JESA-02-

159 18 5
                                    

"Bagaimana dengan hari pertamamu sayang." Yoona tak lagi ikut dengan suami dalam dunia bisnis, dia memilih tinggal dirumah menunggu suaminya pulang dan mengurus anak-anak. Dia ingin menebus waktu pertumbuhan masa anak-anak yang dia titipkan pada orang tua, mertua juga pada seorang kerabat.

"Baik Mom."

Sifat Jennie itu dingin namun hangat dengan orang terdekatnya.

"Dimana sikembar Mom?" Jennie bertanya karena tak melihat keduanya dimasion dan Daddy-nya pasti akan pulang nanti sore.

"Mereka belum pulang sayang...."

"Aku Pulang."

Dan itu teriakan si bungsu Kim.

"Yak gak usah berteriak Lisa."

Bagaimana Rose tidak kesal, Lisa berteriak dengan tiba-tiba disampingnya dan itu dekat dengan kuping kirinya.

"Hehehe, sorry Rose." Lisa membuat tanda damai sebelum berlari memeluk ibunya saat melihat mata tajam Rose, karena dia yakin pasti kembarnya itu akan membalasny, bukan berteriak balik melainkan mengejarnya dan menggelitiknya.

"Jangan lari kau Kim Lalisa."

Seperti yang diprediksi, Rose mengejar Lisa yang sekarang sudah berada dalam dekapan ibunya, sedangkan Jennie hanya melihat kelakuan adik-adiknya.

"Wle, gak bisa. Tangkap aku Rose." Lisa berhasil menghindar dari Rose dan mengejeknya.

Rose yang lelah dan kesal pun berhenti dan melihat kearah ibunya dan unnienya. Jika dia memeluk ibunya pasti tak bisa dengan kembarannya yang memeluk sang ibu. Dia bisa tapi kembarnya itu pasti akan menggodanya dia yakin itu.

Melihat kearah Jennie dan berakhirlah dirinya yang memeluk sang unnie yang diterima baik oleh Jennie sendiri.

"Unnie marahi Lisa." Tunjuk Rose pada Lisa yang masih mengulurkan lidahnya kearah Rose dan masih memeluk ibunya.

Mengapa Yoona tak ingin meleraikan nya?

Yoona tak ingin melakukan itu, dia ingin merasakan bagaimana saat anak-anak saling menjahili satu sama lain dan berakhir dengan salah satu diantara mereka mengadu padanya ataupun berlindung dibelakang saat saudaranya mengejarnya. Tapi dia akan tetap memisahkan jika itu sudah berlebihan ataupun berlanjut dalam waktu lama, dia tak ingin melihat anaknya saling marah-marah an walaupun terlihat lucu dimatanya sang ibu.

"Hahaha."

Lisa tertawa melihat wajah Rose yang ingin menangis di dalam dekapan unnienya.

"Sudah sayang, jangan terus menggoda kembaranmu. Minta maaf padanya sayang."

Lisa yang mendengar suara sang ibu pun berhenti dan mengulurkan tangan pada kembaran dengan maksud meminta maaf.

"Rose, maafkan aku." Dan ulurkan tangan Lisa tak dibalas oleh empunya. Rose malah semakin erat memeluk unnienya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher unnienya.

Jennie sampai heran saat pertama kali melihat sikembar setelah sekian lama. 2 tahun yang lalu mereka berdua masih dibawah telinga dan setelah 2 tahun mereka begitu tinggi bahkan melewati dirinya. Apa yang mereka makan hingga tinggi?

"Rose unnie, adek Lisa minta maaf."

Rose tak mau memaafkannya? Tenang Lisa ada cara khususnya yang itu memanggilnya unnie atau menyogoknya dengan makanan enak.

Lihatlah begitu kata-kata Lisa berakhir,  Rose langsung mengangkat kepalanya melihat kearah Lisa.

Dan drama siang hari pun berakhir dengan si kembar yang saling memeluk.

Jennie dari awal sampai berakhir hanya menyimaknya, dia sama dengan Yoona sang ibu yang ingin merasakannya bagaimana adiknya akan mengadu dengan dirinya tentang kejahilan saudaranya yang lain.

Dan dia merindukan unnienya lagi, dia juga ingin bermanja dengan sang unnie.

"Sebenarnya dimana dirimu berada Chu."

Setelah pertanyaan terakhir mengenai sang unnie tak ada lagi yang bertanya, bukan melupakannya lagi tapi akan percuma bertanya disaat kedua orang tuanya tak bisa menjawab.







.

.

.

"Tuan, kami mendapatkan nama yang sama tapi berbeda marga. Kami yakin dia adalah Nona yang kami cari karena marga yang dia pakai adalah Jung. Kami sudah mencari dan melihat biodata dan itu tak salah lagi adalah Nona tertua, Tuan."

Mendengar informasi salah satu orangnya, mata Jiyoung langsung merah, akhirnya dia akan menemukan anak sulungnya.

"Pergi, bawa Nona kalian kembali tapi jangan paksa dia."

.

.

.



Seorang gadis yang berusia 19 tahun itu saat sibuk dengan dunia internet, dia bahkan sanggup menghabiskan waktunya 7/24 didepan komputer.

Dimalam hari dia akan keluar dan akan kembali larut malam, dia tidak melakukan yang tidak-tidak. Dia hanya berkeliling kota untuk menghidupkan kepalanya kembali.

Dia suka berkeliaran mengelilingi kota di malam hari, dimana saat itu manusia tak lagi dalam waktu sibuknya apalagi disaat larut malam tak akan banyak mobil yang dia temui. Dia hidup dengan kebebasan dunia.

Namun entah mengapa hari ini setelah pulang dari kampus dia mendadak begitu mengantuk dan tidur seharian tanpa komputer dan mungkin tak akan keluar malam ini.

Tok tok tok

Dia terkejut dengan suara ketokan pintu apartemen. Jarang-jarang ada orang yang mengetok pintunya kecuali beberapa tetangganya yang ingin memberi ataupun mengintip sesuatu padanya.

Dengan wajah datarnya dia berjalan kearah pintu dan membukanya dan sekali lagi dia terkejut melihat ada beberapa orang berpakaian hitam berdiri di depan pintunya.

Dia terkejut tapi datar.

"Dengan Jung Jisoo?"

Gadis itu adalah Jisoo, Jung Jisoo. Dia sudah lama hidup sendiri dan berkerja untuk hidupnya. Dia merasa tak pernah menganggu siapapun hingga ke-4 orang berbaju hitam berada didepan pintu apartemennya.

"Hm."

"Nona. Kami datang ingin menjemput Nona pulang."

Kening Jisoo mengkerut, menjemput pulang katanya? Ini orang gak salah? Jelas-jelas dia tinggal di tempatnya tinggal, kemana dia pulang memang selain apartemennya?

"Dan ini suruhan Tuan besar, Nona."

Tuan besar? Siapa itu? Ayahnya? Tapi bukankah ayahnya hanyalah sebagai orang biasa? Bagaimana bisa tiba-tiba langsung menjadi Tuan besar? Apalagi ayahnya sudah tiada begitu dengan ibunya.

"Siapa?"

Salah satu dari mereka menjelaskan maksudnya dengan detail dan mengharap Nona tertua merupakan mau untuk kembali dengan mereka. Sudah 5 tahun lama mereka mencari Nona mereka dan akhirnya dia berada tepat di depan mereka sendiri.

"Maaf. Kalian salah orang."

Jisoo langsung menutup pintunya, dia mendengarkan semua yang dikatakan tapi itu benar-benar tak bisa diterima oleh pikirannya.

Kim Jiyoung. Bukan dia adalah pembisnis nomor satu di negara mereka? Bahkan Jisoo sendiri menanam sahamnya disana, walaupun itu kecil hanya 5% tanpa bangunan perusahaan itu sudah sangat menguntungkan kan.

Dan seperti itulah Jisoo bertahan hidup. Komputer dan saham bersebaran tanpa wajahnya. Dan keuntungan setiap saat masuk kedalam rekeningnya.















Gimana menurut kalian.

Tinggalkan komen guys agar aku bisa membacanya dan mungkin memperbaiki yang semisalnya ada salah........





JESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang