HERIN POV
Rasanya sangat lelah, entahlah tapi ini tidak seperti biasanya. "Kau sudaj pulang?" sebuah suara langsung menyapaku saat aku baru menginjak tangga, itu pasti Ha Yi, teman satu kampusku yang juga satu apartemen denganku.
"Hei Herin."
"Kau kira ini siapa, kenapa masih bertanya."
"Kau habis darimana?"
"Tadi aku bilang ke mana?"
"Memang tadi kau bilang mau ke mana?"
"Aku kan bilang ingin bertemu Seokjin."
"Ah ne, ehmm Herin."
"Sudah jangan berpikiran yang macam-macam, oya kau sudah makan?"
"Kalau makan siang sudah, kalau makan malam belum."
"Bagaimana kalau kita beli?"
"Boleh juga, aku siap-siap dulu."
Ha Yi langsung berlari ke arah kamarnya, sedangkan aku melanjutkan perjalananku, menaiki tangga.
~~~
"Line dari siapa?" Ha Yi langsung bertanya saat aku lagi-lagi menerima line Seokjin, ah temanku yang satu ini benar-benar tidak bisa jika tidak penasaran.
"Seokjin."
"Aish kalian baru bertemu tadi, masa sekarang saling kirim line."
"Bagaimana denganmu Ha Yi?"
"Maksudnya?"
"Ya kau dengan tunanganmu."
"Kau ini bisa saja."
"Sepertinya aku akan ditinggal sendiri di apartemen."
"Bukannya kau yang akan pergi lebih dulu?"
"Kau ini."
"Herin."
"Hmm."
"Kau yakin, maksudku."
"Entahlah aku juga tidak tahu, aku tidak yakin, tapi aku tidak tahu bagaiman caranya."
"Ceritamu sangat rumit Herin, kau tahu cinta itu semuanya sebuah cerita, dan ceritamu, butuh kemampuan tinggi untuk bisa menentukan endingnya, atau setidaknya menebak apa yang akan terjadi."
Aku hanya bisa menghembuskan nafas mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ha Yi, ayolah dia memang seperti dewi cinta sangat berbeda denganku, ya aku memang pintar tapi kalau sudah menyangkut masalah itu, haha mungkin aku orang yang paling bodoh di dunia.
SEOKJIN POV
Aku melihat seisi kamarku yang bisa dibilang seperti kapal yang habis terkena badai besar di tengah laut, ya Tuhan aku malas membereskan semua ini. "Oppa kau..., apa-apaan ini" aku mendengar suara Seon Hae, mungkin dia bisa membantu.
"Seon kebetulan kau ke sini bantu aku."
"Kau habis melakukan apa pada kamarmu, latihan dance, oppa aku tahu kamarmu sangat luas dan kau tidak bisa dance tapi jangan menggunakan kamar sebagai ruang dance."
"Kau sembarangan sekali, aku tadi mencari barang, tapi tidak ketemu juga, karena aku sudah muak makannya aku berantakin semua barang."
"Hmm ya sudah mari aku bantu."
Seon Hae masuk ke kamarku dengan sangat hati-hati, ya bagaimana tidak, buku berceceran, kotak-kotak penyimpananku di mana-mana, baju di tempat tidur, dan masih banyak lagi.
Satu jam dan akhirnya kamarku kembali ke bentuk semula, Seon Hae melempar badannya ke tempat tidurku, ah anak ini.
"Gomawo."
"Ne."
"Hei kalau mau tidur sana di kamarmu, jangan di sini."
"Biarkan aku istirahat sebentar."
"Baiklah."
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu diperutku, ah pasti aku sudah lapar, aku melihat ponselku, tunggu sudah lewat jam makan malam.
"Seon."
"Hmm."
"Kita lewat makan malam."
"Astaga aku lupa, tadikan aku ingin mengajakmu makan malam, aish aku juga sudaa lapar ayo."
Seon Hae langsung menarik tanganku, ya dia lebih suka menarik tanganku daripada aku yang menarik tangannya atau bisa dibilang dia lebih berkuasa.
"Sudah selesai?" tiba-tiba ibu mengagetkan kami yang baru sampai di ruang makan.
"Seon kau ke mana saja?"
"Ibu kan tahu aku ke kamar orang rakus ini."
"Tapi kenapa lama sekali?"
"Seokjin oppa menghancurkan kamarnya."
"Seokjin."
"Apa lagi bu?"
"Kau itu, hfftt kau sepertinya memang benar-benar butuh seseorang yang mengurusmu."
"Ya nikahkan saja dia."
"Seon..."
"Apa aku benarkan, kau jangan marah."
"Aish aku tidak mau menikah."
"Hei tapi kau juga harus menikah suatu saat nanti."
"Aish susah sekali bicara di sini, aku makan di kamar saja."
Aku mengambil makananku kemudian pergi lagi ke kamar.