pencinta tidur. Karena setelah dirinya memasuki apartemennya dia langsung lanjut tidur tanpa memikirkan apapun lagi apalagi dengan absennya dari kampus setelah dua hari yang lali dengan resmi dia menjadi mahasiswa.








"Aku, kasur. Nyenyak dan nyaman.




















Tinggalkan komen kalian agar aku tau bagaimana mengambil tindakan kedepannya atau bagaimana alurnya harus berjalan semestinya.



JESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang