Tak tanggung-tanggung Jisoo absen dari kelasnya, sudah seminggu dia tak datang sama sekali kecuali dihari pertama.
Seminggu ini dia habiskan dengan berteman dengan alam dengan pikiran yang selalu memikirkan kedatangan orang-orang berbaju hitam seminggu yang lalu dan siapa itu Kim Jisoo. Apalagi dimalam harinya dia bermimpi seolah-olah itu dirinya.
Dalam mimpi itu memperlihatkan empat anak perempuan dimana itu yang bernama, Kim Jisoo, Jennie, Rose dan Lisa. Siapa mereka hingga datang dalam mimpinya dan yang bernama Rose mengapa tidak asing baginya.
Seperti biasa di malam hari akan dia habiskan dengan berkeliling kota, begitupun dengan malam ini Jisoo masih saja berkeliling tak tentu arah.
Jam sudah menunjukkan 10 malam namun dirinya tak memiliki niat untuk pulang, karena percuma juga dia pulang jika tak ada yang menyambutnya dan tak ada siapa-siapa yang menunggunya apalagi mengawatirkan nya.
Di malam hari sering kali jalan raya menjadi sepi yang membuat Jisoo dengan berani membawa motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.
Biasanya di jam seperti ini dia hanya akan menemukan satu atau beberapa mobil ataupun motor dijalan dan semua itu dalam keadaan berjalan, namun tepat didepannya ada sebuah mobil yang berhenti dan jika dilihat akan sangat aneh mobil itu berhenti ditempat yang jarang dilalui orang-orang apalagi jauh dari rumah ataupun gedung, mobil itu berhenti dijalan yang benar-benar sepi dan itu sedikit mencurigakan.
Jisoo mendekat dengan motornya dan berhenti tetap di depan mobil putih itu. Dia tak dapat melihat kedalam karena kacanya benar-benar gelap.
Jisoo berjalan dan mengetuk kaca mobil karena dia sempat melihat ban mobil bagian depan seperti kempes dan jika dipikir-pikir kan mungkin itu alasan berhentinya mobil putih itu.
Tok tok tok
Jennie adalah orang yang berada di dalam mobil putih itu. Dirinya tak berani keluar hanya untuk mengecek mobilnya yang tiba-tiba lambat untuk berjalan. Dirinya terus bersembunyi dengan tangan yang memengang handphone yang sekarang lowbat.
"Jagiya." Jisoo sekali lagi mengetuk kaca mobil. Jika masih saja tak dibuka mungkin Jisoo akan benar-benar meninggalkannya.
Jennie mengintip, seseorang yang mengetuk mobilnya memakai helm yang menutupi semuanya wajahnya. Dan itu semakin menakutkan dan dia menjadi panik saat melihat orang itu berbalik kearah motornya. Dengan cepat Jennie membuka pintu mobilnya dan keluar.
Begitu dirinya keluar orang itu langsung berbalik arah melihat kearahnya dan Jennie menyesali keputusannya untuk keluar, bagaimana jika itu orang jahat? Apa yang akan terjadi padanya nantinya? Apakah dia harus masuk kembali dan diam kembali berpura-pura tak mendengarnya?
"Apa yang terjadi Nona." Dan Jennie menghela nafas lega saat menyadari itu suara wanita.
"Bisakah, bisakah kau membantuku Nona, ban mobilku kempes dan aku gak bisa pulang." Jennie dengan berani meminta bantuan pada orang asing di depannya.
Jisoo dapat melihat itu, jalan ini dekat dengan tempat tinggal dan jika untuk memperbaiki ban mobil itu dia tak bisa.
"Mian aku tak tau caranya."
Sejujurnya Jisoo adalah orang yang malas berbicara namun dengan orang asing ini dia mau berbicara beberapa kata.
"Uhm, bisakah kau mengantar ku pulang." Suara Jennie lirih saat meminta itu. Bagaimana bisa dia meminta untuk diantar kan pulang pada orang tak dikenalnya. Namun malam ini dia berada dalam keadaan darurat oke.
"Aku gak bisa." Jisoo langsung menolaknya karena dia tak mengenal lalu apa yang dipedulikan pada orang asing seperti dulu-dulu.
Namun entahlah melihat wajah didepan membuat hatinya tak tega jika mengabaikannya.
"Kau bisa menginap di tempatku malam ini, apartemen tak jauh dari sini."
Dan penawaran Jisoo diterima dengan cepat oleh Jennie.
.
.
.
Yoona masih saja bolak-balik menunggu anak keduanya yang belum pulang padahal jam sekarang sudah menunjukkan 11.23 malam.
Suaminya sudah pulang beberapa menit yang lalu dengan wajah yang masih lusuh tak berhasil membujuk anaknya, bahkan mereka tak bisa bertemu dengan sudah seminggu.
Drrt drrt drrt
Yoona yang sudah bersiaga dengan handphonenya langsung mengangkat telpon dari orang yang ditunggunya.
"Halo."
"......"
"Rumah teman? Teman yang mana?
"......"
"Baiklah lah."
Tut...
Telpon berakhir dan akhirnya Yoona tak lagi merasa khawatir dengan anaknya yang tak pulang, anaknya sudah menelpon yang mengatakan akan menginap di rumah temannya. Dan Yoona langsung menyuruh orang mereka untuk mengambil mobil anaknya yang bocor ban dijalan xxxx
.
.
.
Begitu sampai di apartemen orang yang membantunya, Jennie langsung meminta ijin untuk mengisi baterai handphonenya. Begitu terisi beberapa persen Jennie langsung menghubungi ibunya karena dia tau sang ibu pasti menunggunya. Dia tak ingin membuat Mommy khawatir.
Dan orang yang menolong begitu sampai langsung berjalan kearah kamarnya dan mengatakan ingin membersihkan dirinya dan Jennie pula dibawa ke kamarnya karena memang benar apartemen itu hanya memiliki satu kamar tidur, sedangkan lainnya adalah ruang makan digabungkan dengan dapur, ada ruang olahraga, dan tempat Jisoo sering menghabiskan waktu dengan komputernya, itu adalah ruang khusus, ada atau tiada orang Jisoo selalu mengunci ruang itu disaat dia selesai menggunakannya.
Pintu kamar mandi terbuka, Jisoo keluar dengan dirinya yang memakai piyama dan tangannya yang juga memegang satu piyama lainnya.
"Mandilah."
Jennie terpaku dengan wajah itu karena wajah itulah yang mengambil fokusnya dihari pertama. Dan wajah itu sudah tak dia lihat selama seminggu ini dan tiba-tiba ada didepan matanya sekarang.
"Hey, mandilah."
Dengan kaku Jennie mengambil piyama yang disodorkan oleh Jisoo dan memasuki kamar mandinya seorang Jung Jisoo.
Sedangkan Jisoo sendiri langsung sibuk dengan handphonenya, memeriksa semua tentang penghasilan uangnya.
Tak lama Jennie keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar dan melihat kearah Jisoo yang asik membaca di sofa di kamarnya.
"Tidurlah."
Jennie ragu. Mulutnya seolah-olah tidak bisa berbicara ataupun menjawab perkataan gadis didepannya.
"Kau bisa tidur di kasurku dan aku di sofa."
Dan perkataan Jisoo langsung menghancurkan gembok yang mengunci suara Jennie.
"Ani, aniya tidurlah di kasurmu sendiri biarkan aku di sofa saja."
Dan itu jelas mendapatkan bantahan dari Jisoo sendiri. Oh ayolah masak tamu disuruh tidur di sofa, apalagi itu seorang gadis.
Jika dia masih menolak maka mereka bisa tidur di kasurnya tanpa harus salah satunya di sofa.
"Baiklah, kita tidur di kasur saja gak ada yang tidur di sofa."
Dan malam itu untuk pertama kalinya Jennie bisa tidur nyenyak di tempat asing apalagi dengan dirinya yang memeluk orang yang membantunya tanpa dia ketahui namanya.
Namun entah mengapa harum dari tubuhnya gadis berbibir hati itu begitu familiar di hidungnya.
Siapa dia?
Mengapa tatapan mata itu mengingatnya pada seseorang?
Komen guys
Ditunggu ni.......
Masak gak ada yg komen sih...........
KAMU SEDANG MEMBACA
JESA
Short Storymereka yang dipaksa berpisah dan disatukan kembali setelah bertahun-tahun tanpa tau masa lalu diantara mereka sendiri. harta yang dikejar tak akan ada gunanya disaat harta yang sebenarnya sudah tak ada lagi, usaha yang dilakukan akan berakhir sia-si...