JESA-04-

133 15 1
                                    

"Mengapa Daddy dan Mommy belum menjemput Jisoo?"

Itu bukan pertama pertama ataupun kedua karena nyatanya pertanyaan itu hampir setiap hari ditanyakan.

"Jisoo harus besar agar Daddy dan Mommy nya Jisoo segera menjemput Jisoo."

Dan itu bukan jawaban pertama ataupun kedua kalinya dia mendengarnya, karena selama pertanyaannya meluncur selalu jawaban itu yang di dapatkannya.

Jisoo terlihat sedih dengan dengan jawaban yang selalu sama.

"Apakah Daddy dan Mommy tak menyayangi Jisoo lagi?"

Nyonya Jung terkejut dengan perkataan Jisoo, dari mana anak itu dapat menyimpulkan seperti itu?

"Itu tidak benar sayang, mereka sangat menyayangi Jisoo...."

Belum selesai perkataan nyonya Jung langsung dipotong oleh Jisoo.

"Jika mereka menyayangi Jisoo mengapa mereka tak pernah melihat Jiso"

Jangan untuk dijemput, menjenguk ataupun memberi kabar pun tak ada sama sekali.

Nyonya Jung tak dapat menjawab lagi, hampir setahun anak majikannya dulu berada dengan mereka,memang beberapa hari yang lalu mereka dikirimkan uang untuk kebutuhan Jisoo tapi yang dibutuhkan oleh anaknya adalah kehadiran mereka bukan uang yang mereka kirimkan.

Menyadari nyonya Jung tak bisa menjawab pertanyaannya, Jisoo langsung berlalu dari hadapannya.

1 tahun berlalu setelahnya......

Pertanyaan itu masih terdengar dengan jawaban yang sama.

2 tahun berlalu......

Jisoo sedikit lupa. Dan

3 tahun berlalu.......

Tak ada lagi pertanyaan yang sama ditanya Jisoo. Tuan dan nyonya Jung sedikit khawatir dengan diamnya Jisoo, mereka lebih baik dengan anak itu yang bertanya daripada seperti ini, mereka takut mungkin Jisoo merasa sakit hati dan mencoba untuk melupakannya bahkan yang lebih parah dia sudah melupakan wajah dan rupa orangtuanya sendiri apalagi dengan Jisoo yang memanggil mereka dengan sebutan Appa dan Eomma. Memang benar mereka selalu mengharapkan seorang untuk memanggil mereka seperti itu karena mereka tak bisa Mempu anak namun bukan seperti ini.......

4 tahun sudah bisa merubah kepribadian Jisoo yang sekarang berumur 12 tahun tanpa peran orang tua kandungnya.

Sekarang hidupnya hanya ada dirinya, Appa dan Eomma selebihnya dia sudah tak peduli lagi.....

Namun tak bisa dipungkiri dia masih saja merindukan adik-adiknya dan dia tak kecewa dengan adiknya seperti dengan kedua orangtuanya.

"Jennie, Rose, Lisa dimana sekarang kalian berada?"

"Apakah kalian merindukan unnie seperti unnie merindukan kalian?"

Entah pada siapa Jisoo bertanya namun dia mengharapkan jawabannya dari siapapun itu.

"Aku merindukanmu unnie."

Dan suara itu langsung membuat Jisoo untuk melihat darimana sumber suara itu berada dan ternyata dibelakangnya ada seorang anak perempuan berdiri disana dengan boneka dipeluknya.

"Rose?"

Jisoo ragu tapi rambut blonde itu seperti salah satu adiknya.

"Uhm."

Rose langsung berlari kearah unnie pertamanya dan memeluknya dengan erat.

Mereka sedang bermain ditaman tadi namun dirinya yang berjalan terpisah dengan yang lainnya membuatnya tersesat. Rose begitu takut bahkan saat takut air mata mengalir dari matanya membasahi pipinya chubby nya.

Namun tak disangka dia bisa bertemu dengan salah satu saudaranya, orang yang begitu dia rindukan.

"Hiks mengapa unnie meninggal kami." Dan tangisan Rose semakin membesar sebelum Jisoo menghapus airmata nya dan kembali membawakan ke pelukannya untuk menenangkan adiknya.

"Tenang ne, unnie disini sekarang."

Jisoo juga ingin menangis tapi jika dia menangis siapa yang akan menghapuskan air mata adiknya?

Mereka bercerita hingga tak terasa hari sudah sore dan mereka menjadikan itu sebagai rahasia diantara mereka sendiri.

Mulai dari hari itu mereka sering bertemu dihari libur dan hanya mereka saja yang tau tanpa orang lain lagi.

Pertemuan itu masih berjalan hingga 3 tahun lamanya sebelum kejadian naas itu terjadi yang mengakibatkan Jisoo kehilangan ingatannya juga Tuan dan nyonya Jung selama-lamanya.

Jisoo tak lagi mengunjungi tempat itu lagi, dia tak mengingat apapun itu di masa lalu termasuk orang-orang terdekatnya, dia hanya mengetahui dirinya sekarang adalah sebatang kara tanpa kerabat satu pun.

Dan kejadian itu pula membuat Rose selalu menunggu dan terus menunggu bahkan tak kebiasaan itu tak berubah sedikitpun, dimana dia akan selalu datang di hari libur untuk bertemu dengan unnie walaupun itu sia-sia orang yang ditunggunya sama sekali tak terlihat lagi.

Rose tak tau dengan apa yang menimpa unnienya dan bodohnya dirinya tak pernah menanyakan dimana unnienya berada selama mereka selalu bertemu 3 tahun lamanya.










Itulah yang selalu membuat Rose berada ditaman itu, dimana taman itu sudah berubah menjadi salah satu jalan raya dengan sedikit taman ditengah-tengah nya.

"Kapan kau datang unnie? Aku merindukanmu."




..........











Komentar mu guys?????










JESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang