Lorong sekolah lebih ramai dari biasanya, semua murid menuju ke lapangan tengah sekolah, lebih tepatnya ke mading utama sekolah, aku melihat 6 temanku yang juga berjalan ke sana, "hyung" suara teriakan Taehyung membuatku harus terpaksa berhenti, oh ayolah aku tidak ingin ke sana.
"Kalian mau ke sana juga?"
"Iya."
"Tumben."
"Hyung katanya beritanya sangat penting dan tadi sepertinya kau juga dipanggil guru Park untuk ke sana."
"Jangan bercanda."
"Hyung apa seorang Namjoon yang keren ini terlihat bercanda?"
"Ok aku ke sana."
Namjoon yang berada paling ujung langsung menepuk pundakku dan membawaku berjalan bersama mereka, aku hanya bisa pasrah.
Aku melihat kerumunan murid yang melihat mading, ada apa, aku mulai penasaran lagi. "Seokjin" tiba-tiba suara guru Park mengagetkanku, kenapa lagi.
"Ah ya guru Park."
"Kau sudah melihat madingnya?"
"Bagaimana aku bisa melihatnya, lihat para siswi itu."
"Haha kau benar."
"Memang ada apa di mading itu?"
"Tentang pesta dansa."
"Tunggu bukannya itu masih lama?"
"Iya tapi kau lupa kalau pengumumannya memang dari lama?"
"Oh iya, aish masa aku harus sibuk lagi."
"Sabar ya."
Guru Park menepuk pundakku sambil tersenyum kemudian oergi lagi, memberikanku sedikit keyakinan, setidaknya dua puluh persen. "Hyung ayo pergi di sini tidak menarik" Jimin langsung menarikku lagi, aish tadi siapa yang mengajak ke sini.
~~~
"Oppa oppa" suara Seon Hae langsung memenuhi kamarku, ya suaranya sangat nyaring sehingga ruangan seluas apapun bisa dipenuhi oleh suaranya.
"Apa lagi, kau tidak tahu aku sedang sibuk sekarang" apa aku tidak bohong, aku memang sedang mengerjakan beberapa tugas untuk pesta dansa.
"Oppa ini penting."
"Tidak ada yang lebih penting dari tugas yang harus diselesaikan secara cepat."
"Aduh oppa ini sangat penting, tentang yang tadi malam."
"Tadi malam?"
"Iya, yang ibu bilang kalau kau harus memiliki seseorang yang mengurusmu, aku mungkin salah pengertian tapi di bawah."
"Di bawah kenapa?"
"Di bawah ibu dan ayah sedang mengobrol dan katanya membahas tentang, ehmm perjodohan?"
Aku terdiam seperti patung, ok Seon Hae memang terkadang salah dengar, tapi kalau benar. Aku langsung meninggalkan laptopku dan berlari ke luar kamar, "hei oppa tunggu" Seon Hae langsung mengikutiku.
Aku sampai di ruang tengah, ya aku memang melihat ada sepasang suami istri yang sedang mengobrol dengan ayah dan ibu, tapi saat aku datang mereka hanya sedang tertawa, syukurlah mereka tidak menyadari keberadaanku. "Hahhh oppa kau ini kenapa meninggalkanku" Seon Hae langsung memegang pundakku dan semua yang ada di sana menyadari keberadaanku dan sekarang ditambah Seon Hae, aish anak ini.
"Seokjin, Seon kalian ada di sini, ayo gabung" ayah dengan santai menyuruhku dan Seon bergabung dengan mereka, aku melirik dingin ke arah Seon sedangkan anak itu hanya tersenyum tanpa dosa.
Aku duduk di sofa panjang sebelah jendela, sedangkan Seon duduk di sebelah kananku, lebih tepatnya langsung di sebelah jendela, ya ruangan ini memang di buat dekat dengan jendela dan aku bingung kenapa disebut ruang tengah, ya meskipun ini memang di tengah rumah tapi tetap saja ini didekat tembok, sofa disusun dengan tiga sofa panjang yang satunya menghadap ke jendela sedangkan dua yang di dekat jendela saling berhadapan, dan sofa yang sedang kami tempati sekarang yang lebih tepatnya ditempati Seon adalah tempat khususnya, jadi siapapun yang duduk di sana selain dia harus bersiap menghadapi keadaan antara hidup dan mati.