EP. 9

74 10 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Saya nggak terima, anak saya dipukuli sampai lebam begini! Rendi Kurniawan, bagaimana kau mempertanggungjawabkan kelakuan anakmu itu. Kau didik tidak dia, kerjaannya cuma bisa main tangan ajakah? Anak saya nggak salah."

"Maafkan anak saya—"

"Anakmu itu yang harusnya minta maaf, sampai sekarang aja mukanya nggak merasa bersalah. Bahkan dia sendiri aja lukanya nggak parah, lihat wajah anakku. Penuh lebam."

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Raiden lebih dulu menyela, "Bibir saya robek nih, tante."

"Lukamu nggak separah anak saya!"

Berdengung telinga Raiden mendengar pekikan wanita yang dia tahu adalah Mami Calvin ini, baru saja Raiden memutar bola mata, bahunya sudah dihadiahi Ayah cubitan. Raiden meringis, Rendi masih menahan murkanya untuk tidak lepas di depan banyak orang.

"Maaf menyela, Nyonya. Ini rekaman CCTV yang diminta, bisa di tonton oleh kalian semua."

Tanpa perlu repot-repot, Raiden sudah tahu dari hasil CCTV tersebut bukanlah dia yang memulai perkara lebih dulu. Calvin duluan yang mendatanginya, merebut paksa rokoknya dan memukul wajahnya lebih dulu. Raiden puas sekali ketika kemarahan yang tadi muncul di wajah Mami Calvin langsung pias, tergantikan dengan perasaan kesal, lebih tepatnya ke anaknya sendiri.

Makan tuh anak lu nggak salah, batin Raiden berseru heboh.

"Menurut saya, pemicu perkelahian dari Tuan Calvin sendiri. Saya serahkan ke Pak Rendi selaku wali dari Raiden sendiri untuk langkah selanjutnya." ucap sang mediator dari pihak kepolisian yang dipanggil oleh Ayah Raiden, harap cemas kalau memang anaknya bersalah, langsung saat itu juga Raiden akan diseret paksa ke penjara atas perintahnya.

"Tapi anak saya lebih parah lukanya—"

"Nyonya, anak saya dipukul lebih dulu."

"Tapi—"

"Anak saya membela diri, belum lama ini, Raiden baru saja dihadang begal di tengah jalan. Itu bentuk pembelaan diri yang dia lakukan,"

Mami Calvin pucat pasi mendengar nada suara Ayah Raiden yang ketus. Ayah Calvin sendiri tidak banyak bicara, matanya hanya memperhatikan situasi yang ada.

"Saya ingin melakukan pengajuan masalah ini ke meja pengadilan. Saya sebagai ayah, juga tidak diterima anak saya dipukul tanpa sebab."

"Ck— Calvin, bilang ke Mami kalau kamu mukul dia karena alasan! Cepat, Nak—"

Calvin, yang tadinya duduk kini berdiri dengan susah payah, "Saya yang salah pak, saya yang pukul duluan."

Pain KillersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang