AUTHOR POV
Seokjin dan Herin masih berada dalam diam, dan ini sudah terjadi semenjak lima menit yang lalu.
"Herin." Seokjin memulai percakapan dengan sedikit, ehmm entah dingin atau kaku.
"Ya."
"Apa kau yakin?"
"Ya aku yakin."
"Kau benar-benar akan pergi?"
"Aku sudah memutuskannya."
"Kau yakin."
"Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang ada di hatiku."
"Gomawo."
"Untuk?"
"Karena telah menjadi temanku, kau tahu kau sangat baik dan perhatian padaku, aku harap bisa bertemu denganmu lagi nanti."
Seokjin langsung pergi dari cafe itu bahkan tanpa pamit, Herin yang melihat itu hanya diam, kenapa? Sedih, tidak, dia hanya kecewa, dia kecewa karena keputusan yang dia buat sendiri.
~~~
Seokjin berjalan dengan jalan yang seperti orang yang putus asa, dia berhenti saat menemukan ibunya yang sedang melihat ke arah luar jendela. "Ibu aku menerimanya" hanya itu saja, dia langsung pergi lagi, ibunya hanya diam, dia tahu ini memang bukan keinginan anaknya itu, tapi dia yakin ini yang terbaik, untuk Seokjin.
"Butuh teman curhat oppa?" Seon Hae tiba-tiba duduk di ayunan dekat kolam, tapi itu tetap tidak membjat Seokjin yang sedari tadi berdiri hampir di pinggir kolam bergerak.
"Hei apa kau tidak mendengar teman curhat ini huh?"
"Aku mendengarmu."
"Baguslah kalau kau mendengarku, aku ingin bertanya sesuatu padamu."
"Apa?"
"Kau dan ibu ada apa? Dan kau menerima apa?"
"Mungkin katamu benar."
"Aku, maksudnya?"
"Ibu menjodohkanku."
"Hmmm, apa? Oppa ini konyol, kau jangan bercanda."
"Apa menurutmu aku bercanda untuk hal seperti ini?"
"Ok, tapi kenapa kau menerimanya, bukannya kau..."
"Dia akan pergi dan tidak mungkin aku masih mengaharapkannya, mungkin dengan ini aku bisa melupakannya."
"Kau yakin? Ya aku tahu bahwa cibta tidak harus memiliki dan cinta juga rela berkorban apapun demi orang yang kita cintai agar tersenyum meskipun itu hanya meninggalkan luka, tapi untuk ini..."
"Aku yakin dengan pilihanku, kau tahu kan ibu dan ayah tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa dipikirkan terlebih dahulu, bahkan untuk membunuh sebuah kecoa, apalagi ini."
"Terserah kau saja, kau yang menjalani semua ini, tapi aku hanya berpesan satu hal, kau harus menghargai istrimu apapun yang terjadi, bahkan meskipun kalian tidak saling mencintai."
Seon Hae meninggalkan Seokjin sendiri di sana, Seokjin berpikir sejenak, apa ini keputusan yang tepat? Apa Seokjin rela melepaskan Herin? Apa dia bisa hidup dengan seseorang yang bahkan tidak dia kenal?
SEON HAE POV
Malam ini rasanya dingin, bukan cuacanya tapi suasana di rumah, bahkan makan malam tadipun bagiku seperti kau harus terpaksa makan bersama orang yang tidak kau kenal karena kau kehabisan meja di restoran, ya seperti itu, tidak ada percakapan, hanya suara sendok dan garpu.
Soal tadi, tentang aku dan Seokjin oppa, aku tidak habis pikir, ini konyol, apa awalnya dia menolaknya dan akhirnya menerimanya karena akan ditinggal pergi, aku tidak tahu bahkan kakak yang selama ini mendukungku dan memberiku semangat selemah ini.
"Seon kau belum tidur?" ibu tiba-tiba mengagetkanku yang masih berada di luar, ya aku memang berada di balkon rumah daritadi.
"Belum."
"Kenapa?"
"Tidak, hanya masih belum mengantuk."
"Ehmm."
"Ehm ibu."
"Ya?"
"Boleh aku bertanya sesuatu."
"Tentu, apa?"
"Apa benat Seokjin oppa..."
"Kau sudah mendengarnya?"
"Aku hanya mendengar sedikit tadi saat Seokjin oppa berbicara kepada ibu, tapi aku tidak tahu apa yang terjadi, karena itu aku bertanya kepada Seokjin oppa."
"Menurutmu bagaimana?"
"Aku tahu keputusan ayah dan ibu adalah keputusan yang terbaik, tapi apa ibu yakin? Maksudku dengan umur Seokjin oppa yang..."
"Kau lupa, bahkan ayah dan ibu menikah di umur seperti Seokjin, dan bukankah di keluarga kita memang sebagian besar menikah di umur segitu?"
"Tapi apakah wanita itu baik? Bisakah aku bertemu dengannya?"
"Ya, di harinya nanti, sekarang biarkan kalian menyelesaikan ini, kau tahu alur cerita cinta itu tidak selalu seperti yang kita harapkan, tapi alurnya pasti yang terbaik."
Ibu pergi setelah perbincangan konyol ini, apa aku hanya masih tidak percaya.